Tanpa menunjukkan emosi, Nadia mengangkat tangannya dan mengetuk-ngetuk kaca.Para sekretaris di ruangan itu menoleh. Saat melihat Nadia, mereka langsung tutup mulut.Nadia masuk dan bertanya sambil tersenyum, "Kenapa pada berhenti? Seharusnya aku sebagai tokoh utama pembicaraan kalian ikut juga, 'kan?"Para sekretaris itu saling memandang dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Sambil membawa dokumen di tangan, Nadia berjalan ke depan meja. Sorot matanya yang dingin itu mengamati mereka semua."Dari pada mengurus urusan orang lain, lebih urus pekerjaan kalian."Setelah mengatakan itu, Nadia meletakkan dokumennya di atas meja. "Bu Devi, kamu sebagai kepala sekretaris malah mengajak yang lain untuk bergosip. Silakan ke Divisi Keuangan untuk ambil gaji bulan ini dan pergi."Mendengar itu, mata Devi membelalak. Dia bangkit dari kursi dan berkata, "Kamu pecat aku hanya karena hal ini?""Karena ini?" Nadia terkekeh, lalu lanjut berkata, "Dokumen yang dikirim oleh Felma Konstruksi Gru
Rumah Sakit Pusat Akasia.Nadia dan Sena kembali ke kamar rawat setelah menyelesaikan prosedur rawat inap.Yuvira disuntik obat penenang dan terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya terlihat pucat.Gio menatap Yuvira dengan cemas dan ada sedikit rasa bersalah terlihat di wajahnya.Nadia menekan rasa pilu di hatinya sambil berkata kepada Gio, "Pak Gio, prosedurnya rawat inapnya sudah selesai."Gio tidak merespons dan hanya memerintah, "Tanyakan pada Yuda, apa dia sudah menemukan informasi tentang penyakit Yuvira?"Nadia mengangguk, berbalik dan keluar dari kamar rawat bersama Sena.Kemudian, Nadia menghubungi Yuda dan menyampaikan apa yang ditanyakan oleh Gio.Yuda terdiam beberapa saat, lalu berkata, "Ada trauma psikologis yang parah ketika dia masih kecil. Sampai sekarang, dia menemui psikiater dan mengonsumsi obat-obatan.""Kami sudah bertemu dengan Kepala Panti Asuhan, tapi dia bilang nggak tahu apa-apa. Sekarang aku akan menghubungi Wakil Kepala Panti Asuhan."Setelah menutup tel
Yuvira tertegun sesaat, lalu mengerti apa yang terjadi.Dia tahu hanya Nadia yang bisa membuat Gio terlihat kalut begitu dan langsung pergi.Yuvira tidak bisa menerima Nadia menempati posisi penting di hati Gio.Dia merasa Nadia hanyalah wanita simpanan yang tidak bermartabat.Raut wajah Yuvira berubah menjadi masam. 'Jangan salahkan aku bertindak kejam!' pikirnya dalam hati.....Setelah mengirim lokasi, Nadia menyimpan kembali ponselnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Melompat keluar dari mobil terlalu berbahaya, jadi dia tidak boleh bertindak gegabah.Nadia menutup matanya dan bersandar di pintu mobil. Dia memikirkan apa yang harus dia lakukan nanti.Sepuluh menit kemudian, mobil berhenti.Nadia mendongak, terlihat sebuah gudang bobrok."Turun!"Tiba-tiba, pintu mobil terbuka dan lengannya dicengkeram oleh seseorang.Nadia pura-pura ketakutan dan menatap pria asing di depannya, lalu berkata, "Siapa kamu? Kenapa aku dibawa ke sini?""Kamu tanya pada dirimu sendiri. Kamu sudah meny
'Akhirnya dia datang.'Melihat Nadia yang sedang berjongkok di tanah, sorot mata Gio menjadi sangat menakutkan."Kevin, sekarang kamu sudah berani menculik orangku," ujar Gio sambil menatap dengan niat membunuh."Paman ... Paman Gio!" Seketika, Kevin berdiri dan meringkuk gemetar bersama ketiga sekretaris di belakang."Kamu masih tahu bahwa aku ini pamanmu?" tanya Gio sambil berjalan mendekatinya.Kevin sangat ketakutan hingga tidak berhenti menelan ludah.Tiba-tiba, dia sepertinya memikirkan sesuatu, matanya dengan cepat tertuju pada Nadia."Aku memang menyuruh orang untuk menculiknya, tapi aku melakukan semua ini untuk Paman! Aku baru saja mengujinya! Dia punya niat jahat pada Paman!""Dia sangat benci Paman sampai ingin meracuni Paman! Percaya padaku!"Gio melirik ke arah Nadia yang berdiri seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kemudian, sudut bibirnya terangkat dan berkata kepada Kevin, "Karena kamu begitu peduli pada Paman. Tentu saja, aku sebagai pamanmu harus memberimu beberapa had
Karena perkataan Yuvira, makan bersama biasa langsung berubah menjadi sedang berkencan.Nadia menatapnya dengan dingin. Sebelum Nadia dapat berbicara, Gavin di sampingnya berbicara dahulu."Gio, lama nggak bertemu."Suara Gavin yang lembut seperti angin sepoi-sepoi, membuat hati Nadia yang sedikit gelisah perlahan-lahan menjadi tenang.Selain itu, Nadia sekarang sudah tidak ada hubungan dengan Gio, jadi dia tidak perlu khawatir Gio akan salah paham.Sorot mata Gio samar-samar terlihat dingin sambil berkata, "Suasana hatimu lagi bagus, ya?""Lumayan," jawab Gavin sambil tersenyum.Yuvira menatap Gio dan berkata, "Gio, Nadia dan pria ini terlihat sangat serasi, ya?"Tidak ada emosi di mata dalam Gio. Diam mengatupkan bibirnya dan mengeluarkan suara "hmm".Gavin melirik Yuvira sejenak lalu menoleh ke Nadia dan berkata, "Ayo pergi? Aku akan antar kamu pulang."Nadia ingin mengatakan "nggak perlu", tetapi Gavin lanjut berkata, "Nggak aman di sana pada malam hari."Teringat anak di dalam kan
Nadia berbalik dan mengambil ponselnya.Nadia mengernyit ketika melihat panggilan itu dari nomor tidak dikenal.'Siapa yang menelepon jam segini?'Nadia membuka selimutnya dan keluar dari kamar dengan pelan. Setelah mengangkat panggilan itu, Nadia menunggu orang yang menelepon berbicara terlebih dahulu."Halo? Apa benar ini Bu Nadia? Saya adalah petugas lapas di Kota Mesia."'Penjara?'Nadia merasakan firasat buruk. "Ada apa?" tanyanya."Ayahmu meninggal di penjara pada pukul 03.52. Datanglah besok untuk mengambil jenazahnya."Tercekat oleh berita tersebut pikiran Nadia menjadi kosong.Wino ....''Meninggal?'Nadia perlahan meletakkan ponselnya dan matanya dipenuhi rasa tidak percaya.Meskipun Nadia benci terhadap Wino, Wino pernah bekerja untuk menghidupi keluarga ketika Nadia masih kecil.Sambil menahan rasa sakit di dadanya, Nadia terjatuh lemas di atas sofa.'Kenapa semua ini terjadi begitu mendadak?'....Keesokan hari.Gio yang sudah mengetahui kejadian tersebut ikut pergi ke pen
Nadia sedikit terkejut ketika mendapati dirinya berada di kamar Gio.Nadia mengusap keningnya, dia tidak ingat bagaimana Gio membawanya kembali.Terdengar suara langkah kaki mendekat dan Gio muncul di hadapannya."Apakah kamu sudah bangun?" Gio berjalan ke tempat tidur, menatap Nadia dan bertanya, "Kamu sudah sadar, ya?"Nadia meliriknya dengan marah. 'Apa masih perlu ditanya?'Melihat tatapan Nadia itu, raut wajah Gio berubah menjadi masam dan berkata, "Apa kamu nggak punya hati nurani? Kamu bahkan nggak berterima kasih padaku setelah membawamu kembali?"“Terima kasih," balas Nadia sambil menunduk.Nadanya begitu datar sampai-sampai terasa tidak ada rasa berterima kasih.Gio menelan ludah beberapa kali.'Dia selalu punya cara untuk membuatku marah!'Sesaat kemudian Gio bertanya lagi, "Kenapa pola makananmu sangat buruk? Apa kamu sangat senang kekurangan nutrisi?"Nadia mengatupkan bibirnya tidak mengatakan apa pun. Sambil menahan rasa pusingnya, Nadia membuka selimut dan hendak turun
Di dalam taksi, Nadia mencari alamat Panti Asuhan Pelangi di peta.Panti Asuhan Pelangi terletak di pinggiran barat kota. Butuh dua jam perjalanan untuk ke sana dari tempat tinggal Nadia.Nadia kemudian mentransfer uang untuk melunasi sisa pembayaran ke Carlos.Nadia harus mengakui bahwa efisiensi Carlos dalam melaksanakan tugasnya sangat tinggi.Nadia: "Paman Carlos, aku ingin tahu bagaimana Paman menyelidikinya?"Kurang dari satu menit setelah pesan terkirim, Carlos menelepon.Carlos menjelaskan, "Aku nggak menggunakan identitasmu untuk menyelidikinya, tapi Karin, dia memiliki catatan adopsi.""Tapi, ada yang aneh. Informasi yang kudapatkan hanya tercantum nama panti asuhan tempat kamu berada, tapi tidak tercantum namamu sebelumnya.""Kalau kamu bisa beri tahu namamu sebelumnya, mungkin aku bisa mendapatkan informasi yang lebih berguna."'Namaku sebelumnya?'Nadia tercengang. Dia ingat ibunya pernah memberitahunya bahwa dia menderita penyakit serius ketika masih kecil.Penyakit itu m