"Essa, kamu baik-baik saja?"Tidak lama, bala bantuan tiba.Essa menggelengkan kepalanya, meski bahunya masih terasa sakit."Itu dia! Jangan biarkan dia lolos!"Essa menunjuk ke arah Deon dan berkata.Dia belum pernah melihat seorang kultivator sombong yang berani berdiri di sana dan menunggu setelah dia meminta bantuan."Aku nggak bersalah, untuk apa harus kabur?"Deon terlihat tenang.Dia tidak pernah berpikir untuk melarikan diri, lari hanyalah awal dari masalah panjang. Menurut sifat sinis Essa dan gaya kerja sembarangan, dia bahkan mungkin bisa dimasukkan ke dalam daftar buronan."Kalau nggak bersalah, kenapa menolak diperiksa?"Seseorang bertanya dengan nada dingin."Aku penduduk asli Kota Sielo. Dia memintaku untuk mendaftarkan informasiku dan aku sudah daftar. Dia masih ingin menggeledahku. Aku ingin bertanya, siapa yang memberi kalian wewenang untuk menggeledahku sesuka hati?"Deon mendengus dan bertanya.Tiba-tiba, orang itu menatap Essa dengan terkejut."Kalau nggak ada yang
Sama seperti yang dikatakan Erick, Essa memang orang yang sangat menyedihkan.Ketika Essa masih kecil, meskipun kedua orang tuanya adalah pekerja pabrik dan kondisi keluarganya dianggap tidak kaya, Essa masih berkecukupan dalam hal pakaian dan makanan serta punya keluarga yang bahagia.Namun ketika berumur tujuh tahun, sebuah bencana tiba-tiba menyebabkan Essa kehilangan segalanya.Dua kultivator mulai berkelahi di pusat kota.Gejolak pertempuran membuat keluarga Essa kewalahan.Essa yang baru berusia tujuh tahun, dilindungi erat oleh ayahnya.Namun orang tuanya meninggal dunia akibat runtuhnya rumah.Meskipun kedua kultivator tersebut kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Negara Lordia, tentu saja tidak dapat memulihkan keluarga yang hancur.Sejak saat itu, benih kebencian terhadap kultivator muncul di hati Essa.Essa bekerja keras untuk masuk ke akademi kepolisian. Setelah lulus begitu banyak ujian, Essa akhirnya bergabung dengan Biro Penanganan Masalah Khusus.
Luna membuka pintu dan masuk ke vila.Setelah mendengar suara itu, Johan dan Julian yang sedang duduk di sofa di ruang tamu mengangkat kepalanya .Penampilan keduanya berubah drastis membuat Luna terkejut.Johan dan Julian baru tinggal di vila kurang dari dua bulan, sekarang tampak berusia sepuluh tahun lebih tua, dengan uban muncul di pelipis dan banyak kerutan di wajah mereka."Luna, kamu akhirnya datang ke sini!"Johan berdiri dengan tampak bersemangat."Apa yang kamu lakukan di sini? Perilakumu ini hanya membuat Kakek semakin sakit!"Julian berkata dengan marah.Luna meliriknya dan mengabaikannya."Ayah, kenapa jadi seperti ini?"Luna memandang Johan dengan ekspresi rumit dan berkata."Ini semua karenamu!"Julian mencibir dan berkata dengan sinis."Oh, aku sendiri yang nggak memikirkannya. Namun, kesehatan kakekmu yang buruk akhir-akhir ini membuatku banyak berpikir. Selama keluarga kita sehat dan keluarga harmonis, yang lainnya adalah nomor dua."Johan tersenyum pahit dan menggele
