Setelah menerima kartu nama itu, Nadia berkata dengan murah hati, "Tuan Muda Gavin, terima kasih sudah membantuku. Aku permisi dulu."Gavin tidak bisa mengalihkan pandangannya sampai Nadia pergi.'Mirip ... mirip sekali ....""Kak Gavin!"Teriakan Alena yang tiba-tiba itu membuyarkan lamunan Gavin.Melihat Gavin masih menatap Nadia yang berjalan pergi itu, Alena langsung berkata dengan kesal, "Kak! Kenapa kamu menatap rubah betina itu!'Mendengar perkataan vulgar Alena, Gavin langsung mengernyit dan berkata, "Apa kamu masih terlihat seperti putri dari keluarga besar yang berpendidikan?""Kamu jatuh cinta dengan rubah betina itu, ya? Kenapa terus membelanya!"....Untuk menghindari masalah yang tidak perlu, Nadia memilih untuk kembali menemani Gio.Begitu Nadia duduk di samping, Gio menatap wajah pucatnya dan bertanya terheran, "Nggak enak badan?""Sedikit membosankan," jawab Nadia."Nanti kalau ada barang yang kamu suka bilang padaku," ujar Gio sambil kembali melihat ke depan.Dia tahu
Nadia menoleh ke arah suara itu. Terlihat Wino masuk dengan wajah merah karena mabuk.Melihat ada Nadia juga, Wino langsung tersenyum sambil berkata, "Ada Nadia juga di sini!"Karin memelototi Wino sambil berkata dengan ketus, "Ngapain kamu di sini? Keluar!"Nadia segera berdiri dan menenangkan ibunya, "Bu, jangan marah. Operasi Ibu baru selesai nggak lama, jadi nggak boleh marah."Wino mengerutkan bibirnya dan berkata, "Beri aku uang dan aku akan pergi."Nadia menoleh ke Wino dan berkata, "Ayah! Ibu masih dirawat di rumah sakit, gimana bisa memberimu uang?"Wino memelototi Nadia sambil berkata, "Ibumu bisa tidur nyaman di rumah sakit dengan uangmu. Gimana dengan Ayah? Rumah sudah nggak ada. Apa kalian nggak tahu aku tidur di jalanan!"Setelah mengatakan itu, Wino menyadari dia telah mengatakan hal yang salah dan segera tutup mulut.Akan tetapi, Nadia dan Karin sudah mendengar semuanya dengan jelas.Wajah Karin menjadi pucat. Sambil menunjuk Wino dia berteriak, "Kamu! Apa katamu? Apa y
Nadia masih ragu. Setelah berpikir sejenak, dia merasa tidak bisa membuka mulut.Nadia merasa tidak boleh menggunakan ibu dan anaknya sebagai alasan untuk meminta uang yang dijanjikan di kontrak itu.Nadia merasa dialah yang merupakan anak ibunya. Dia juga yang menginginkan anak di dalam kandungnya. Oleh karena itu, Nadia merasa tidak sepatutnya minta uang dari orang lain.Selain itu, Nadia juga tidak yakin Gio tidak akan curiga.Nadia membuat alasan yang tidak masuk akal, "Aku lupa mau bilang apa. Nanti kalau sudah ingat aku baru bilang."Selesai bicara, Nadia segera meninggalkan ruang kerja.Gio mengerutkan kening. Dari ekspresi Nadia, Gio tahu Nadia tidak lupa.Gio merenung sesaat, lalu menghubungi Yuda.....Keesokan harinya, Nadia bangun dan mendapati ada notifikasi pesan 4 miliar telah masuk ke rekeningnya.Ada juga pesan dari Yuda: "Bu Nadia, Tuan Gio sudah mengalihkan sebuah rumah atas namamu. Alamatnya ini ...."Melihat pesan itu, Nadia seketika tercengang.Dia tidak mengataka
Sena menoleh dan memelototi Yuvira sambil berkata, "Kamu bicara apa sih? Apa mulutmu nggak bisa diam sebentar?"Yuvira menatap Sena dengan jijik. Di matanya, Sena hanyalah orang yang tidak penting dan tidak perlu diladeni.Yuvira menghampiri Nadia. Sambil tersenyum manis dia berkata, "Karena lingkungan rumahku sebelumnya sangat buruk, Gio membelikanku sebuah rumah.""Nggak akan lama lagi aku pasti bisa jadian dengan Gio, 'kan?" tanya Yuvira dengan sengaja.Nadia tersenyum dan balik bertanya, "Jadi, kalian masih belum jadian?""Hahaha ...."Sena tertawa terbahak-bahak, sedangkan senyuman Yuvira sebelumnya menghilang."Cepat atau lambat aku akan jadian dengannya. Sedangkan kamu?" sindir Yuvira."Ya, dia juga membelikanku rumah," ujar Nadia dengan santai, lalu berbalik dan membuka pintu kamar.Senyuman Yuvira menghilang dalam sekejap dan tertegun di tempat.Sena tidak bisa berhenti tersenyum. Sambil menepuk bahu Yuvira, dia berkata, "Kamu terlihat seperti badut."Setelah Nadia dan Sena ma
