Di kantor polisi.Nadia duduk di kursi sambil menatap dua orang polisi di hadapannya dengan tenang. Satu polisi adalah laki-laki, sementara yang satu lagi adalah perempuan.Kedua polisi itu sudah menginterogasi Nadia selama satu jam dan tidak bisa mendapatkan bukti yang kuat, tetapi mereka menolak melepaskan Nadia.Nadia yang memikirkan ketiga anaknya pun bertanya, "Apa masih ada pertanyaan lagi?""Maaf, kami belum bisa melepaskanmu," ujar si polisi wanita dengan tegas."Kalian 'kan sudah memeriksa semuanya? Apa masih ada hal lainnya lagi yang patut dicurigai?" sahut Nadia sambil menatap kedua polisi itu dengan sorot datar.Lima tahun lalu, Gavin membantu menciptakan identitas yang benar-benar baru bagi Nadia.Gavin meminta tolong kepada temannya di luar negeri untuk membuat sejarah hidup palsu bagi Fania Jihan.Itu sebabnya Nadia bisa duduk menghadapi para polisi dengan tenang.Si polisi pria kembali membaca semua dokumen yang ada. Dia tidak melihat ada yang salah dengan dokumen-dokum
Si polisi wanita sontak berkata dengan kaget, "Pak Roni?"Nadia pun refleks menoleh mengikuti arah pandang si polisi wanita.Seorang pria paruh baya yang bertubuh gemuk dan terlihat gelisah sedang berjalan menghampiri mereka.Di belakang pria itu, ada seorang pria tampan yang ekspresinya terlihat kejam sekaligus tenang.Begitu tatapan Nadia bertemu dengan pria itu, tangannya sontak terkepal dengan erat dan matanya terbelalak dengan kaget.Kok bisa Gio ada di sini?Bukannya dia lagi perjalanan dinas?Pria yang dipanggil Pak Roni itu pun menatap si polisi wanita sambil mengernyit, "Kamu ini apa-apaan sih, Della! Kenapa kamu nggak segera melepaskan wanita itu?""Tapi, Pak, orang ini sama persis dengan si pembunuh yang meninggal saat melahirkan itu ..." ujar si polisi wanita yang dipanggil Della itu."Apanya yang sama persis! Wanita itu pacarnya Pak Gio! Kamu ini bicara apa sih!" omel Pak Roni.Della menatap Gio dengan curiga, lalu menoleh menatap Pak Roni dan berkata dengan nada serius, "
Mata Nadia terbelalak dengan kaget, lalu dia segera meronta-ronta melepaskan diri dari pelukan Gio."Tolong tahu malu sedikit, Pak Gio!" omel Nadia sambil menatap Gio dengan tajam dan dingin.Gio sontak tersenyum mendengar nada bicara yang familiar itu.Apa Nadia menyadari bahwa dia sudah membuka kedoknya sendiri dengan menyebut "Pak Gio"?Gio tidak ingin memperpanjang masalah ini, jadi dia duduk dengan tegak dan menatap Yuda, lalu berkata, "Ke Vila Harmonisa.""Kamu menyelidikiku?" tanya Nadia sambil menatap Gio dengan marah."Iya," jawab Gio dengan jujur."Dasar kurang ajar! Kamu ini nggak pernah belajar yang namanya tahu malu, ya!" omel Nadia."Aku nggak perlu tahu soal itu!" sahut Gio, aura yang terpancar dari tubuhnya mendadak terasa begitu dingin. Sambil menggertakkan giginya, dia melanjutkan, "Yang kutahu, aku sudah mencarimu selama lima tahun ini!""Kamu 'kan nggak perlu mencariku!" sahut Nadia dengan kesal."Nadia! Jangan seenaknya kamu!" Kini amarah Gio mulai ikut tersulut."
Ditegur oleh Nadia di hadapan semua orang ini membuat ekspresi Gio sontak menjadi lebih serius.Dia balas menatap Nadia dengan dingin, "Kamu baru saja membawa anakku pergi tanpa seizinku.""Sekarang kamu malah mengomeliku?""Ya oke, maaf aku nggak minta izin padamu!" sahut Nadia sambil menggertakkan gigi. "Tapi, kamu itu seorang ayah! Apa kamu nggak mikir anakmu pasti akan ketakutan kalau langsung kamu intimidasi begitu!""Kamu tahu nggak sih sekarang kondisi Ivan itu kayak gimana? Apa kamu nggak bisa bersikap lebih hangat sedikit pada anakmu sendiri?""Dia anakku, tapi kenapa jadi kamu yang marah?" sindir Gio sambil menyipitkan matanya.Nadia sontak terdiam.Sial, dia jadi terbawa emosi. Dia sampai lupa Gio tidak tahu tentang hubungannya dengan Ivan.Nadia pun segera mengalihkan topik pembicaraan, "Aku cuma memberikan saran supaya kamu nggak menyakiti perasaan anakmu."Gio balas tersenyum dengan dingin, lalu mendekati Nadia sambil berkata, "Sekarang, aku yang jadi penasaran kenapa kam
"Apa kamu nggak tahu kalau di dunia ini ada orang yang terlihat mirip dengan satu sama lain walaupun nggak punya hubungan darah? Memangnya kenapa kalau Timmy mirip denganmu? Kamu pikir cuma kamu doang di dunia ini yang punya bentuk mata kayak gitu?"Nadia menyahut tanpa rasa sungkan, lalu menatap kedua anaknya sambil berkata, "Ayo pulang!"Dia tidak boleh berlama-lama di sini atau Gio pasti akan curiga!Pokoknya, sebisa mungkin Nadia akan terus menutupi soal ini! Tidak akan dia biarkan Gio merebut anaknya!Gio menatap Nadia yang bergegas berlari pergi bersama anak-anaknya, ekspresi pria itu terlihat serius....Sepanjang perjalanan pulang, Gio pun menatap Ivan yang hanya duduk diam.Lalu, Gio akhirnya bertanya dengan nada serius, "Kamu suka banget ya main bersama wanita itu?""Iya," jawab Ivan sambil mengangguk."Apa kamu nggak takut diapa-apain? Ibumu dulu pernah bertengkar dengan Nadia."Sebenarnya, Gio mengkhawatirkan keselamatan Ivan.Dia memang tidak mencintai Yuvira, tetapi dia m
Nadia menyibakkan selimutnya dan turun dari atas kasur, lalu memegangi dadanya yang terasa berdebar-debar.Nadia membuka pintu kamarnya, lalu berjalan menuju kamar anak-anaknya. Dia membuka pintu dan menatap kedua anaknya yang sedang tertidur. Nadia pun sontak merasa lega.Nadia menutup pintu dengan sepelan mungkin, lalu naik ke atas kasur anak-anaknya.Setelah itu, dia mengecup dahi Tommy dan Mona. Nadia pun balik tidur sambil memeluk anak-anaknya.Mimpi buruk barusan merupakan peringatan keras terhadap Nadia yang mengabaikan keselamatan anak-anaknya.Setelah kembali ke tanah air, memang apa yang Nadia pikirkan hanyalah bagaimana balas dendam pada Yuvira.Dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana menjamin keselamatan anak-anaknya selama berada di Kota Mesia.Baru beberapa hari terakhir saja Nadia sengaja mencari waktu untuk menyewa beberapa pengawal agar bisa senantiasa menjaga anak-anaknya.Setelah Nadia menutup matanya, giliran Timmy yang membuka matanya yang setengah mengantuk.Ib
Nadia sontak mengernyit. Sudah pasti Yuvira ke sini gara-gara Nadia, tetapi kok Yuvira bisa-bisanya tahu Nadia ada di sini?"Kamu berani pulang, tapi nggak berani turun dari mobil untuk bicara denganku? Apa kamu ini pengecut, Nadia?" ejek Yuvira.Begitu melihat ekspresi Yuvira yang terlihat gelisah, Nadia pun baru mengerti.Pasti Yuvira yang kemarin melapor kepada polisi untuk menangkap Nadia.Jangan bilang Yuvira ingin Nadia turun dari mobil dan mengaku, kemudian Yuvira akan mencatat pengakuan Nadia itu dan melaporkannya lagi ke polisi?Hei, Nadia tidak akan semudah itu termakan jebakan Yuvira.Nadia merasa tidak perlu turun dari mobil. Bagaimanapun juga, berdebat dengan Yuvira tidak akan menyelesaikan dendam di antara mereka.Nadia mengangkat ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan. Tidak lama kemudian, para pengawal pun turun dari mobil dan menghentikan Yuvira.Begitu Yuvira diseret pergi seolah-olah dia adalah orang gila, Nadia menyalakan mesin mobil dan melaju menuju perusahaan.Se
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah