Setelah itu, Gavin mengantar Ivan pulang ke Pondok Asri.Di tengah perjalanan, Gavin bertanya kepada Ivan, "Ivan, kamu sebal nggak Paman melarangmu tetap di sana?""Nggak. Bisa bertemu Ibu saja aku sudah sangat senang," jawab Ivan dengan patuh.Ivan bertekad tidak akan membuat ibunya terlibat dalam masalah. Lagi pula, jika dia tinggal di Pondok Asri, dia bisa mengawasi tindak-tanduk ayahnya.Selama ibunya tidak mau bertemu dengan ayahnya, Ivan akan berusaha menghentikan ayahnya.Apa yang ibunya inginkan itulah yang akan Ivan lakukan.Gavin terdiam sesaat, lalu berkata, "Ivan, Paman dan ibumu terpaksa melakukan ini. Ada beberapa hal yang belum saatnya kamu tahu.""Tapi, percayalah bahwa kami semua sangat menyayangimu."Sejujurnya, Ivan merasa senang. Dia dapat merasakan betapa ibunya sangat menyayanginya.Meskipun begitu, sebenarnya Ivan juga merasa penasaran. Apa yang terjadi antara orang tuanya?...Tidak lama setelah Ivan pulang ke Pondok Asri, Gio juga pulang.Saat melihat ekspresi
Setelah membaca pesan Nadia, entah kenapa Sena bisa membayangkan semacam adegan penuh darah!Wah, Bos, penderitaanmu selama lima tahun ini tidak ada apa-apanya. Siksaan sesungguhnya justru baru akan dimulai ....Pada hari Kamis.Nadia dan Alva akhirnya mengambil alih sebuah pabrik pakaian.Pada hari itu juga, mereka langsung memilih teknisi asli pabrik yang penting. Setelah itu, mereka membeli mesin-mesin berteknologi canggih.Setelah mereka kembali ke perusahaan, sekretaris Alva memberikan sejumlah resume kepada Nadia dan Alva untuk ditinjau. Resume itu milik para elit yang datang ke perusahaan untuk melamar pekerjaan.Di suatu siang.Setelah menunjuk beberapa manajer departemen, Nadia dan Alva pun memulai rapat jajaran direksi Perusahaan Tyc yang pertama.Bersama para manajernya, Nadia akhirnya menentukan posisi produk pakaian, pasar untuk penjualan pertama dan lain sebagainya.Setelah rapat selesai, Nadia tetap berada di ruang rapat untuk berdiskusi dengan para karyawan bagian desai
Ivan menatap mainan baloknya dan terdiam sesaat, lalu menjawab, "Aku boleh ikut?""Tentu saja!"Tentu saja Timmy ingin sekali kakaknya bergabung dengannya dalam pencarian informasi berskala besar ini!Wah, serunya!"Kalau kamu? Siapa yang mengajarimu?" tanya Ivan."Nggak ada, aku belajar sendiri. Aku paling jago mencari informasi orang lain," jawab Timmy.Ivan mengangguk-angguk mengerti, lalu berkata, "Kalau begitu, coba cari tahu tentang Yuvira dan orang-orang di sekitarnya. Biar aku yang menggali informasi yang sudah dihancurkan.""Kak Ivan, Kak Timmy! Kalian dari tadi bisik-bisik apa, sih? Kalian nggak mau main dengan Mona!" protes Mona sambil cemberut."Ya, ya, ayo main," jawab Ivan dan Timmy dengan kompak....Malam harinya.Di saat Nadia tidak memperhatikan, Timmy duduk di depan komputer dan mulai menyelidiki informasi tentang semua orang di sekitar Yuvira.Setelah berkutat selama satu jam, Timmy berhasil menemukan beberapa informasi. Dia mengirimkan semua itu kepada Ivan.Ivan s
Nadia langsung berdeham. "Iya, ayo kita masuk mobil."Sam balas mengangguk. Dia menarik kopernya dan hendak berjalan pergi ketika seseorang memanggilnya tidak jauh dari sana."Dokter Sam?"Ternyata suara itu suara Yuda!Tubuh Nadia sontak menegang. Sam menyadari respons itu dan agak mengernyit.Sam berbalik badan menatap Yuda, sementara Gio sudah berdiri di depan mobilnya yang terparkir di samping dengan ekspresi serius."Sudah lama nggak bertemu, Pak Gio, Pak Yuda," sapa Sam sambil tersenyum.Gio terus menatap Nadia dengan mata yang agak menyipit seolah-olah sedang menyelidiki wanita itu.Sam pun memeluk Nadia, lalu berkata, "Maaf, Pak Gio, aku dan kekasihku pamit dulu.""Tunggu," ujar Gio dengan dingin.Kemudian, Gio berjalan menghampiri Sam dan Nadia.Nadia spontan memeluk lengan Sam sambil berkata, "Sayang, dia temanmu? Boleh nggak kalau kalian mengobrolnya lain kali?""Aku lapar banget, nih. Gimana kalau kita makan dulu?"Nada bicara Nadia yang terdengar begitu manja sontak membua
