Ratih kebetulan melihat Gio ketika keluar menyajikan makanan dan segera menyambutnya, "Tuan sudah pulang.""Akhir-akhir ini dia nggak makan?" tanya Gio sambil melonggarkan dasinya."Akhir-akhir ini, Nona Nadia bergadang. Selain itu, jam makannya juga nggak teratur. Berat badannya jadi turun banyak," jelas Ratih dengan cemas."Bergadang? Apa yang dia lakukan?" tanya Gio sambil melihat ke kamar mandi yang tertutup itu."Dia menggambar," ujar Ratih sambil menunjuk sketsa busana di atas meja yang belum sempat dibuang Nadia.Gio mengambil dan melihat sketsa tersebut.'Sketsa busana?'Gio termenung. Dia ingat tidak melihat ada informasi tentang Nadia bisa mendesain busana.'Kapan dia mulai belajar?'Ketika Nadia keluar dari kamar mandi, Gio masih melihat-lihat kertas sketsa itu.Ekspresi Nadia seketika berubah ketika menyadari Gio sedang melihat sketsanya. Dia bergegas mengambil kembali sketsa itu dari tangan Gio."Jangan lihat!""Kapan kamu belajar?" tanya Gio sambil menatap Nadia.Nadia ti
'Pakai seseksi itu, mau kamu perlihatkan kepada siapa?'Mendengar perintah Gio, Nadia terdiam sesaat.'Dulu aku selalu pakai seperti ini, kenapa sekarang nggak boleh?'Nadia malas berdebat dengan Gio, jadi mengikuti perintahnya. Sekarang, Nadia mengenakan gaun panjang putih dengan punggung terbuka berbentuk V.Melihat itu, raut wajah Gio menjadi makin masam.Yang paling memikat dari Nadia adalah punggungnya. Ramping dan mulus. Selain itu, kedua tulang belikatnya indah dan sempurna.Setiap kali melakukan hubungan intim dan melihat punggung Nadia, hasrat seksual Gio meningkat secara naluriah.Oleh karena itu, punggung itu hanya boleh ditunjukkan padanya. 'Keluar dengan pakaian seperti ini, kamu ingin merayu siapa?' pikir Gio dalam hati.Masih berwajah masam, Gio berjalan menuju deretan gaun lain.Setelah memilih-milih, dia mengambil gaun merah muda pastel yang lebih tertutup, tetapi tetap bisa menunjukkan kesempurnaan sosok Nadia.Setelah Nadia mengenakan gaun itu dan tidak ada bagian te
Setelah menerima kartu nama itu, Nadia berkata dengan murah hati, "Tuan Muda Gavin, terima kasih sudah membantuku. Aku permisi dulu."Gavin tidak bisa mengalihkan pandangannya sampai Nadia pergi.'Mirip ... mirip sekali ....""Kak Gavin!"Teriakan Alena yang tiba-tiba itu membuyarkan lamunan Gavin.Melihat Gavin masih menatap Nadia yang berjalan pergi itu, Alena langsung berkata dengan kesal, "Kak! Kenapa kamu menatap rubah betina itu!'Mendengar perkataan vulgar Alena, Gavin langsung mengernyit dan berkata, "Apa kamu masih terlihat seperti putri dari keluarga besar yang berpendidikan?""Kamu jatuh cinta dengan rubah betina itu, ya? Kenapa terus membelanya!"....Untuk menghindari masalah yang tidak perlu, Nadia memilih untuk kembali menemani Gio.Begitu Nadia duduk di samping, Gio menatap wajah pucatnya dan bertanya terheran, "Nggak enak badan?""Sedikit membosankan," jawab Nadia."Nanti kalau ada barang yang kamu suka bilang padaku," ujar Gio sambil kembali melihat ke depan.Dia tahu
Nadia menoleh ke arah suara itu. Terlihat Wino masuk dengan wajah merah karena mabuk.Melihat ada Nadia juga, Wino langsung tersenyum sambil berkata, "Ada Nadia juga di sini!"Karin memelototi Wino sambil berkata dengan ketus, "Ngapain kamu di sini? Keluar!"Nadia segera berdiri dan menenangkan ibunya, "Bu, jangan marah. Operasi Ibu baru selesai nggak lama, jadi nggak boleh marah."Wino mengerutkan bibirnya dan berkata, "Beri aku uang dan aku akan pergi."Nadia menoleh ke Wino dan berkata, "Ayah! Ibu masih dirawat di rumah sakit, gimana bisa memberimu uang?"Wino memelototi Nadia sambil berkata, "Ibumu bisa tidur nyaman di rumah sakit dengan uangmu. Gimana dengan Ayah? Rumah sudah nggak ada. Apa kalian nggak tahu aku tidur di jalanan!"Setelah mengatakan itu, Wino menyadari dia telah mengatakan hal yang salah dan segera tutup mulut.Akan tetapi, Nadia dan Karin sudah mendengar semuanya dengan jelas.Wajah Karin menjadi pucat. Sambil menunjuk Wino dia berteriak, "Kamu! Apa katamu? Apa y
Nadia masih ragu. Setelah berpikir sejenak, dia merasa tidak bisa membuka mulut.Nadia merasa tidak boleh menggunakan ibu dan anaknya sebagai alasan untuk meminta uang yang dijanjikan di kontrak itu.Nadia merasa dialah yang merupakan anak ibunya. Dia juga yang menginginkan anak di dalam kandungnya. Oleh karena itu, Nadia merasa tidak sepatutnya minta uang dari orang lain.Selain itu, Nadia juga tidak yakin Gio tidak akan curiga.Nadia membuat alasan yang tidak masuk akal, "Aku lupa mau bilang apa. Nanti kalau sudah ingat aku baru bilang."Selesai bicara, Nadia segera meninggalkan ruang kerja.Gio mengerutkan kening. Dari ekspresi Nadia, Gio tahu Nadia tidak lupa.Gio merenung sesaat, lalu menghubungi Yuda.....Keesokan harinya, Nadia bangun dan mendapati ada notifikasi pesan 4 miliar telah masuk ke rekeningnya.Ada juga pesan dari Yuda: "Bu Nadia, Tuan Gio sudah mengalihkan sebuah rumah atas namamu. Alamatnya ini ...."Melihat pesan itu, Nadia seketika tercengang.Dia tidak mengataka
Sena menoleh dan memelototi Yuvira sambil berkata, "Kamu bicara apa sih? Apa mulutmu nggak bisa diam sebentar?"Yuvira menatap Sena dengan jijik. Di matanya, Sena hanyalah orang yang tidak penting dan tidak perlu diladeni.Yuvira menghampiri Nadia. Sambil tersenyum manis dia berkata, "Karena lingkungan rumahku sebelumnya sangat buruk, Gio membelikanku sebuah rumah.""Nggak akan lama lagi aku pasti bisa jadian dengan Gio, 'kan?" tanya Yuvira dengan sengaja.Nadia tersenyum dan balik bertanya, "Jadi, kalian masih belum jadian?""Hahaha ...."Sena tertawa terbahak-bahak, sedangkan senyuman Yuvira sebelumnya menghilang."Cepat atau lambat aku akan jadian dengannya. Sedangkan kamu?" sindir Yuvira."Ya, dia juga membelikanku rumah," ujar Nadia dengan santai, lalu berbalik dan membuka pintu kamar.Senyuman Yuvira menghilang dalam sekejap dan tertegun di tempat.Sena tidak bisa berhenti tersenyum. Sambil menepuk bahu Yuvira, dia berkata, "Kamu terlihat seperti badut."Setelah Nadia dan Sena ma
Tanpa menunjukkan emosi, Nadia mengangkat tangannya dan mengetuk-ngetuk kaca.Para sekretaris di ruangan itu menoleh. Saat melihat Nadia, mereka langsung tutup mulut.Nadia masuk dan bertanya sambil tersenyum, "Kenapa pada berhenti? Seharusnya aku sebagai tokoh utama pembicaraan kalian ikut juga, 'kan?"Para sekretaris itu saling memandang dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Sambil membawa dokumen di tangan, Nadia berjalan ke depan meja. Sorot matanya yang dingin itu mengamati mereka semua."Dari pada mengurus urusan orang lain, lebih urus pekerjaan kalian."Setelah mengatakan itu, Nadia meletakkan dokumennya di atas meja. "Bu Devi, kamu sebagai kepala sekretaris malah mengajak yang lain untuk bergosip. Silakan ke Divisi Keuangan untuk ambil gaji bulan ini dan pergi."Mendengar itu, mata Devi membelalak. Dia bangkit dari kursi dan berkata, "Kamu pecat aku hanya karena hal ini?""Karena ini?" Nadia terkekeh, lalu lanjut berkata, "Dokumen yang dikirim oleh Felma Konstruksi Gru
Rumah Sakit Pusat Akasia.Nadia dan Sena kembali ke kamar rawat setelah menyelesaikan prosedur rawat inap.Yuvira disuntik obat penenang dan terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya terlihat pucat.Gio menatap Yuvira dengan cemas dan ada sedikit rasa bersalah terlihat di wajahnya.Nadia menekan rasa pilu di hatinya sambil berkata kepada Gio, "Pak Gio, prosedurnya rawat inapnya sudah selesai."Gio tidak merespons dan hanya memerintah, "Tanyakan pada Yuda, apa dia sudah menemukan informasi tentang penyakit Yuvira?"Nadia mengangguk, berbalik dan keluar dari kamar rawat bersama Sena.Kemudian, Nadia menghubungi Yuda dan menyampaikan apa yang ditanyakan oleh Gio.Yuda terdiam beberapa saat, lalu berkata, "Ada trauma psikologis yang parah ketika dia masih kecil. Sampai sekarang, dia menemui psikiater dan mengonsumsi obat-obatan.""Kami sudah bertemu dengan Kepala Panti Asuhan, tapi dia bilang nggak tahu apa-apa. Sekarang aku akan menghubungi Wakil Kepala Panti Asuhan."Setelah menutup tel
Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
"Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar
Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem
Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah