Enam dewa tercengang.Mereka telah berlatih selama ratusan tahun dan 60 atau 70 puluh tahun yang lalu, mereka telah berkeliling dunia untuk melakukan hal-hal yang kejam. Meskipun menghadapi musuh yang kuat, mereka bertujuh bisa lolos dengan selamat kalau menggabungkan kekuatan.Setelah bertahun-tahun, mereka mengira mereka tidak akan terkalahkan.Alhasil dalam situasi satu lawan satu, dia dipukul habis-habisan oleh seorang bocah nakal."Iblis tua dari mana kamu ini? Katakan namamu!"Yang tertua di antara Tujuh Dewa, Dewa Pedang menghunus pedangnya dan berdiri di depan Dewa Tinju yang meratap. Kedua matanya terbelalak karena marah.Bukan hal yang aneh di dunia kultivasi bagi beberapa kultivator yang pandai menjaga penampilan mampu mempertahankan penampilan awet mudanya, tetapi hanya segelintir praktisi pria yang melakukan hal ini. Lagi pula, terlihat terlalu muda bisa menarik penghinaan dengan mudah.Kalau Deon tidak terlihat begitu muda, mereka tidak akan meremehkannya.Menurutnya, Deo
Enam orang lainnya tidak ragu dan berguling untuk bersujud di tanah.Beberapa master dari Keluarga Wison tercengang.Inikah master duniawi yang dikenal sebagai Tujuh Dewa?Sama sekali tidak ada harga diri.Deon menyipitkan mata dan menatap mereka."Kalian benar-benar ingin berguru padaku?"Tujuh Dewa mengangguk tanpa ragu.Deon tiba-tiba tertawa."Sayang sekali, aku nggak mau. Hak apa yang tujuh pecundang tua miliki untuk menjadi muridku?""Di usia ini, tubuh kalian sudah renta dan masih sangat lemah. Apa gunanya kalian bagiku? Lagi pula, sekarang kalian sudah setengah cacat. Kurasa kalian cuma akan menghalangiku meski cuma membawakan sepatuku."Deon tidak menunjukkan belas kasihan dan memperlakukan mereka dengan sangat sinis.Ketujuh orang itu terkejut.Siapa mereka? Dikenal sebagai Tujuh Dewa, tempat di mana mereka berkultivasi hampir menjadi tempat suci di dunia kultivasi."Meski nggak berbakat, aku tetap bisa melakukan hal-hal sesuai kemampuanku untukmu. Misalnya menyajikan teh dan
"Terima Farmasi Mulia."Deon berkata dengan tenang.Akan tetapi, itu membuat Luna membelalakkan mata dan menatapnya dengan tidak percaya."Terima Farmasi Mulia? Kamu nggak sedang bercanda, 'kan?"Luna bertanya dengan tidak percaya."Pergi saja ke Kota Risan dan hubungi Haris, katakan saja aku memintamu untuk menerima Farmasi Mulia."Deon mengangguk dan berkata.Luna menarik napas dalam-dalam beberapa kali sebelum suasana hatinya menjadi agak tenang."Bagaimana caramu melakukannya? Itu Farmasi Mulia!"Luna bertanya dengan tatapan penuh keterkejutan."Mau tahu? Malam ini aku akan memberitahumu pelan-pelan di atas kasur."Deon menunjukkan senyuman licik dan berbisik ke telinga Luna.Dalam sekejap, wajah Luna memerah."Nggak tahu malu!"Dia memaki Deon."Lupakan saja kalau kamu nggak ingin tahu."Deon mengangkat alisnya dan berpura-pura berdiri untuk pergi."Aku ingin tahu, tapi malam ini aku masih ada urusan."Luna terlihat kesulitan. Malam ini dia benar-benar ada urusan."Ada urusan apa
Deon berjalan di jalanan dan menyadari ada lebih banyak orang berpakaian biasa.Meskipun menyamar seperti ini, Deon bisa mengungkap mereka dalam sekejap.Bagaimanapun, tidak peduli entah postur berdiri atau otot yang tegang, terlihat mereka dalam keadaan waspada.Pada saat ini seorang pria berpakaian biasa menatap mata Deon.Pria berpakaian biasa itu terlihat sangat muda, mungkin berusia 20-an.Dia menatap Deon sebelum mengernyitkan dahi dan berjalan ke arahnya."Kultivator?"Deon tidak terkejut kalau dirinya terlihat sebagai seorang kultivator. Dia sengaja tidak menyembunyikan auranya."Ikut denganku."Melihat Deon mengangguk, pria berpakaian santai itu berkata kepada Deon.Deon mengikutinya, lalu orang tersebut mengeluarkan buku registrasi.Ada banyak informasi dari kultivator tercatat, tetapi mereka semua berasal dari tempat lain."Dari sistem keamanan? Aku penduduk lokal Kota Sielo dan sudah berada di sini sepanjang hidupku, jadi nggak perlu mendaftar."Deon berkata sambil tersenyu
"Essa, kamu baik-baik saja?"Tidak lama, bala bantuan tiba.Essa menggelengkan kepalanya, meski bahunya masih terasa sakit."Itu dia! Jangan biarkan dia lolos!"Essa menunjuk ke arah Deon dan berkata.Dia belum pernah melihat seorang kultivator sombong yang berani berdiri di sana dan menunggu setelah dia meminta bantuan."Aku nggak bersalah, untuk apa harus kabur?"Deon terlihat tenang.Dia tidak pernah berpikir untuk melarikan diri, lari hanyalah awal dari masalah panjang. Menurut sifat sinis Essa dan gaya kerja sembarangan, dia bahkan mungkin bisa dimasukkan ke dalam daftar buronan."Kalau nggak bersalah, kenapa menolak diperiksa?"Seseorang bertanya dengan nada dingin."Aku penduduk asli Kota Sielo. Dia memintaku untuk mendaftarkan informasiku dan aku sudah daftar. Dia masih ingin menggeledahku. Aku ingin bertanya, siapa yang memberi kalian wewenang untuk menggeledahku sesuka hati?"Deon mendengus dan bertanya.Tiba-tiba, orang itu menatap Essa dengan terkejut."Kalau nggak ada yang
Sama seperti yang dikatakan Erick, Essa memang orang yang sangat menyedihkan.Ketika Essa masih kecil, meskipun kedua orang tuanya adalah pekerja pabrik dan kondisi keluarganya dianggap tidak kaya, Essa masih berkecukupan dalam hal pakaian dan makanan serta punya keluarga yang bahagia.Namun ketika berumur tujuh tahun, sebuah bencana tiba-tiba menyebabkan Essa kehilangan segalanya.Dua kultivator mulai berkelahi di pusat kota.Gejolak pertempuran membuat keluarga Essa kewalahan.Essa yang baru berusia tujuh tahun, dilindungi erat oleh ayahnya.Namun orang tuanya meninggal dunia akibat runtuhnya rumah.Meskipun kedua kultivator tersebut kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Negara Lordia, tentu saja tidak dapat memulihkan keluarga yang hancur.Sejak saat itu, benih kebencian terhadap kultivator muncul di hati Essa.Essa bekerja keras untuk masuk ke akademi kepolisian. Setelah lulus begitu banyak ujian, Essa akhirnya bergabung dengan Biro Penanganan Masalah Khusus.
Luna membuka pintu dan masuk ke vila.Setelah mendengar suara itu, Johan dan Julian yang sedang duduk di sofa di ruang tamu mengangkat kepalanya .Penampilan keduanya berubah drastis membuat Luna terkejut.Johan dan Julian baru tinggal di vila kurang dari dua bulan, sekarang tampak berusia sepuluh tahun lebih tua, dengan uban muncul di pelipis dan banyak kerutan di wajah mereka."Luna, kamu akhirnya datang ke sini!"Johan berdiri dengan tampak bersemangat."Apa yang kamu lakukan di sini? Perilakumu ini hanya membuat Kakek semakin sakit!"Julian berkata dengan marah.Luna meliriknya dan mengabaikannya."Ayah, kenapa jadi seperti ini?"Luna memandang Johan dengan ekspresi rumit dan berkata."Ini semua karenamu!"Julian mencibir dan berkata dengan sinis."Oh, aku sendiri yang nggak memikirkannya. Namun, kesehatan kakekmu yang buruk akhir-akhir ini membuatku banyak berpikir. Selama keluarga kita sehat dan keluarga harmonis, yang lainnya adalah nomor dua."Johan tersenyum pahit dan menggele
Tak lama kemudian, tim medis tiba di vila.Tim medis ini dari Medis Kejora.Mereka segera menyelesaikan pemeriksaan fisik lengkap pada Simon.Setelah mendapatkan hasilnya, dokter mengangguk kepada Luna.Luna mengikuti dokter ke bawah."Ini memang kanker paru-paru stadium empat akhir, ada kecenderungan kegagalan organ di seluruh tubuh."Dokter berbisik pada Luna.Setelah mendengar hasil ini, hati Luna berdebar kencang."Apa ada harapan untuk disembuhkan?"Luna bertanya dengan suara yang keras.Dokter itu mengerutkan kening, berpikir sejenak dan berkata,"Sulit. Kalau harus menemukan secercah harapan itu, hanya bisa pergi ke Klinik Madara. Klinik Madara baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka sudah mengembangkan program yang ditargetkan untuk pengobatan kanker paru-paru dan merekrut sukarelawan dari seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam uji klinis. Saat ini, satu kuota sudah diambil. Bagaimanapun, pasien kanker paru-paru nggak bisa menunggu sampai teknologinya matang dan dipasarkan."K