"Apa kamu nggak tahu kalau di dunia ini ada orang yang terlihat mirip dengan satu sama lain walaupun nggak punya hubungan darah? Memangnya kenapa kalau Timmy mirip denganmu? Kamu pikir cuma kamu doang di dunia ini yang punya bentuk mata kayak gitu?"Nadia menyahut tanpa rasa sungkan, lalu menatap kedua anaknya sambil berkata, "Ayo pulang!"Dia tidak boleh berlama-lama di sini atau Gio pasti akan curiga!Pokoknya, sebisa mungkin Nadia akan terus menutupi soal ini! Tidak akan dia biarkan Gio merebut anaknya!Gio menatap Nadia yang bergegas berlari pergi bersama anak-anaknya, ekspresi pria itu terlihat serius....Sepanjang perjalanan pulang, Gio pun menatap Ivan yang hanya duduk diam.Lalu, Gio akhirnya bertanya dengan nada serius, "Kamu suka banget ya main bersama wanita itu?""Iya," jawab Ivan sambil mengangguk."Apa kamu nggak takut diapa-apain? Ibumu dulu pernah bertengkar dengan Nadia."Sebenarnya, Gio mengkhawatirkan keselamatan Ivan.Dia memang tidak mencintai Yuvira, tetapi dia m
Nadia menyibakkan selimutnya dan turun dari atas kasur, lalu memegangi dadanya yang terasa berdebar-debar.Nadia membuka pintu kamarnya, lalu berjalan menuju kamar anak-anaknya. Dia membuka pintu dan menatap kedua anaknya yang sedang tertidur. Nadia pun sontak merasa lega.Nadia menutup pintu dengan sepelan mungkin, lalu naik ke atas kasur anak-anaknya.Setelah itu, dia mengecup dahi Tommy dan Mona. Nadia pun balik tidur sambil memeluk anak-anaknya.Mimpi buruk barusan merupakan peringatan keras terhadap Nadia yang mengabaikan keselamatan anak-anaknya.Setelah kembali ke tanah air, memang apa yang Nadia pikirkan hanyalah bagaimana balas dendam pada Yuvira.Dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana menjamin keselamatan anak-anaknya selama berada di Kota Mesia.Baru beberapa hari terakhir saja Nadia sengaja mencari waktu untuk menyewa beberapa pengawal agar bisa senantiasa menjaga anak-anaknya.Setelah Nadia menutup matanya, giliran Timmy yang membuka matanya yang setengah mengantuk.Ib
Nadia sontak mengernyit. Sudah pasti Yuvira ke sini gara-gara Nadia, tetapi kok Yuvira bisa-bisanya tahu Nadia ada di sini?"Kamu berani pulang, tapi nggak berani turun dari mobil untuk bicara denganku? Apa kamu ini pengecut, Nadia?" ejek Yuvira.Begitu melihat ekspresi Yuvira yang terlihat gelisah, Nadia pun baru mengerti.Pasti Yuvira yang kemarin melapor kepada polisi untuk menangkap Nadia.Jangan bilang Yuvira ingin Nadia turun dari mobil dan mengaku, kemudian Yuvira akan mencatat pengakuan Nadia itu dan melaporkannya lagi ke polisi?Hei, Nadia tidak akan semudah itu termakan jebakan Yuvira.Nadia merasa tidak perlu turun dari mobil. Bagaimanapun juga, berdebat dengan Yuvira tidak akan menyelesaikan dendam di antara mereka.Nadia mengangkat ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan. Tidak lama kemudian, para pengawal pun turun dari mobil dan menghentikan Yuvira.Begitu Yuvira diseret pergi seolah-olah dia adalah orang gila, Nadia menyalakan mesin mobil dan melaju menuju perusahaan.Se
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug