Nadia dan Sena saling memandang tanpa mengatakan apa pun.Mereka tidak punya kebiasaan menguping, jadi langsung lanjut berjalan menuju ruangan VIP mereka.Akan tetapi, baru dua langkah, perkataan Gio membuat langkah mereka berhenti."Kamu hamil?"Suara serak Gio dipenuhi rasa terkejut.Yuvira mengangguk dengan sedih dan berkata, "Sudah sebulan, Gio. Aku nggak ingin menggunakan anak ini untuk memaksamu bertunangan denganku. Kalau kamu nggak menginginkannya, aku bersedia menggugurkannya.""Nggak perlu!"Suara teriakan Gio sangat dingin.Nadia membeku di tempat seolah-olah seseorang telah menuangkan seember air es dari ujung kepala sampai ujung kaki.'Dari nada bicara Gio, apakah dia berniat menerima anak dalam perut Yuvira?'"Nad ..." panggil Sena yang menatapnya dengan cemas.Bulu mata Nadia bergetar. "Ayo pergi ..." ujarnya.Sena menarik Nadia ke arah pintu dan berkata, "Ayo, kita pulang saja."Nadia menarik napas dalam-dalam dan lanjut berkata, "Nggak apa-apa. Kita masuk ke ruangan VI
Nadia menoleh ke belakang, melihat pria yang membawakan buket bunga krisan putih."Dokter Sam?"Nadia berdiri karena kaget. Sepertinya dia sudah lama tidak bertemu Sam.Di bawah sinar matahari, wajah Sam tampak semakin tampan dan lembut.Sam tersenyum dan berkata, "Saat berjalan kemari, aku sudah melihatmu. Karena nggak ingin ganggu kamu berbicara dengan Bibi Karin, jadi aku nggak menyapamu."Nadia sedikit malu dan tidak tahu apakah perkataannya barusan terdengar oleh Sam.Nadia mengganti topik pembicaraan, "Terima kasih sudah datang menemui ibuku."Sam meletakkan buket bunga di depan batu nisan sambil berkata dengan lembut, "Kamu nggak menjaga dirimu dengan baik."Nada suaranya terdengar tegas.Nadia menunduk dan berkata, "Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaan."Sam melihat perutnya dan berkata, "Kamu harus memikirkan bayimu. Trimester pertama adalah fase krusial."Nadia mengangguk dan berkata, "Oke, aku mengerti.""Akhir-akhir ini ada perubahan jam kerja, jadi aku sediki
Sam mengikuti arah pandang Nadia. Begitu melihat mobil itu, Sam pun mengerti apa yang sedang terjadi.Sam bertanya dengan lembut, "Gimana kalau aku naik dulu?"Nadia berpikir sejenak dan berkata, "Nggak usah, aku hanya akan menyapanya sebentar lalu kembali."Nadia bukan orang yang tidak berperasaan.Gio sudah menyelamatkannya. Meskipun dia tidak tahu mengapa Gio muncul di sini, dia setidaknya harus pergi menyapa Gio.Sam mengangguk. Dia berdiri menunggu Nadia, yang sedang berjalan menuju ke mobil Maybach itu.Ketika Nadia tiba, jendela mobil pun terbuka dan wajah Gio yang masam itu muncul di depannya.Nadia berkata dengan sopan, "Pak Gio, selamat tahun baru."Panggilan "Pak Gio" menandakan Nadia menjaga jarak dengannya.Gio menatap Nadia dengan dingin dan berkata, "Masuk ke mobil."Nadia menolaknya dengan beralasan, "Temanku masih menungguku, aku hanya datang menyapamu dan harus kembali.""Jangan sampai aku mengulanginya!" seru Gio yang tidak menerima penolakan itu.Nadia mendengkus di
"Apa menurutmu Gio akan percaya?" teriak Yuvira.Nadia berkata, "Dia mungkin nggak percaya, tapi ...."Sembari berkata, Nadia mengarahkan pandangannya ke perut Yuvira, "Kalau aku beri tahu Gio bahwa kamu berselingkuh dengan pria lain, menurutmu, Gio akan mencurigai siapa ayah dari anak di dalam perutmu itu atau nggak?""Omong Kosong!""Sepertinya kamu lebih pelupa daripada aku. Apa kamu lupa sudah berhubungan dengan pria bernama Hedi?" cibir Nadia.Raut wajah Yuvira langsung memucat. "Nadia! Kamu jangan sembarang bicara!" serunya."Kenapa kamu gugup begitu?" Nadia tersenyum dan lanjut berkata, "Apa karena perkataanku benar?"Yuvira berseru sambil menunjuk wajah Nadia, "Jangan mengira Gio akan percaya dengan ucapanmu!""Apa kamu berpikir bisa merusak hubunganku dengan Gio?""Bagaimana Gio memperlakukan aku dan kamu, apa kamu nggak bisa melihat perbedaannya?"Selesai berbicara, Yuvira buru-buru berjalan menuju pintu. Dia takut Nadia akan memukulnya lagi.Sebelum membanting pintu, Yuvira
Malam itu, Gio seperti orang gila dan tidak berhenti melakukannya.Setelah selesai, Gio mengenakan pakaian sambil menatap dingin ke arah Nadia, yang meringkuk di kasur dengan gemetar, lalu berbalik dan pergi.Gio pergi tanpa mengatakan apa pun.Air mata Nadia mengalir setetes demi setetes dan membasahi bantal.'Harus bagaimana agar dia melepaskanku?'....Selama sebulan penuh, Nadia tidak melihat Gio lagi.Nadia lolos seleksi kompetisi desain busana putaran kedua. Selain itu, dia mendengar kabar dari Sena.Gio dan Yuvira sudah bertunangan.Nadia tidak bisa menahan perasaan sedih di hatinya.Namun, dia hanya bisa mengalihkan fokusnya pada pekerjaan dan menunggu kabar dari Carlos.Selama kurun waktu itu, Nadia dibantu oleh Sena dan Sam secara bergiliran.Hanya saja, tidak peduli berapa banyak suplemen yang Nadia konsumsi, tubuhnya masih kurus. Setelah lebih dari tiga bulan, perutnya juga tidak menunjukkan bahwa dia hamil kembar tiga.Saat melakukan pemeriksaan, dokter memberi tahu Nadia
"Pak Gio sudah datang!"Tubuh Nadia menegang, matanya tertuju pada Gio yang datang bersama Yuvira.Nadia tahu Gio akan datang, tetapi dia tidak menyangka akan datang secepat ini.Yuvira mengenakan gaun panjang berwarna lembut dan riasan tipis di wajahnya.Berdiri di samping Gio, dia terlihat sedikit serasi.Sedangkan Gio, wajah tampannya tetap menunjukkan ekspresi dingin dan tubuhnya mengeluarkan aura yang mendominasi.Gavin sepertinya menyadari ketidaknyamanan Nadia dan menghiburnya dengan lembut, "Nggak apa-apa, dia selalu pergi setelah memberi hadiah."Nadia merasa lega setelah mendengar ucapan itu.Tidak lama setelah masuk, Gio melihat Nadia duduk di sebelah Gavin.Mata yang dingin itu menatap Nadia dengan tajam dan ekspresinya menjadi masam.Yuvira mengikuti pandangan Gio. Kilatan kecemburuan pun muncul di matanya.Yuvira mengambil minuman dari atas meja dan menyerahkannya kepada Gio untuk mengalihkan perhatian Gio.“Gio, minum jus?" tanya Yuvira dengan lembut.Gio sama sekali tid
Setelah menerima hadiah dari para tamu, Ian menyuruh pelayan memanggil Gavin datang ke ruang kerjanya untuk berbicara.Gavin membawa Nadia bersamanya. Saat Mereka tiba di ruang kerja, terlihat ekspresi Ian yang sangat masam."Kenapa kamu membawa wanita simpanan ini kemari?" tanya Ian dengan serius.Gavin mengernyit dan berkata, "Kakek, lihatlah Nadia lebih dekat. Apa Kakek nggak merasa dia sangat mirip dengan ibuku?"Ian mencibir, "Ada begitu banyak orang mirip di dunia!""Kalau kamu ingin bilang siapa yang mirip, tunangan Gio lebih sedikit mirip dengan ibumu.""Selain itu, ada tahi lalat merah di daun telinganya!""Nadia juga ada! Kakek! Kekek nggak boleh berprasangka buruk terhadap Nadia hanya karena statusnya!"Nada suara Gavin terdengar panik. Nadia menoleh ke Gavin, pertama kalinya dia mendengar Gavin berbicara seperti itu.Ian memukul meja karena marah dan berkata, "Keturunan di Keluarga Wren nggak akan pernah menjadi simpanan orang lain! Aku nggak ingin kehilangan muka karena ha
Di Kompleks Cemara. Sebelum Nadia keluar dari mobil, Gavin berkata kepadanya, "Nadia, aku tetap yakin dengan pemikiranku."Nadia tertegun sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Terserah kamu, jangan lupa janjimu."Setelah keluar dari mobil, Nadia berjalan masuk ke kompleks tersebut.Begitu tiba di bawah gedung rumahnya, Nadia melihat Gio sedang berdiri di sana.Nadia sedikit terkejut. 'Bukannya Tuan Besar Ian ingin berbincang-bincang dengannya?''Kenapa dia muncul di sini?'Nadia bergegas memalingkan muka dan berbalik pergi.Akan tetapi, Gio sudah melihatnya."Nadia!"Nadia mengepalkan tangannya dan menarik napas dalam-dalam.'Sudahlah! Aku akan bertindak sesuai keadaan!'Nadia menghampiri Gio yang wajahnya terlihat muram.Nadia menengadah dan bertanya dengan nada kurang akrab, "Pak Gio yang sibuk masih bisa datang ke sini untuk menghalangiku. Apakah ada hal penting kamu katakan padaku?"Gio menatapnya dengan dingin. "Apa kamu harus berbicara seperti itu?" tanya Gio sambil menatap Nadia
Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
"Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar
Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem
Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah