"Oh, begitu rupanya," sela Deon tanpa ekspresi."Kalau begitu, aku akan langsung membunuhmu saja!""Kamu kira kamu sehebat itu?" tanya Penggoda Bersaudara sulung sambil terkekeh. "Aku bisa membunuh seratus orang lemah sepertimu dalam satu tarikan napas!"Pada saat ini, sekelompok perwira bersenjata lengkap tiba-tiba datang!"Warga sipil sekalian, segera keluar dari sini! Ini adalah tempat yang berbahaya bagi kalian!"Seorang wanita jangkung berambut merah gelap bergelombang mengenakan sepatu bot tempur dan berjalan ke hadapan mereka dengan heroik dan anggun.Daniel mengikuti wanita itu dari belakang dan tiba-tiba berseru ke arah Deon."Apa? Kamu lagi? Pria bau terkutuk! Kamu kira ini tempat bersantai untuk orang lemah sepertimu? Enyahlah, Kapten Mira akan turun tangan sendiri untuk menindaklanjuti masalah ini!"Setelah melarikan diri, ternyata Daniel pergi ke markas Biro Penegakan Hukum untuk melaporkan kejadian tersebut.Setelah itu, anggota-anggota elit dari Biro Penegakan Hukum pun
"Lancang sekali kamu! Dasar genit! Tak tahu malu!" seru Mira dengan sangat marah hingga dadanya serasa hampir meledak."Aku hanya akan memberimu waktu tiga detik. Kalau kamu menolak meminta maaf, aku nggak punya pilihan selain mengotorimu!" ucap Deon dengan ekspresi yang tetap datar.Tiga ....Dua ....Satu!"Maaf!"Mira meminta maaf sambil menatap Deon dengan sangat kesal, seolah ingin menelannya hidup-hidup saat ini juga.Deon melepaskannya dan bahkan tak lupa untuk mencubit pantatnya."Apa ini? Aku nggak menyangkanya, ternyata pantatmu bagus juga, ya!"Mira sangat marah, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.Sepanjang hidupnya, dia belum pernah diperlakukan seperti ini oleh pria mana pun!Deon menghampiri Penggoda Bersaudara sulung yang sekarat itu."Ceritakan semua informasi yang kamu ketahui tentang Organisasi V."Ekspresi Mira seketika berubah, lalu melirik tato "V" di dada pria itu. Akan tetapi, kriminal genit itu malah menggertakkan giginya."Nggak mau! Kalau aku menceritaka
Bagas bergegas ke ruang tamu.Namun, dia malah mendengar gerangan seorang wanita dari dalam yang mengeluh."Tuan Sven, apa yang kamu lakukan? Ah! Jangan sentuh aku!""Tuan Sven, sadar dirilah! Kamu nggak boleh .... Lepaskan aku!"Bagas mengerutkan kening dan masuk ke dalam ruang tamu. Di sana, seorang pria berjubah hitam sedang mengganggu selir baru Bagas sambil berlutut.Pakaiannya robek di mana-mana hingga bentuk aslinya bahkan tidak terlihat lagi! Kini, tubuh anggunnya hanya ditutupi sepotong kain usang.Dia adalah gadis muda yang baru saja menapak usia 18 tahun dan bahkan belum sempat menikmati masa mudanya.Ketika dia melihat Bagas masuk, dia langsung bergegas ke arahnya sambil menangis.Bagas justru terkekeh."Tuan Sven memang punya selera yang bagus! Tapi, gadis ini adalah selirku, sayangnya aku nggak bisa memberikannya padamu. Nanti aku akan meminta pelayanku untuk mencarikan yang lebih cantik untuk menemanimu!"Tuan Sven juga tersenyum main-main."Tuan Bagas sangat beruntung b
Karena diusir dari tempat tidur dengan kasar, Deon langsung protes."Bu Luna! Kamu telah menyiksaku semalaman dan sekarang kamu ingin mengusirku dari tempat tidur. Apakah menurutmu ini adil?""Semalaman apanya? Apa yang kamu bicarakan? Keluar!"Luna membelalak dengan marah, apalagi saat melihat pakaian dan celana dalamnya berserakan di lantai.Luna yakin, pasti Deon si cabul inilah yang melepas pakaiannya saat dia mabuk dan mengambil kesempatan untuk ....Mendengar suara Luna, Suzie bergegas mendekat dan berkata sambil tersenyum, "Luna! Akhirnya kamu bangun juga!""Memang benar bahwa Deon membawamu pulang semalam. Tapi, setelah itu kamu tiba-tiba bertingkah gila karena masih mabuk. Kamu terus memeluknya dan melepas pakaianmu tanpa terkendali. Bahkan aku pun nggak sempat menghentikanmu!""Aku terpaksa berbohong dan terus membujukmu untuk cepat tidur. Selain itu, aku nggak melakukan apa-apa!"Deon menimpali dengan sangat marah."Kamulah yang merepotkanku sampai aku terjaga hingga dini ha
"Sup?" tanya Deon dengan bingung. "Bu Luna, kamu memintaku masuk dan meminum sup?"Apa yang sedang direncanakan wanita ini?"Memangnya kenapa?" tanya Luna sambil mengibas rambutnya. Lalu, dia mengerutkan bibirnya dan menghadap Daniel."Kapten Daniel, apa yang kamu lakukan di sini?""Luna, aku datang untuk menemuimu! Sekalian untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi semalam ...."Daniel tersenyum canggung dan melanjutkan, "Aku juga membelikanmu minuman sarang burung walet, ginseng asli dan suplemen lainnya!"Luna menanggapinya dengan acuh tak acuh."Nggak usah, terima kasih. Larimu cepat juga semalam. Walaupun aku dan Suzie bisa berlari secepat kamu, sepertinya kami tetap nggak akan bisa lepas dari cengkeraman Penggoda Bersaudara."Wajah Daniel tiba-tiba memucat. Dia buru-buru berkata, "Luna, saat itu aku pergi untuk mencari bantuan!""Aku juga tahu bahwa kamu mungkin salah paham, makanya aku datang ke rumahmu dan membawakan hadiah untukmu!"Daniel terus berbicara dengan putus asa.
Luna langsung naik pitam."Deon! Kamu benar-benar kelewatan! Aku tahu kamu berhasil menghindari bahaya dari serangan Penggoda Bersaudara dengan memanfaatkan bantuan Daniel!""Seandainya aku nggak menghargai kedatanganmu semalam, aku pasti sudah mengusirmu dari tadi!"Pada saat ini, Suzie kebetulan keluar dan menyela keduanya."Supnya sudah matang, cepat masuk selagi supnya masih panas!"Karena malas berdebat terus dengan Deon, Luna segera berbalik dan masuk, lalu duduk di salah satu kursi meja makan dan menyantap supnya dengan ekspresi dingin.Di sisi lain, Deon masuk dengan enggan."Bu Luna, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.""Kalau bukan untuk meminta maaf, aku nggak mau mendengarkan satu pun kata darimu," jawab Luna sambil meliriknya dengan dingin.Dinginnya bagaikan ratu kejam yang duduk di singgasananya.Mulut Deon berkedut. Meminta maaf? Ini bukan salahnya, lantas untuk apa dia harus meminta maaf?Namun, karena ada kepentingan, Deon terpaksa menjawab dengan rendah ha
Dengan malu, Deon membuang muka dan berkata, "Kak Quina, aku ...."Quina menyela sambil tertawa, "Aku hanya bercanda! Sebelum pulang kerja, mampirlah ke kantorku sebentar."Setelah Quina pergi sambil berlenggok-lenggok ....Dimas tersenyum licik dan mendekati Deon."Kak Deon, apakah menurutmu Kak Quina jatuh cinta padamu? Sorot matanya terlihat seolah dia ingin melahapmu dalam satu gigitan!"Mina juga ikut bercanda, "Dengar-dengar, Kak Quina baru berusia tiga puluh tahun dan telah bercerai selama lebih dari dua tahun .... Hati seorang wanita yang berada dalam keadaan seperti itu biasanya hampa dan kesepian."Deon merasa malu dan canggung.Dia memelototi mereka berdua dan berkata, "Ini pasti gosip yang kalian buat sendiri, 'kan? Kak Quina hanyalah atasan yang peduli dengan bawahannya, jangan berpikir yang nggak-nggak, deh!"Namun, sepertinya tadi Deon melihat kumpulan energi hitam di dada Quina. Hal itu tentu bukan pertanda baik.Ketika masih ada waktu setengah jam sebelum jam pulang ke
"Deon? Bajingan, ternyata kamu masih belum dipecat juga?"Begitu dia menyadari bahwa pelakunya adalah Deon, Gomez langsung marah-marah."Ini percakapan antara dua eksekutif perusahaan, nggak ada hubungannya dengan pegawai biasa sepertimu! Keluar dari sini!""Pak Gomez, kamu menyebut ini percakapan antara dua eksekutif perusahaan? Terus terang saja, ini lebih mirip pelecehan di tempat kerja. Menurut peraturan perusahaan, kamu harus dipecat!"Deon mencibir dan tidak mau kalah.Gomez seketika memucat dan terpaksa mundur.Quina menghela napas lega dan menatap Deon dengan tatapan bersyukur.Gomez tidak punya pilihan selain tersenyum dengan ramah."Quin, yang tadi itu hanya candaan, jangan masukkan ke hati. Sekarang, Pak Kiandra akan membantumu mengusir roh jahat dari tubuhmu dan kamu akan segera pulih."Karena tidak mau mempermalukan Gomez, Quina terpaksa mengangguk.Kiandra menghampiri Quina, merasakan denyut nadinya dengan satu tangan, lalu memegang janggutnya dan berkata dengan serius."