Tak lama kemudian, tim medis tiba di vila.Tim medis ini dari Medis Kejora.Mereka segera menyelesaikan pemeriksaan fisik lengkap pada Simon.Setelah mendapatkan hasilnya, dokter mengangguk kepada Luna.Luna mengikuti dokter ke bawah."Ini memang kanker paru-paru stadium empat akhir, ada kecenderungan kegagalan organ di seluruh tubuh."Dokter berbisik pada Luna.Setelah mendengar hasil ini, hati Luna berdebar kencang."Apa ada harapan untuk disembuhkan?"Luna bertanya dengan suara yang keras.Dokter itu mengerutkan kening, berpikir sejenak dan berkata,"Sulit. Kalau harus menemukan secercah harapan itu, hanya bisa pergi ke Klinik Madara. Klinik Madara baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka sudah mengembangkan program yang ditargetkan untuk pengobatan kanker paru-paru dan merekrut sukarelawan dari seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam uji klinis. Saat ini, satu kuota sudah diambil. Bagaimanapun, pasien kanker paru-paru nggak bisa menunggu sampai teknologinya matang dan dipasarkan."K
Luna mengerutkan kening.Oleh karena itu, akan sangat tidak baik jika Luna menolaknya.Namun, Luna punya firasat tidak baik karena hatinya merasa gelisah. Luna tidak pernah bisa tenang dengan kelakuan Johan dan Julian."Kakek, setelah aku menghubungi Klinik Madara lebih dulu. Setelah mendapatkan kualifikasi untuk mengikuti uji klinis, kita akan membahas masalah ini ya?"Luna berkata dengan senyuman yang terpaksa.Simon mengangguk dengan wajah datar."Bagaimanapun, kalau nggak ada keluarga di sisiku, aku nggak mau diobati, agar nantinya aku nggak mati kesepian."Kakek berkata dengan suara yang keras.Luna diam-diam menghela napas di dalam hatinya dan meninggalkan vila."Julian, apa kamu yakin obat ini benar-benar dapat menipu berbagai pemeriksaan kesehatan?"Setelah Luna pergi, Johan menarik Julian dan bertanya dengan suara lirih."Kak, sudah kubilang beberapa kali, ini nggak bohong. Obat ini memang bisa membuat Kakek menderita kanker paru-paru!"Julian menjelaskan dengan tidak sabar."
Luna mengeluarkan ponselnya dan menjawab telepon itu."Kamu di mana? Aku pergi ke perusahaan untuk mencarimu. Orang-orang di perusahaan bilang kamu nggak masuk kerja akhir-akhir ini. Jangan lupa, ada Farmasi Mulia Kota Risan yang perlu kamu ambil alih.""Kenapa? Apa sekarang Bu Luna meremehkan Farmasi Mulia?"Deon menggoda, membuat Luna terlihat kesal.Farmasi Mulia adalah salah satu perusahaan farmasi terkemuka di Negara Lordia dan nilai pasarnya lebih tinggi daripada seluruh Grup Lixon!"Akhir-akhir ini aku sibuk dengan urusan keluarga."Nada suara Luna terdengar sedikit lelah."Urusan keluarga? Oh, ngomong-ngomong, beberapa hari yang lalu kamu bilang kakekmu sakit. Bagaimana? Apa penyakitnya serius?"Baru pada saat itulah Deon mengingat hal ini."Kanker paru stadium keempat akhir, kata dokter paling lama umurnya nggak akan sampai tiga bulan."Luna berkata dengan nada suara yang serius.Deon tertegun sejenak, lalu mengerutkan kening."Di mana akan diobati?"Deon bertanya."Klinik Mad
Luna benar-benar tercengang saat melihat isi pesan teks itu.Luna mencengkeram telepon sampai buku jarinya memutih."Apa yang kamu lakukan?"Johan yang duduk di sebelah Julian, mengerutkan kening dan bertanya sambil memperhatikan gerakan Julian."Nggak apa-apa, baru saja mengirim pesan teks ke keponakanku yang lucu."Julian terkekeh dan berkata."Apa yang kamu kirimkan padanya?"Johan menatap dengan heran."Aku baru saja bilang bahwa saat kita mendarat, aku akan memberinya hadiah besar."Julian mengangkat bahunya dan tidak peduli."Kita belum meninggalkan negara ini!"Johan menarik napas dalam-dalam dan menggertakkan gigi."Pesawatnya sudah lepas landas. Apa mungkin Luna masih bisa membalikkan pesawat kita?"Julian menunjuk ke luar jendela.Dari tempat mereka berdua duduk, mereka bisa melihat sayap pesawat melalui jendela.Saat ini, sayap pesawat mengarah secara diagonal ke arah langit dan bagian depan pesawat sudah terlihat miring."Aku harap nggak akan ada masalah."Johan memelototin
