Setelah menerima hadiah dari para tamu, Ian menyuruh pelayan memanggil Gavin datang ke ruang kerjanya untuk berbicara.Gavin membawa Nadia bersamanya. Saat Mereka tiba di ruang kerja, terlihat ekspresi Ian yang sangat masam."Kenapa kamu membawa wanita simpanan ini kemari?" tanya Ian dengan serius.Gavin mengernyit dan berkata, "Kakek, lihatlah Nadia lebih dekat. Apa Kakek nggak merasa dia sangat mirip dengan ibuku?"Ian mencibir, "Ada begitu banyak orang mirip di dunia!""Kalau kamu ingin bilang siapa yang mirip, tunangan Gio lebih sedikit mirip dengan ibumu.""Selain itu, ada tahi lalat merah di daun telinganya!""Nadia juga ada! Kakek! Kekek nggak boleh berprasangka buruk terhadap Nadia hanya karena statusnya!"Nada suara Gavin terdengar panik. Nadia menoleh ke Gavin, pertama kalinya dia mendengar Gavin berbicara seperti itu.Ian memukul meja karena marah dan berkata, "Keturunan di Keluarga Wren nggak akan pernah menjadi simpanan orang lain! Aku nggak ingin kehilangan muka karena ha
Di Kompleks Cemara. Sebelum Nadia keluar dari mobil, Gavin berkata kepadanya, "Nadia, aku tetap yakin dengan pemikiranku."Nadia tertegun sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Terserah kamu, jangan lupa janjimu."Setelah keluar dari mobil, Nadia berjalan masuk ke kompleks tersebut.Begitu tiba di bawah gedung rumahnya, Nadia melihat Gio sedang berdiri di sana.Nadia sedikit terkejut. 'Bukannya Tuan Besar Ian ingin berbincang-bincang dengannya?''Kenapa dia muncul di sini?'Nadia bergegas memalingkan muka dan berbalik pergi.Akan tetapi, Gio sudah melihatnya."Nadia!"Nadia mengepalkan tangannya dan menarik napas dalam-dalam.'Sudahlah! Aku akan bertindak sesuai keadaan!'Nadia menghampiri Gio yang wajahnya terlihat muram.Nadia menengadah dan bertanya dengan nada kurang akrab, "Pak Gio yang sibuk masih bisa datang ke sini untuk menghalangiku. Apakah ada hal penting kamu katakan padaku?"Gio menatapnya dengan dingin. "Apa kamu harus berbicara seperti itu?" tanya Gio sambil menatap Nadia
Ratih buru-buru turun ke bawah setelah mendengar teriakan itu. Melihat Yuvira sudah kembali, Ratih segera menyapa, "Nona Yuvira."Yuvira memelototinya dengan tajam sambil berkata, "Kamu nggak tahu harus memanggilku apa?"Ratih kaget dan langsung mengubah panggilannya, "Nyo ... Nyonya."Yuvira membuang muka sambil bertanya dengan kesal, "Di mana camilan tengah malamku?""Akan segera saya siapkan!" sahut Ratih."Lain kali lebih berinisiatif! Apa kamu nggak tahu aku lagi hamil dan perlu banyak asupan nutrisi?"Setelah mengatakan itu, Yuvira yang masih kesal duduk di sofa. "Di mana Tuan?" tanyanya."Tuan belum pulang ..." ujar Ratih.Seketika, terdengar suara sesuatu berjatuhan.Yuvira menghempaskan buah-buahan di atas meja tamu."Kamu cepat telepon Gio, bilang aku sedang nggak enak badan! Minta dia segera pulang!"Ratih mengeluarkan ponselnya dengan gemetar dan berkata, "Ba ... baik ...."....Saat hendak menyuruh Yuda mengantarkan makanan untuk Nadia, Gio melihat Sam datang dengan membaw
Yuvira: "Kak Hedi, gimana kabarmu di sana?"Hedi: "Kangen, ya?"Yuvira menahan rasa mualnya dan membalas: "Ya, aku kangen kamu."Hedi: "Aku masih belum bisa balik. Terus terang saja, kamu ingin aku melakukan apa?"Yuvira bersabar dan membalas: "Nggak ada. Istirahatlah yang cukup, aku akan tunggu kamu kembali."Hedi: "Kamu pasti sangat senang tidur dengan pria lain, 'kan?"Yuvira menggigit bibir bawahnya dan membalas: "Jangan bercanda seperti itu."....Keesokan hari.Begitu bangun, Nadia mengecek email yang masuk di ponselnya.Matanya tertuju pada sebuah email yang bersubjek "G".Isi pesannya dalam bahasa Yolania, menanyakan apakah Nadia tertarik pergi ke Yolania untuk melanjutkan studi di sana setelah menang dalam kompetisi desain busana.Di akhir surel itu terdapat stempel penyelenggara kompetisi.Nadia terkejut. 'Melanjutkan studi di Yolania!'Nadia segera membalas email tersebut dalam bahasa Inggris. "Halo, saya ingin bertanya, apakah ada persyaratan harus di peringkat ke berapa ag
