Melihat Nadia tidak mau memberi tahu, Gio tidak mendesaknya.Tidak lama kemudian pemadam kebakaran dan polisi tiba. Setelah Nadia selesai melakukan laporan, dia dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Gio.Dokter memeriksa paru-paru Nadia. Setelah memastikan tidak ada yang salah, Nadia diperbolehkan untuk pulang.Dalam perjalanan pulang, Nadia tertidur.Kepalanya yang bersandar di pintu mobil terbentur dari waktu ke waktu.Gio mengatupkan bibirnya, mengulurkan tangan memindahkan kepala Nadia untuk disandarkan ke bahunya.Yuda sedang mengemudi. Saat dia melihat sekilas pemandangan itu melalui kaca spion, dia berusaha menahan tertawa.'Tuan Gio sungguh nggak jujur. Padahal sebenarnya dia ada perasaan pada Nona Nadia.'Dua jam kemudian, mereka tiba di Pondok Asri.Gio ingin menggendong Nadia keluar dari mobil, tetapi begitu tangannya menyentuh kaki Nadia, Nadia segera membuka matanya.Nadia kaget hingga mundur ke belakang.Setelah melihat dengan jelas bahwa pria di depannya adalah Gio, Nadia
Perkataan pria botak itu membuat Nadia tercekat. "Kak Raimun yang menyuruh kalian untuk menabrakku? Bagaimana dengan masalah di rumah sakit?""Kami juga yang memasang poster-poster yang digunakan untuk memfitnahmu itu," ujar si pria botak.Nadia sudah tidak bisa duduk tenang, dia berdiri dan bertanya kepada mereka, "Yuvira! Apa kalian mengenal Yuvira?"Gio menoleh, menatap Nadia yang emosinya sudah lepas kendali, dengan sorot mata menunjukkan perasaan yang rumit.Pria botak itu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah kubilang, kami nggak tahu banyak hal!"Aku nggak bisa menjamin apakah Kak Raimun mengenalinya atau nggak. Kalian hanya bisa tahu setelah menangkap Kak Raimun."Ekspresi Nadia menjadi masam. Dia tahu betul bahwa Yuvira yang sudah melakukannya, tetapi Yuvira sangat licik sehingga bisa menarik diri dari masalah ini. Meskipun pelaku-pelaku yang menyerangnya sudah tertangkap, Nadia tidak bisa melakukan apa pun pada Yuvira.Nadia yang mengetahui yang sebenarnya hanya bisa te
Nadia dan Sena saling memandang tanpa mengatakan apa pun.Mereka tidak punya kebiasaan menguping, jadi langsung lanjut berjalan menuju ruangan VIP mereka.Akan tetapi, baru dua langkah, perkataan Gio membuat langkah mereka berhenti."Kamu hamil?"Suara serak Gio dipenuhi rasa terkejut.Yuvira mengangguk dengan sedih dan berkata, "Sudah sebulan, Gio. Aku nggak ingin menggunakan anak ini untuk memaksamu bertunangan denganku. Kalau kamu nggak menginginkannya, aku bersedia menggugurkannya.""Nggak perlu!"Suara teriakan Gio sangat dingin.Nadia membeku di tempat seolah-olah seseorang telah menuangkan seember air es dari ujung kepala sampai ujung kaki.'Dari nada bicara Gio, apakah dia berniat menerima anak dalam perut Yuvira?'"Nad ..." panggil Sena yang menatapnya dengan cemas.Bulu mata Nadia bergetar. "Ayo pergi ..." ujarnya.Sena menarik Nadia ke arah pintu dan berkata, "Ayo, kita pulang saja."Nadia menarik napas dalam-dalam dan lanjut berkata, "Nggak apa-apa. Kita masuk ke ruangan VI
Nadia menoleh ke belakang, melihat pria yang membawakan buket bunga krisan putih."Dokter Sam?"Nadia berdiri karena kaget. Sepertinya dia sudah lama tidak bertemu Sam.Di bawah sinar matahari, wajah Sam tampak semakin tampan dan lembut.Sam tersenyum dan berkata, "Saat berjalan kemari, aku sudah melihatmu. Karena nggak ingin ganggu kamu berbicara dengan Bibi Karin, jadi aku nggak menyapamu."Nadia sedikit malu dan tidak tahu apakah perkataannya barusan terdengar oleh Sam.Nadia mengganti topik pembicaraan, "Terima kasih sudah datang menemui ibuku."Sam meletakkan buket bunga di depan batu nisan sambil berkata dengan lembut, "Kamu nggak menjaga dirimu dengan baik."Nada suaranya terdengar tegas.Nadia menunduk dan berkata, "Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaan."Sam melihat perutnya dan berkata, "Kamu harus memikirkan bayimu. Trimester pertama adalah fase krusial."Nadia mengangguk dan berkata, "Oke, aku mengerti.""Akhir-akhir ini ada perubahan jam kerja, jadi aku sediki
