'Akhirnya dia datang.'Melihat Nadia yang sedang berjongkok di tanah, sorot mata Gio menjadi sangat menakutkan."Kevin, sekarang kamu sudah berani menculik orangku," ujar Gio sambil menatap dengan niat membunuh."Paman ... Paman Gio!" Seketika, Kevin berdiri dan meringkuk gemetar bersama ketiga sekretaris di belakang."Kamu masih tahu bahwa aku ini pamanmu?" tanya Gio sambil berjalan mendekatinya.Kevin sangat ketakutan hingga tidak berhenti menelan ludah.Tiba-tiba, dia sepertinya memikirkan sesuatu, matanya dengan cepat tertuju pada Nadia."Aku memang menyuruh orang untuk menculiknya, tapi aku melakukan semua ini untuk Paman! Aku baru saja mengujinya! Dia punya niat jahat pada Paman!""Dia sangat benci Paman sampai ingin meracuni Paman! Percaya padaku!"Gio melirik ke arah Nadia yang berdiri seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kemudian, sudut bibirnya terangkat dan berkata kepada Kevin, "Karena kamu begitu peduli pada Paman. Tentu saja, aku sebagai pamanmu harus memberimu beberapa had
Karena perkataan Yuvira, makan bersama biasa langsung berubah menjadi sedang berkencan.Nadia menatapnya dengan dingin. Sebelum Nadia dapat berbicara, Gavin di sampingnya berbicara dahulu."Gio, lama nggak bertemu."Suara Gavin yang lembut seperti angin sepoi-sepoi, membuat hati Nadia yang sedikit gelisah perlahan-lahan menjadi tenang.Selain itu, Nadia sekarang sudah tidak ada hubungan dengan Gio, jadi dia tidak perlu khawatir Gio akan salah paham.Sorot mata Gio samar-samar terlihat dingin sambil berkata, "Suasana hatimu lagi bagus, ya?""Lumayan," jawab Gavin sambil tersenyum.Yuvira menatap Gio dan berkata, "Gio, Nadia dan pria ini terlihat sangat serasi, ya?"Tidak ada emosi di mata dalam Gio. Diam mengatupkan bibirnya dan mengeluarkan suara "hmm".Gavin melirik Yuvira sejenak lalu menoleh ke Nadia dan berkata, "Ayo pergi? Aku akan antar kamu pulang."Nadia ingin mengatakan "nggak perlu", tetapi Gavin lanjut berkata, "Nggak aman di sana pada malam hari."Teringat anak di dalam kan
Nadia berbalik dan mengambil ponselnya.Nadia mengernyit ketika melihat panggilan itu dari nomor tidak dikenal.'Siapa yang menelepon jam segini?'Nadia membuka selimutnya dan keluar dari kamar dengan pelan. Setelah mengangkat panggilan itu, Nadia menunggu orang yang menelepon berbicara terlebih dahulu."Halo? Apa benar ini Bu Nadia? Saya adalah petugas lapas di Kota Mesia."'Penjara?'Nadia merasakan firasat buruk. "Ada apa?" tanyanya."Ayahmu meninggal di penjara pada pukul 03.52. Datanglah besok untuk mengambil jenazahnya."Tercekat oleh berita tersebut pikiran Nadia menjadi kosong.Wino ....''Meninggal?'Nadia perlahan meletakkan ponselnya dan matanya dipenuhi rasa tidak percaya.Meskipun Nadia benci terhadap Wino, Wino pernah bekerja untuk menghidupi keluarga ketika Nadia masih kecil.Sambil menahan rasa sakit di dadanya, Nadia terjatuh lemas di atas sofa.'Kenapa semua ini terjadi begitu mendadak?'....Keesokan hari.Gio yang sudah mengetahui kejadian tersebut ikut pergi ke pen
Nadia sedikit terkejut ketika mendapati dirinya berada di kamar Gio.Nadia mengusap keningnya, dia tidak ingat bagaimana Gio membawanya kembali.Terdengar suara langkah kaki mendekat dan Gio muncul di hadapannya."Apakah kamu sudah bangun?" Gio berjalan ke tempat tidur, menatap Nadia dan bertanya, "Kamu sudah sadar, ya?"Nadia meliriknya dengan marah. 'Apa masih perlu ditanya?'Melihat tatapan Nadia itu, raut wajah Gio berubah menjadi masam dan berkata, "Apa kamu nggak punya hati nurani? Kamu bahkan nggak berterima kasih padaku setelah membawamu kembali?"“Terima kasih," balas Nadia sambil menunduk.Nadanya begitu datar sampai-sampai terasa tidak ada rasa berterima kasih.Gio menelan ludah beberapa kali.'Dia selalu punya cara untuk membuatku marah!'Sesaat kemudian Gio bertanya lagi, "Kenapa pola makananmu sangat buruk? Apa kamu sangat senang kekurangan nutrisi?"Nadia mengatupkan bibirnya tidak mengatakan apa pun. Sambil menahan rasa pusingnya, Nadia membuka selimut dan hendak turun
Di dalam taksi, Nadia mencari alamat Panti Asuhan Pelangi di peta.Panti Asuhan Pelangi terletak di pinggiran barat kota. Butuh dua jam perjalanan untuk ke sana dari tempat tinggal Nadia.Nadia kemudian mentransfer uang untuk melunasi sisa pembayaran ke Carlos.Nadia harus mengakui bahwa efisiensi Carlos dalam melaksanakan tugasnya sangat tinggi.Nadia: "Paman Carlos, aku ingin tahu bagaimana Paman menyelidikinya?"Kurang dari satu menit setelah pesan terkirim, Carlos menelepon.Carlos menjelaskan, "Aku nggak menggunakan identitasmu untuk menyelidikinya, tapi Karin, dia memiliki catatan adopsi.""Tapi, ada yang aneh. Informasi yang kudapatkan hanya tercantum nama panti asuhan tempat kamu berada, tapi tidak tercantum namamu sebelumnya.""Kalau kamu bisa beri tahu namamu sebelumnya, mungkin aku bisa mendapatkan informasi yang lebih berguna."'Namaku sebelumnya?'Nadia tercengang. Dia ingat ibunya pernah memberitahunya bahwa dia menderita penyakit serius ketika masih kecil.Penyakit itu m
Gio tidak menghiraukan perkataan Erik.Brian sangat mengenali temperamen Gio, jadi dia segera menekan sebagian amarahnya."Gio, katakan padaku, wanita seperti apa yang bisa membuatmu memutuskan untuk bertunangan dalam waktu sesingkat itu?"Gio menatap Brian dengan dingin dan berkata, "Apa kamu lupa apa yang terjadi padaku ketika berumur 8 tahun?"Ekspresi Brian dan Erik seketika tampak kaku."Kamu sudah menemukan gadis yang menyelamatkanmu?" tanya Brian."Ya," jawab Gio dengan suara yang rendah.Brian kehilangan kata-kata. Selama bertahun-tahun, semua orang tahu bahwa putranya sedang mencari gadis itu.Brian bersyukur gadis itu telah menyelamatkan putranya, tetapi wanita yang akan menjadi menantu Keluarga Cakra harus memiliki latar belakang yang setara."Kalau sudah menemukannya, kamu hanya perlu memberinya sejumlah uang dan rumah. Kenapa harus menikahinya?" tanya Brian."Kalau nggak ada dia, apa menurut Ayah aku masih bisa duduk di sini?" tanya Gio sambil tersenyum dingin."Gio!" seru
Gio kebetulan tiba di panti asuhan ketika dia menerima telepon dari Nadia.Melihat nama yang tertera di layar ponsel itu, Gio sedikit mengernyit. 'Kenapa jam segini dia meneleponku?'Begitu Gio mengangkat panggilan itu, terdengar suara batuk keras Nadia."Gio! Tolong aku!" teriak Nadia dengan mendesak.Seketika, raut wajah Gio berubah menjadi serius dan bertanya, "Kamu di mana?""Panti Asuhan Pelangi! Aku ada di bangunan tua di belakang Panti Asuhan Pelangi!""Ada orang, uhuk ... uhuk ... yang sengaja menyalakan api dan mengunciku di dalam ruangan, uhuk ... uhuk ....""Gio, tolong aku, aku nggak bisa keluar!"Mendengar itu, Gio langsung menengadah dan melihat ke panti asuhan. Aura dan tatapannya langsung terlihat menakutkan dan panik.Gio segera turun dari mobil sambil berkata, "Nadia, sekarang tutup mulutmu dan berdiri di dekat ventilasi. Aku segera ke sana!"Menyadari ada yang aneh, Yuda segera keluar dari mobil dan bertanya, "Tuan Gio, apa yang terjadi?""Bawa orang-orang kita ke ba
Melihat Nadia tidak mau memberi tahu, Gio tidak mendesaknya.Tidak lama kemudian pemadam kebakaran dan polisi tiba. Setelah Nadia selesai melakukan laporan, dia dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Gio.Dokter memeriksa paru-paru Nadia. Setelah memastikan tidak ada yang salah, Nadia diperbolehkan untuk pulang.Dalam perjalanan pulang, Nadia tertidur.Kepalanya yang bersandar di pintu mobil terbentur dari waktu ke waktu.Gio mengatupkan bibirnya, mengulurkan tangan memindahkan kepala Nadia untuk disandarkan ke bahunya.Yuda sedang mengemudi. Saat dia melihat sekilas pemandangan itu melalui kaca spion, dia berusaha menahan tertawa.'Tuan Gio sungguh nggak jujur. Padahal sebenarnya dia ada perasaan pada Nona Nadia.'Dua jam kemudian, mereka tiba di Pondok Asri.Gio ingin menggendong Nadia keluar dari mobil, tetapi begitu tangannya menyentuh kaki Nadia, Nadia segera membuka matanya.Nadia kaget hingga mundur ke belakang.Setelah melihat dengan jelas bahwa pria di depannya adalah Gio, Nadia