Setelah pulang dari kediaman Keluarga Wren, Yuvira sibuk memikirkan cara untuk mendapatkan helai rambut Nadia. Tiba-tiba, ada bunyi notifikasi pesan masuk di ponselnya.Hedi: "Uangku sudah nggak cukup, kirim lagi sedikit."Yuvira menggenggam ponselnya erat-erat dan membalas: "Bukannya bulan lalu baru kuberikan 200 juta!"Hedi: "Operasi plastik menghabiskan banyak uang. Kamu sudah bersama Gio masih berani bilang nggak ada uang!"Mata Yuvira membalas pesan itu dengan penuh amarah: "Aku nggak pernah minta uang pada Gio sepeser pun!"Hedi: "Aku nggak peduli hal itu! Bukannya kamu bisa keluar masuk ke kantornya dengan bebas? Kamu bisa mencuri dokumen rahasia dan menjualnya. Uang yang dihasilkan pasti banyak!"Yuvira: "Kamu gila! Kalau sampai Gio tahu, apa aku masih bisa hidup?"Hedi: "Untuk apa takut? Kamu tinggal cari cara agar Nadia yang disalahkan. Bukannya kamu sangat membencinya?"Hedi: "Satu miliar. Kamu harus mentransfernya dalam waktu setengah bulan! Kalau nggak, jangan salahkan aku
"Bu Yuvira, aku sudah menyelesaikan apa yang kamu minta. Uangnya ...."Yuvira: "Kerja bagus. Aku kirim 20 juta dulu. Hari Senin, saat masuk kerja, aku akan memberimu instruksi lain."Setelah menerima 20 juta, sekretaris magang itu melirik ke toko perlengkapan bayi yang jauh itu.Meskipun dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Yuvira pada Nadia, dia tidak punya pilihan selain menuruti perintah Yuvira demi biaya pengobatan neneknya.....Nadia tidak menganggur selama dua hari ini.Dia memperbagus detail rancangannya, memoles konsep rancangannya dan pergi melihat rumah bersama Sena.Dia dan Sena telah mendiskusikan masalah membeli rumah dengan cermat.Setelah pulang dari studinya di luar, Nadia masih perlu tempat untuk tinggal.Dia akan tinggal bersama tiga orang anak, jadi luas rumahnya harus direncanakan dengan matang.Rumahnya tidak boleh terlalu kecil, tetapi jika terlalu besar Nadia tidak mampu membelinya.Nadia yang duduk di kursi penumpang depan, memandang dengan cemas ke rumah-rum
Nadia tidak berkata apa-apa dan hanya menonton sandiwara Yuvira.Baru setelah Gio menghampirinya, Nadia menatap Gio dan berkata, "Aku boleh naik ke atas?""Atau perlu persetujuan dari nyonya rumah ini?"Kata-kata Nadia membuat Gio mengerutkan kening."Apa kamu harus berbicara seperti itu?" balas Gio.Mendengar itu, ekspresi Yuvira langsung memucat.Bagaimana mungkin Yuvira tidak mengerti maksud Gio?'Kenapa Gio malah mempermalukan aku di depan Nadia?''Selain itu, apa yang wanita jalang ini lakukan di sini?'Nadia merasa sangat senang ketika melihat ekspresi Yuvira diam-diam berubah itu.Nadia memandang pria berwajah tampan itu dan berkata, "Aku hanya bercanda, kalau begitu aku naik dan ambil barangku dulu."Setelah mengatakan itu, Nadia berjalan menuju tangga.Baru dua langkah, Nadia tiba-tiba terjatuh di tangga.Nadia refleks melindungi perutnya dengan tangan dan mengernyit, menahan rasa sakit di lututnya.Suara jatuh itu membuat Gio langsung menoleh. Raut wajahnya pun berubah ketika
Sepuluh menit setelah Nadia berbaring istirahat, Ratih mengetuk pintu dan masuk membawakannya makanan.Ratih tersenyum lebar ketika melihat Nadia. "Nona Nadia, akhirnya kamu kembali," ujarnya.Nadia berdiri, tersenyum kecil dan berkata, "Bibi Ratih, aku hanya datang ambil barang."Ratih meletakkan makanan di meja samping kasur dan mengeluh, "Seandainya Nona nggak pergi."Nadia terdiam, lalu bertanya, "Yuvira mempersulit Bibi?"Ratih tersenyum pahit dan tidak berkata apa-apa. Dia mengaduk sup jamur untuk mendinginkannya sebelum diberikan kepada Nadia."Nona, kamu terlihat makin kurus. Tinggallah di sini untuk beberapa saat, aku akan menjagamu sampai sehat," bujuk Ratih.Nadia mengambil sup jamur itu, terdiam sejenak, lalu berkata, "Bibi Ratih, beri tahu aku, apakah Yuvira menyulitkanmu?""Hal itu nggak bisa dihindari." Ratih menghela napas dan melanjutkan, "Tapi aku sering berpikir seandainya kamu bisa kembali ke sini."Nadia melahap sesendok sup jamur itu, menjilat bibirnya dan berkata