Johan terpaksa untuk tersenyum."Ya, aku nggak menyangka akan begitu sial seperti ini, kenapa pesawat yang aku naiki bisa terjadi masalah. Luna, tolong pesankan penerbangan untuk kami secepatnya. Keadaan kakekmu sangat penting."Johan memilih untuk berpura-pura bodoh dan mencoba membodohi Luna."Penyakit Kakek nggak parah ...."Begitu bicara, Luna langsung disela oleh Julian."Nggak parah? Bagaimana kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulutmu? Entah bagaimanapun juga, dia tetap kakekmu!""Penyakit Kekek jelas bisa disembuhkan. Apa kamu akan melewati kesempatan agar Kakek sembuh?"Julian memarahi dengan tegas."Awalnya bisa diobati, tapi karena kalian, sekarang nggak bisa disembuhkan lagi."Kata Luna dengan wajah muram dan gigi terkatup.Jika benar seperti yang dikatakan Deon.Luna percaya bahwa Simon sudah terkena tipu daya.Simon bukanlah tipe orang yang rela mempertaruhkan nyawanya demi kebebasan dan kekuasaan.Tidak mungkin Simon menyetujui rencana seperti itu!Setelah bertahun-t
Pria itu masih mengejek, tapi telepon dari Ernando, ayahnya sudah masuk.Dia tertegun sejenak, lalu menatap Deon dengan gugup.Tidak mungkin, 'kan?Begitu mengangkat telepon, dirinya langsung dimarahi.Pada saat ini.Sebuah kejadian heboh sedang terjadi di Kota Risan.Setelah tetua konservatif menangkap Brandon, ambisi mereka berkembang pesat. Mereka ingin mengikuti petunjuk dan menggulingkan seluruh tetua radikal.Para tetua dari faksi radikal sudah memberikan kelonggaran terhadap masalah Brandon. Mereka tidak menyangka bahwa faksi konservatif akan begitu serakah. Bagaimana mereka bisa membiarkannya begitu saja.Akibatnya, terjadi konflik sengit antara kedua belah pihak.Bahkan berubah menjadi perang panas.Seluruh Kota Risan ditutup dan berada di bawah darurat militer.Kedua belah pihak saling baku tembak dan asap memenuhi udara.Segera meluas ke seluruh Negara Lordia.Pasukan dari semua pihak sering dimobilisasi dan akan terjadi perang nasional.Pada saat kritis ini.Tetua Agung ter
Negara Siam, terletak di tenggara Negara Lordia adalah negara tetangga Negara Lordia.Ini juga merupakan negara dengan jumlah orang keturunan Negara Lordia.Banyak orang kaya di Negara Siam berimigrasi dari Negara Lordia dalam dua ratus tahun terakhir.Begitu pula dengan orang terkaya di Negara Siam saat ini."Margamu Hussein?"Deon mengangkat alisnya dan bertanya."Kamu pintar juga! Katakan saja berapa harganya!"Pria itu melambaikan tangannya dan mengeluarkan cek tersebut.Raut wajah Deon tiba-tiba menjadi dingin."Dengan aset kecil ayahmu, nggak cukup sama sekali bagiku. Kenapa kamu berpura-pura menjadi sok kaya di depanku! Cepat pergi dari sini!"Deon juga melihat bahwa pria ini hanyalah tukang membual saja.Kalaupun menindas orang lain, pasti hanya akan menggunakan uang. Meskipun keji, pasti tidak akan terlalu keji, jadi tidak repot-repot berdebat dengannya.Pria itu tertegun dan memandang Deon dengan heran."Apa kamu gila? Ayahku adalah orang terkaya di Negara Siam!""Hanya aset
Henni ingin tahu apa yang dilakukan putranya di luar hingga memprovokasi musuh seperti itu.Dia ingin tahu, apakah putranya benar-benar membunuh seratus orang?Dia ingin tahu dari mana asal cara melawan putranya ini.Apakah putranya menjalani kehidupan yang begitu mendebarkan selama beberapa tahun terakhir?"Bu, bicarakan saja di rumah."Deon menjemput Henni dan meninggalkan perusahaan.Dalam perjalanan, Deon dengan lembut menampar kepala Henni.Setelah itu, Henni pingsan.Deon menggunakan metodenya untuk menghapus sebagian ingatan Henni.Setelah sampai di rumah, Henni bangun dengan tenang."Nak! Kenapa kamu pulang tiba-tiba?"Henni sangat terkejut saat melihat Deon."Aku akan melakukan perjalanan jauh, jadi aku pulang untuk menemui Ibu dulu. Kenapa Ibu tertidur di sofa?"Deon berkata sambil tersenyum.Henni duduk dari sofa dan merasakan sakit di punggungnya."Aku sedang berbicara dengan adikmu di telepon, kenapa aku tertidur saat berbicara?"Henni mengerutkan kening dan merasa sedikit
"Ya, memang aku. Kalau nggak ada yang lolos, sekarang seluruh Keluarga Suwandi, kecuali anak-anak dan orang tua, semuanya pasti sudah mati.Deon tersenyum dan berkata.Jika tidak menggunakan cara keras untuk menakutinya, seseorang akan menggunakan metode yang sama untuk menghadapinya.Setelah mendengar ini, Milson tampak sedih dan tatapan matanya dipenuhi dengan rasa takut.Saat ini, ponsel Deon berdering.Telepon dari Briana.Deon mengangkat telepon dan menyalakan speaker ponsel."Bagaimana situasinya? Katakan padaku dan biarkan cucu di depanku ini mendengarkannya.""Ada total seratus tujuh puluh tiga orang di Keluarga Suwandi, termasuk lima puluh dua orang tua dan anak-anak, sisanya seratus orang, semuanya akan dieksekusi!"Kata Briana dengan tegas.Uh!Milson sangat marah hingga mengeluarkan seteguk besar darah."Nggak mungkin! Nggak mungkin! Keluargaku adalah Keluarga Suwandi! Keluarga Suwandi dari Kota Risan!""Bagaimana mungkin!"Milson buru-buru mengeluarkan ponselnya dan segera
"Lepaskan dia!"Jeritan terdengar.Milson melihat ke belakang tanpa sadar, ekspresinya tiba-tiba menjadi suram.Cantik! Cantik sekali!Bahkan lebih cantik dari Suzie!Bagaimana bisa ada wanita cantik di dunia ini?"Melly, kenapa kamu turun?"Mata Suzie melotot dan berteriak dengan panik.Bukankah dia sudah menyuruh mereka untuk tidak turun?"Bu Suzie, kami khawatir denganmu!"Tubuh Melly sedikit gemetar.Meskipun sangat ketakutan, Melly tetap berdiri.Tidak mungkin dia bisa menyaksikan Suzie dilecehkan begitu saja!"Oke, oke, Deon benar-benar beruntung, tapi sekarang, mereka semua milikku. Aku nggak menyangka bisa menikmati berkah seperti ini sebelum meninggalkan Negara Lordia!"Mulut Milson hampir berair.Milson melepaskan Suzie dan berjalan menuju Melly dengan tidak sabar.Melly mundur selangkah demi selangkah, tapi segera terpojok oleh Milson."Haha, gadis cantik!"Milson membuka tangannya dan bergegas menuju Melly.Melly hendak dipeluk erat olehnya.Bummm!Tembok luar perusahaan ru
Saat ini, Deon baru saja turun dari pesawat.Begitu menghidupkan ponselnya, Deon melihat deretan panjang panggilan tak terjawab dari Diana.Deon mengerutkan kening dan panik.Jika bukan karena masalah yang mendesak, Diana tidak akan meneleponnya berkali-kali.Deon hendak menelepon Diana lagi, tapi telepon Diana masuk lagi.Deon buru-buru mengangkatnya. Sebelum sempat bertanya, suara tangisan Diana terdengar,"Kak, Ibu diculik!"Tiba-tiba, raut wajah Deon menjadi suram, niat membunuh di wajahnya muncul dan udara di sekitarnya menjadi terdistorsi."Aku tahu, jangan khawatir, Ibu akan baik-baik saja."Setelah mengatakan itu, Deon menutup telepon.Deon menelepon Briana.Briana masih berada di Kota Risan, berbaring malas di tempat tidur."Apa kamu punya informasi intelijen tentang Keluarga Suwandi di Kota Risan?"Deon menggertakkan gigi dan bertanya.Dia tahu betul bahwa Milson pasti bertanggung jawab atas masalah ini.Di Kota Sielo, hampir tidak ada orang yang berani menentangnya, kecuali
Pintu lift terbuka dan Suzie keluar.Mata Milson berbinar dan memandangnya dari atas ke bawah.Meskipun sudah melihat foto Suzie, Milson masih sangat takjub saat melihatnya dengan matanya sendiri."Bu Suzie membuatku menunggu lama sekali!"Milson berjalan menuju Milson dengan membawa senapan di tangan."Apa yang kamu inginkan dariku?"Suzie tidak memiliki ekspresi di wajahnya dan berkata dengan sikap yang dingin.Suzie tahu bahwa menunjukkan ketakutan di hadapan orang-orang yang keji ini hanya akan membuat mereka semakin sombong."Bu Suzie, kenapa kamu nggak menebaknya saja?"Milson mendatangi Suzie, menempelkan moncong senjatanya ke dagunya dan mengangkat wajahnya.Suzie menatapnya tanpa rasa takut."Mau uang? Perusahaan punya cadangan uang tunai 20 miliar. Kamu bisa mengambilnya sekarang. Aku berjanji nggak akan lapor polisi dan berpura-pura nggak terjadi apa-apa. Yang penting kamu jangan melukai siap pun. Adapun dana rekening perusahaan, dengan sistem jaringan keuangan saat ini, mes
Bummm!Terdengar suara keras dan pintu rumah ditendang hingga terbuka dengan keras!Milson membawa anak buahnya masuk ke rumah Deon!"Apa yang akan kalian lakukan?"Henni terkejut dan berteriak keras."Kami? Tentu saja aku akan mengikatmu!"Milson melangkah tiga langkah sekaligus dan mendatangi Henni.Milson mengambil ponsel dari tangan Henni dan langsung menghancurkannya!"Ikat lalu bawa dia!"Milson pergi dengan cepat.Diana tercengang.Siapa orang-orang itu?Sebelum benar-benar panik, Diana buru-buru menelepon Deon dengan gemetar.Namun, Deon yang sedang terbang dengan pesawat saat ini, ponselnya sedang dimatikan."Apa operasi kalian berjalan baik di sana?"Milson memanggil bawahannya dan bertanya."Empat tembok Perusahaan Windy sudah dipasang dengan bahan peledak berkekuatan tinggi. Setelah diledakkan, seluruh bangunan akan berubah menjadi abu."Bawahan Milson melaporkan."Oke, tunggu sampai aku sampai di sana."Senyuman akhirnya muncul di wajah Milson.Segera, Milson tiba di Perus
Brandon terhuyung, tatapan matanya kosong dan kusam."Bawa pergi!"Perintah pemimpin Komisi Pengawas."Brandon, tetua Istana Negara Lordia, semuanya bawa pergi bersama dengan para saksi dan bukti.""Setelah hari ini, Keluarga Tier nggak akan ada lagi, kamu juga akan bebas."Deon menghela napas lega dan berkata pada Draco sambil tersenyum.Ekspresi kebingungan melintas di wajah Draco.Tiba-tiba dibebaskan, dia tidak tahu apa yang bisa dilakukan untuk sementara waktu."Kenapa? Kamu nggak bisa menemukan tujuan hidupmu?"Deon bertanya dengan nada menggoda.Draco mengangguk dan berkata."Ya, dalam tiga tahun lebih, semua ambisi dan cita-citaku musnah. Aku memang sedikit bingung.""Bagaimana kalau aku mencarikanmu pekerjaan?"Deon berkata dengan santai."Akan lebih baik kalau aku bisa mengikuti Pak Deon!"Mata Draco berbinar dan berkata dengan tergesa-gesa."Aku punya perusahaan farmasi. Kalau kamu mau, posisi kepala R&D akan kuberikan padamu."Deon hanya bercanda, tapi tidak menyangka Draco