Share

Angga Marah Besar

Lira duduk dengan perasaan hancur. Ternyata Rea tidak seperti yang dia pikir. Justru tidak mau mengakunya ibu. Hatinya hancur. Tak sadar air matanya mengalir.

“Mbak sabar ya. Rea hanya butuh waktu menerima Mbak!” Mahra menenangkan. Bagaimanapun dia juga seorang ibu. Dia paham apa yang Lira rasakan. Apalagi jauh-jauh dari Jakarta setelah mencarinya kemana-mana.

Lira terus menangis sesenggukan. “Semua ini memang salahku! Aku bukan ibu yang baik!” lirinya.

Mahra terdiam. Ustazah Rahmi sejak tadi mencari Rea. Rupanyagadis kecil itu meringkuk di atas tempat tidur. “Rea sayang!” panggil Ustazah Rahmi. “Boleh ustazah duduk?” tanya perempuan dua puluh dua tahun itu.

Rea menggangguk pelan. Air matanya tumpah. Dia seperti ketakutan.

“Rea pernah dengar cerita Uwais Alqarni?” tanya Ustazah setelah membawanya dalam pelukan.

Rea juga hanya mengangguk.

“Nah beruntunglah untuk orang-orang yang masih memiliki orang tua!” sambung ustazah muda itu.

“Tapi, Zah. Rea takut kalau itu bukan Mama Rea. Karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status