Tanpa menunjukkan emosi, Nadia mengangkat tangannya dan mengetuk-ngetuk kaca.Para sekretaris di ruangan itu menoleh. Saat melihat Nadia, mereka langsung tutup mulut.Nadia masuk dan bertanya sambil tersenyum, "Kenapa pada berhenti? Seharusnya aku sebagai tokoh utama pembicaraan kalian ikut juga, 'kan?"Para sekretaris itu saling memandang dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Sambil membawa dokumen di tangan, Nadia berjalan ke depan meja. Sorot matanya yang dingin itu mengamati mereka semua."Dari pada mengurus urusan orang lain, lebih urus pekerjaan kalian."Setelah mengatakan itu, Nadia meletakkan dokumennya di atas meja. "Bu Devi, kamu sebagai kepala sekretaris malah mengajak yang lain untuk bergosip. Silakan ke Divisi Keuangan untuk ambil gaji bulan ini dan pergi."Mendengar itu, mata Devi membelalak. Dia bangkit dari kursi dan berkata, "Kamu pecat aku hanya karena hal ini?""Karena ini?" Nadia terkekeh, lalu lanjut berkata, "Dokumen yang dikirim oleh Felma Konstruksi Gru
Rumah Sakit Pusat Akasia.Nadia dan Sena kembali ke kamar rawat setelah menyelesaikan prosedur rawat inap.Yuvira disuntik obat penenang dan terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya terlihat pucat.Gio menatap Yuvira dengan cemas dan ada sedikit rasa bersalah terlihat di wajahnya.Nadia menekan rasa pilu di hatinya sambil berkata kepada Gio, "Pak Gio, prosedurnya rawat inapnya sudah selesai."Gio tidak merespons dan hanya memerintah, "Tanyakan pada Yuda, apa dia sudah menemukan informasi tentang penyakit Yuvira?"Nadia mengangguk, berbalik dan keluar dari kamar rawat bersama Sena.Kemudian, Nadia menghubungi Yuda dan menyampaikan apa yang ditanyakan oleh Gio.Yuda terdiam beberapa saat, lalu berkata, "Ada trauma psikologis yang parah ketika dia masih kecil. Sampai sekarang, dia menemui psikiater dan mengonsumsi obat-obatan.""Kami sudah bertemu dengan Kepala Panti Asuhan, tapi dia bilang nggak tahu apa-apa. Sekarang aku akan menghubungi Wakil Kepala Panti Asuhan."Setelah menutup tel
Yuvira tertegun sesaat, lalu mengerti apa yang terjadi.Dia tahu hanya Nadia yang bisa membuat Gio terlihat kalut begitu dan langsung pergi.Yuvira tidak bisa menerima Nadia menempati posisi penting di hati Gio.Dia merasa Nadia hanyalah wanita simpanan yang tidak bermartabat.Raut wajah Yuvira berubah menjadi masam. 'Jangan salahkan aku bertindak kejam!' pikirnya dalam hati.....Setelah mengirim lokasi, Nadia menyimpan kembali ponselnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Melompat keluar dari mobil terlalu berbahaya, jadi dia tidak boleh bertindak gegabah.Nadia menutup matanya dan bersandar di pintu mobil. Dia memikirkan apa yang harus dia lakukan nanti.Sepuluh menit kemudian, mobil berhenti.Nadia mendongak, terlihat sebuah gudang bobrok."Turun!"Tiba-tiba, pintu mobil terbuka dan lengannya dicengkeram oleh seseorang.Nadia pura-pura ketakutan dan menatap pria asing di depannya, lalu berkata, "Siapa kamu? Kenapa aku dibawa ke sini?""Kamu tanya pada dirimu sendiri. Kamu sudah meny
'Akhirnya dia datang.'Melihat Nadia yang sedang berjongkok di tanah, sorot mata Gio menjadi sangat menakutkan."Kevin, sekarang kamu sudah berani menculik orangku," ujar Gio sambil menatap dengan niat membunuh."Paman ... Paman Gio!" Seketika, Kevin berdiri dan meringkuk gemetar bersama ketiga sekretaris di belakang."Kamu masih tahu bahwa aku ini pamanmu?" tanya Gio sambil berjalan mendekatinya.Kevin sangat ketakutan hingga tidak berhenti menelan ludah.Tiba-tiba, dia sepertinya memikirkan sesuatu, matanya dengan cepat tertuju pada Nadia."Aku memang menyuruh orang untuk menculiknya, tapi aku melakukan semua ini untuk Paman! Aku baru saja mengujinya! Dia punya niat jahat pada Paman!""Dia sangat benci Paman sampai ingin meracuni Paman! Percaya padaku!"Gio melirik ke arah Nadia yang berdiri seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kemudian, sudut bibirnya terangkat dan berkata kepada Kevin, "Karena kamu begitu peduli pada Paman. Tentu saja, aku sebagai pamanmu harus memberimu beberapa had