Sam mengikuti arah pandang Nadia. Begitu melihat mobil itu, Sam pun mengerti apa yang sedang terjadi.Sam bertanya dengan lembut, "Gimana kalau aku naik dulu?"Nadia berpikir sejenak dan berkata, "Nggak usah, aku hanya akan menyapanya sebentar lalu kembali."Nadia bukan orang yang tidak berperasaan.Gio sudah menyelamatkannya. Meskipun dia tidak tahu mengapa Gio muncul di sini, dia setidaknya harus pergi menyapa Gio.Sam mengangguk. Dia berdiri menunggu Nadia, yang sedang berjalan menuju ke mobil Maybach itu.Ketika Nadia tiba, jendela mobil pun terbuka dan wajah Gio yang masam itu muncul di depannya.Nadia berkata dengan sopan, "Pak Gio, selamat tahun baru."Panggilan "Pak Gio" menandakan Nadia menjaga jarak dengannya.Gio menatap Nadia dengan dingin dan berkata, "Masuk ke mobil."Nadia menolaknya dengan beralasan, "Temanku masih menungguku, aku hanya datang menyapamu dan harus kembali.""Jangan sampai aku mengulanginya!" seru Gio yang tidak menerima penolakan itu.Nadia mendengkus di
"Apa menurutmu Gio akan percaya?" teriak Yuvira.Nadia berkata, "Dia mungkin nggak percaya, tapi ...."Sembari berkata, Nadia mengarahkan pandangannya ke perut Yuvira, "Kalau aku beri tahu Gio bahwa kamu berselingkuh dengan pria lain, menurutmu, Gio akan mencurigai siapa ayah dari anak di dalam perutmu itu atau nggak?""Omong Kosong!""Sepertinya kamu lebih pelupa daripada aku. Apa kamu lupa sudah berhubungan dengan pria bernama Hedi?" cibir Nadia.Raut wajah Yuvira langsung memucat. "Nadia! Kamu jangan sembarang bicara!" serunya."Kenapa kamu gugup begitu?" Nadia tersenyum dan lanjut berkata, "Apa karena perkataanku benar?"Yuvira berseru sambil menunjuk wajah Nadia, "Jangan mengira Gio akan percaya dengan ucapanmu!""Apa kamu berpikir bisa merusak hubunganku dengan Gio?""Bagaimana Gio memperlakukan aku dan kamu, apa kamu nggak bisa melihat perbedaannya?"Selesai berbicara, Yuvira buru-buru berjalan menuju pintu. Dia takut Nadia akan memukulnya lagi.Sebelum membanting pintu, Yuvira
Malam itu, Gio seperti orang gila dan tidak berhenti melakukannya.Setelah selesai, Gio mengenakan pakaian sambil menatap dingin ke arah Nadia, yang meringkuk di kasur dengan gemetar, lalu berbalik dan pergi.Gio pergi tanpa mengatakan apa pun.Air mata Nadia mengalir setetes demi setetes dan membasahi bantal.'Harus bagaimana agar dia melepaskanku?'....Selama sebulan penuh, Nadia tidak melihat Gio lagi.Nadia lolos seleksi kompetisi desain busana putaran kedua. Selain itu, dia mendengar kabar dari Sena.Gio dan Yuvira sudah bertunangan.Nadia tidak bisa menahan perasaan sedih di hatinya.Namun, dia hanya bisa mengalihkan fokusnya pada pekerjaan dan menunggu kabar dari Carlos.Selama kurun waktu itu, Nadia dibantu oleh Sena dan Sam secara bergiliran.Hanya saja, tidak peduli berapa banyak suplemen yang Nadia konsumsi, tubuhnya masih kurus. Setelah lebih dari tiga bulan, perutnya juga tidak menunjukkan bahwa dia hamil kembar tiga.Saat melakukan pemeriksaan, dokter memberi tahu Nadia
"Pak Gio sudah datang!"Tubuh Nadia menegang, matanya tertuju pada Gio yang datang bersama Yuvira.Nadia tahu Gio akan datang, tetapi dia tidak menyangka akan datang secepat ini.Yuvira mengenakan gaun panjang berwarna lembut dan riasan tipis di wajahnya.Berdiri di samping Gio, dia terlihat sedikit serasi.Sedangkan Gio, wajah tampannya tetap menunjukkan ekspresi dingin dan tubuhnya mengeluarkan aura yang mendominasi.Gavin sepertinya menyadari ketidaknyamanan Nadia dan menghiburnya dengan lembut, "Nggak apa-apa, dia selalu pergi setelah memberi hadiah."Nadia merasa lega setelah mendengar ucapan itu.Tidak lama setelah masuk, Gio melihat Nadia duduk di sebelah Gavin.Mata yang dingin itu menatap Nadia dengan tajam dan ekspresinya menjadi masam.Yuvira mengikuti pandangan Gio. Kilatan kecemburuan pun muncul di matanya.Yuvira mengambil minuman dari atas meja dan menyerahkannya kepada Gio untuk mengalihkan perhatian Gio.“Gio, minum jus?" tanya Yuvira dengan lembut.Gio sama sekali tid