Begitu mereka tiba di rumah, Bibi Ratih pun menyambut kedatangan Sam dengan senang. Dia langsung memasak banyak sekali hidangan.Sam menyingsingkan lengan bajunya dan membantu di dapur.Nadia juga ingin membantu, tetapi Sam melarangnya dan menyuruhnya keluar saja.Sebelum memulai makan, Sam mengajak Timmy dan Mona untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Sambil keluar membawa piring, Bibi Ratih pun berkata, "Nadia, aku tahu aku nggak seharusnya ikut campur.""Tapi, ada beberapa hal yang kuperhatikan selama ini dan menurutku kamu harus tahu.""Dokter Sam itu begitu lembut dan perhatian padamu, dia juga menjagamu dan anak-anakmu dengan baik. Demi anak-anakmu, coba pertimbangkanlah dia."Nadia pun terdiam sejenak, lalu menjawab, "Bibi Ratih, aku nggak mau sampai melibatkan Sam. Urusanku belum selesai.""Dokter Sam juga menyadari hal itu, tapi dia nggak pernah keberatan. Kamu juga butuh seseorang di sisimu sebagai pasangan tempat saling bersandar," sahut Bibi Ratih.Nadia menundukkan kepalany
"Kamu melakukannya demi anak-anak?" tanya Nadia dengan kaget."Iya," jawab Sam dengan terus terang. "Kalau kamu nggak mau berbagi beban hidup denganku, yang bisa kulakukan hanyalah lebih banyak membantu mengurus anak-anakmu."Nadia sontak merasa terharu. Sayangnya, dia belum memiliki perasaan khusus apa-apa terhadap Sam.Walaupun Nadia mengakui bahwa secara logika, Sam adalah calon pria yang paling sempurna sebagai seorang suami dan ayah."Terima kasih, ya," kata Nadia dengan tulus.Sam tersenyum ringan, "Kamu tahu 'kan aku nggak suka kamu bilang gitu? Kesannya kita kayak asing banget.""Lagian, aku sendiri yang mau melakukan semua ini."Sam pun menyesap jusnya, lalu bertanya, "Ivan kapan datang?""Besok. Aku akan menjemputnya," jawab Nadia.Sam menenangkan dirinya, lalu berkata, "Biar aku saja. Kamu 'kan sekarang nggak boleh pergi ke Pondok Asri, jadi sebisa mungkin jangan ke sana."Akan tetapi, Nadia menggelengkan kepalanya. "Aku harus menepati janjiku pada anakku. Lagian, anak itu n
Nadia pun berjalan naik dengan pikiran yang lebih tenang. Setelah itu, dia masuk ke ruang kerjanya dan membuka sebuah file terenkripsi di komputernya.File itu berisi laporan tes DNA Yuvira, dirinya dan juga Gavin.Serta bukti yang ditemukan Gavin tentang Yuvira yang berpura-pura menjadi "penyelamat".Lalu, ada pula bukti yang sangat penting, yaitu rekaman video perselingkuhan Yuvira dengan Hedi.Nadia mengakui dia harus berterima kasih kepada Hedi yang terbiasa menyimpan bukti. Berkat Hedi-lah Nadia jadi bisa memanfaatkan rekaman itu.Dalam dua setengah bulan lagi, Nadia akan melihat sendiri seperti apa ekspresi Yuvira.Meskipun begitu, ada satu hal yang membuat Nadia merasa sangat gelisah.Sepertinya, ada pihak lain yang sengaja diam-diam membantu Yuvira untuk mengenyahkan semua bukti pembunuhan itu.Termasuk bukti tentang penipuan yang dilakukan.Yuvira pasti tidak akan berani membongkar semua ini kepada Keluarga Cakra maupun Keluarga Wren.Jadi, siapa yang diam-diam sedang membantu
Belum sempat Nadia memberikan jawaban, Mona langsung berlari mengadang di tangga.Dia memelototi para polisi sambil berkata dengan marah, "Kenapa Pak Polisi mau membawa ibuku pergi?"Timmy dan Ivan juga ikut mengadang para polisi.Ketiga anak kecil itu menatap para polisi dengan kesan memusuhi.Timmy pun angkat bicara dengan dingin."Kalian nggak bisa seenaknya saja membawa orang lain pergi.""Alasannya?" todong Ivan dengan dingin.Ketiga anak-anak yang tidak tahu apa-apa itu takut ibu mereka digiring polisi pergi, jadi mereka langsung mati-matian membela.Sebaliknya, Sam dan Nadia terlihat sangat tenang.Mereka pun saling berpandangan seolah-olah menyepakati tugas masing-masing.Sam segera menghampiri ketiga anak itu untuk menenangkan mereka, sementara Nadia berjalan menuruni tangga dengan tenang.Nadia berdiri di hadapan para polisi, lalu berkata, "Saya nggak keberatan ikut dengan bapak-bapak sekalian, tapi saya salah apa, ya?""Kami mendapatkan laporan bahwa Nona adalah seorang pemb