Luna membuka pintu dan masuk ke vila.Setelah mendengar suara itu, Johan dan Julian yang sedang duduk di sofa di ruang tamu mengangkat kepalanya .Penampilan keduanya berubah drastis membuat Luna terkejut.Johan dan Julian baru tinggal di vila kurang dari dua bulan, sekarang tampak berusia sepuluh tahun lebih tua, dengan uban muncul di pelipis dan banyak kerutan di wajah mereka."Luna, kamu akhirnya datang ke sini!"Johan berdiri dengan tampak bersemangat."Apa yang kamu lakukan di sini? Perilakumu ini hanya membuat Kakek semakin sakit!"Julian berkata dengan marah.Luna meliriknya dan mengabaikannya."Ayah, kenapa jadi seperti ini?"Luna memandang Johan dengan ekspresi rumit dan berkata."Ini semua karenamu!"Julian mencibir dan berkata dengan sinis."Oh, aku sendiri yang nggak memikirkannya. Namun, kesehatan kakekmu yang buruk akhir-akhir ini membuatku banyak berpikir. Selama keluarga kita sehat dan keluarga harmonis, yang lainnya adalah nomor dua."Johan tersenyum pahit dan menggele
Tak lama kemudian, tim medis tiba di vila.Tim medis ini dari Medis Kejora.Mereka segera menyelesaikan pemeriksaan fisik lengkap pada Simon.Setelah mendapatkan hasilnya, dokter mengangguk kepada Luna.Luna mengikuti dokter ke bawah."Ini memang kanker paru-paru stadium empat akhir, ada kecenderungan kegagalan organ di seluruh tubuh."Dokter berbisik pada Luna.Setelah mendengar hasil ini, hati Luna berdebar kencang."Apa ada harapan untuk disembuhkan?"Luna bertanya dengan suara yang keras.Dokter itu mengerutkan kening, berpikir sejenak dan berkata,"Sulit. Kalau harus menemukan secercah harapan itu, hanya bisa pergi ke Klinik Madara. Klinik Madara baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka sudah mengembangkan program yang ditargetkan untuk pengobatan kanker paru-paru dan merekrut sukarelawan dari seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam uji klinis. Saat ini, satu kuota sudah diambil. Bagaimanapun, pasien kanker paru-paru nggak bisa menunggu sampai teknologinya matang dan dipasarkan."K
Luna mengerutkan kening.Oleh karena itu, akan sangat tidak baik jika Luna menolaknya.Namun, Luna punya firasat tidak baik karena hatinya merasa gelisah. Luna tidak pernah bisa tenang dengan kelakuan Johan dan Julian."Kakek, setelah aku menghubungi Klinik Madara lebih dulu. Setelah mendapatkan kualifikasi untuk mengikuti uji klinis, kita akan membahas masalah ini ya?"Luna berkata dengan senyuman yang terpaksa.Simon mengangguk dengan wajah datar."Bagaimanapun, kalau nggak ada keluarga di sisiku, aku nggak mau diobati, agar nantinya aku nggak mati kesepian."Kakek berkata dengan suara yang keras.Luna diam-diam menghela napas di dalam hatinya dan meninggalkan vila."Julian, apa kamu yakin obat ini benar-benar dapat menipu berbagai pemeriksaan kesehatan?"Setelah Luna pergi, Johan menarik Julian dan bertanya dengan suara lirih."Kak, sudah kubilang beberapa kali, ini nggak bohong. Obat ini memang bisa membuat Kakek menderita kanker paru-paru!"Julian menjelaskan dengan tidak sabar."
Luna mengeluarkan ponselnya dan menjawab telepon itu."Kamu di mana? Aku pergi ke perusahaan untuk mencarimu. Orang-orang di perusahaan bilang kamu nggak masuk kerja akhir-akhir ini. Jangan lupa, ada Farmasi Mulia Kota Risan yang perlu kamu ambil alih.""Kenapa? Apa sekarang Bu Luna meremehkan Farmasi Mulia?"Deon menggoda, membuat Luna terlihat kesal.Farmasi Mulia adalah salah satu perusahaan farmasi terkemuka di Negara Lordia dan nilai pasarnya lebih tinggi daripada seluruh Grup Lixon!"Akhir-akhir ini aku sibuk dengan urusan keluarga."Nada suara Luna terdengar sedikit lelah."Urusan keluarga? Oh, ngomong-ngomong, beberapa hari yang lalu kamu bilang kakekmu sakit. Bagaimana? Apa penyakitnya serius?"Baru pada saat itulah Deon mengingat hal ini."Kanker paru stadium keempat akhir, kata dokter paling lama umurnya nggak akan sampai tiga bulan."Luna berkata dengan nada suara yang serius.Deon tertegun sejenak, lalu mengerutkan kening."Di mana akan diobati?"Deon bertanya."Klinik Mad
Luna benar-benar tercengang saat melihat isi pesan teks itu.Luna mencengkeram telepon sampai buku jarinya memutih."Apa yang kamu lakukan?"Johan yang duduk di sebelah Julian, mengerutkan kening dan bertanya sambil memperhatikan gerakan Julian."Nggak apa-apa, baru saja mengirim pesan teks ke keponakanku yang lucu."Julian terkekeh dan berkata."Apa yang kamu kirimkan padanya?"Johan menatap dengan heran."Aku baru saja bilang bahwa saat kita mendarat, aku akan memberinya hadiah besar."Julian mengangkat bahunya dan tidak peduli."Kita belum meninggalkan negara ini!"Johan menarik napas dalam-dalam dan menggertakkan gigi."Pesawatnya sudah lepas landas. Apa mungkin Luna masih bisa membalikkan pesawat kita?"Julian menunjuk ke luar jendela.Dari tempat mereka berdua duduk, mereka bisa melihat sayap pesawat melalui jendela.Saat ini, sayap pesawat mengarah secara diagonal ke arah langit dan bagian depan pesawat sudah terlihat miring."Aku harap nggak akan ada masalah."Johan memelototin
Johan terpaksa untuk tersenyum."Ya, aku nggak menyangka akan begitu sial seperti ini, kenapa pesawat yang aku naiki bisa terjadi masalah. Luna, tolong pesankan penerbangan untuk kami secepatnya. Keadaan kakekmu sangat penting."Johan memilih untuk berpura-pura bodoh dan mencoba membodohi Luna."Penyakit Kakek nggak parah ...."Begitu bicara, Luna langsung disela oleh Julian."Nggak parah? Bagaimana kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulutmu? Entah bagaimanapun juga, dia tetap kakekmu!""Penyakit Kekek jelas bisa disembuhkan. Apa kamu akan melewati kesempatan agar Kakek sembuh?"Julian memarahi dengan tegas."Awalnya bisa diobati, tapi karena kalian, sekarang nggak bisa disembuhkan lagi."Kata Luna dengan wajah muram dan gigi terkatup.Jika benar seperti yang dikatakan Deon.Luna percaya bahwa Simon sudah terkena tipu daya.Simon bukanlah tipe orang yang rela mempertaruhkan nyawanya demi kebebasan dan kekuasaan.Tidak mungkin Simon menyetujui rencana seperti itu!Setelah bertahun-t
"Luna, apa yang terjadi? Para dokter di Klinik Madara bilang nggak ada hal seperti itu!"Raut wajah Simon menjadi suram dan nadanya terdengar tegas.Simon sudah menerima kenyataan bahwa hidupnya hanya tersisa kurang dari tiga bulan. Namun, Luna memberinya harapan untuk berobat di Klinik Madara.Hal ini memicu keinginan untuk bertahan hidup di dalam hatinya."Luna, mungkinkah kamu masih menyimpan dendam terhadap Kakek dan nggak mau mengirimnya ke Klinik Madara, jadi kamu membuat alasan seperti itu?"Julian masih memperburuk suasana.Raut wajah Luna terlihat sangat suram. Untuk sesaat, Luna tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Simon."Benar. Sebenarnya Luna sedang mempertimbangkan ingin tim Klinik Madara datang ke sini saja karena takut Kakek nggak terbiasa di luar negeri. Namun ini bukanlah sesuatu yang bisa ditentukan, jadi nggak bisa memberitahunya padamu dulu, agar kamu nggak kecewa."Saat ini, Deon berkata sambil tersenyum.Ketika melihat Deon saat keluar dari bandara tadi, Simo
"Pak Deon, tolong jangan minta maaf. Akulah yang harus berterima kasih. Kalau bukan karena kamu, nggak akan ada Klinik Madara. Kalau bisa, aku berharap suatu hari nanti bisa mengucapkan terima kasih secara langsung padamu."Bruce penuh dengan rasa terima kasih."Kenapa nggak dalam beberapa hari ini saja?"Deon tersenyum tipis dan berkata."Kalau bisa, aku harap kamu bisa membawa tim medis ke Negeri Naga dalam beberapa hari ke depan. Ada seorang pria tua di sini yang sudah menderita kanker paru-paru stadium empat.""Nggak apa-apa. Meskipun Klinik Madara akan meluncurkan uji klinis, asistenku sepenuhnya mampu membawa tim ke sana. Namun, bukankah hal yang lebih dekat akan terkorbankan?"Bruce diliputi dengan kebingungan.Semua tekniknya diajarkan oleh Deon, tapi rencana pengobatan bertarget untuk kanker paru-paru ini baru dikembangkan olehnya baru-baru ini. Meskipun keterampilan medisnya jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun yang lalu, Bruce masih tidak dapat membayangkan betapa kua