Ivan menatap mainan baloknya dan terdiam sesaat, lalu menjawab, "Aku boleh ikut?""Tentu saja!"Tentu saja Timmy ingin sekali kakaknya bergabung dengannya dalam pencarian informasi berskala besar ini!Wah, serunya!"Kalau kamu? Siapa yang mengajarimu?" tanya Ivan."Nggak ada, aku belajar sendiri. Aku paling jago mencari informasi orang lain," jawab Timmy.Ivan mengangguk-angguk mengerti, lalu berkata, "Kalau begitu, coba cari tahu tentang Yuvira dan orang-orang di sekitarnya. Biar aku yang menggali informasi yang sudah dihancurkan.""Kak Ivan, Kak Timmy! Kalian dari tadi bisik-bisik apa, sih? Kalian nggak mau main dengan Mona!" protes Mona sambil cemberut."Ya, ya, ayo main," jawab Ivan dan Timmy dengan kompak....Malam harinya.Di saat Nadia tidak memperhatikan, Timmy duduk di depan komputer dan mulai menyelidiki informasi tentang semua orang di sekitar Yuvira.Setelah berkutat selama satu jam, Timmy berhasil menemukan beberapa informasi. Dia mengirimkan semua itu kepada Ivan.Ivan s
Nadia langsung berdeham. "Iya, ayo kita masuk mobil."Sam balas mengangguk. Dia menarik kopernya dan hendak berjalan pergi ketika seseorang memanggilnya tidak jauh dari sana."Dokter Sam?"Ternyata suara itu suara Yuda!Tubuh Nadia sontak menegang. Sam menyadari respons itu dan agak mengernyit.Sam berbalik badan menatap Yuda, sementara Gio sudah berdiri di depan mobilnya yang terparkir di samping dengan ekspresi serius."Sudah lama nggak bertemu, Pak Gio, Pak Yuda," sapa Sam sambil tersenyum.Gio terus menatap Nadia dengan mata yang agak menyipit seolah-olah sedang menyelidiki wanita itu.Sam pun memeluk Nadia, lalu berkata, "Maaf, Pak Gio, aku dan kekasihku pamit dulu.""Tunggu," ujar Gio dengan dingin.Kemudian, Gio berjalan menghampiri Sam dan Nadia.Nadia spontan memeluk lengan Sam sambil berkata, "Sayang, dia temanmu? Boleh nggak kalau kalian mengobrolnya lain kali?""Aku lapar banget, nih. Gimana kalau kita makan dulu?"Nada bicara Nadia yang terdengar begitu manja sontak membua
Begitu mereka tiba di rumah, Bibi Ratih pun menyambut kedatangan Sam dengan senang. Dia langsung memasak banyak sekali hidangan.Sam menyingsingkan lengan bajunya dan membantu di dapur.Nadia juga ingin membantu, tetapi Sam melarangnya dan menyuruhnya keluar saja.Sebelum memulai makan, Sam mengajak Timmy dan Mona untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Sambil keluar membawa piring, Bibi Ratih pun berkata, "Nadia, aku tahu aku nggak seharusnya ikut campur.""Tapi, ada beberapa hal yang kuperhatikan selama ini dan menurutku kamu harus tahu.""Dokter Sam itu begitu lembut dan perhatian padamu, dia juga menjagamu dan anak-anakmu dengan baik. Demi anak-anakmu, coba pertimbangkanlah dia."Nadia pun terdiam sejenak, lalu menjawab, "Bibi Ratih, aku nggak mau sampai melibatkan Sam. Urusanku belum selesai.""Dokter Sam juga menyadari hal itu, tapi dia nggak pernah keberatan. Kamu juga butuh seseorang di sisimu sebagai pasangan tempat saling bersandar," sahut Bibi Ratih.Nadia menundukkan kepalany
"Kamu melakukannya demi anak-anak?" tanya Nadia dengan kaget."Iya," jawab Sam dengan terus terang. "Kalau kamu nggak mau berbagi beban hidup denganku, yang bisa kulakukan hanyalah lebih banyak membantu mengurus anak-anakmu."Nadia sontak merasa terharu. Sayangnya, dia belum memiliki perasaan khusus apa-apa terhadap Sam.Walaupun Nadia mengakui bahwa secara logika, Sam adalah calon pria yang paling sempurna sebagai seorang suami dan ayah."Terima kasih, ya," kata Nadia dengan tulus.Sam tersenyum ringan, "Kamu tahu 'kan aku nggak suka kamu bilang gitu? Kesannya kita kayak asing banget.""Lagian, aku sendiri yang mau melakukan semua ini."Sam pun menyesap jusnya, lalu bertanya, "Ivan kapan datang?""Besok. Aku akan menjemputnya," jawab Nadia.Sam menenangkan dirinya, lalu berkata, "Biar aku saja. Kamu 'kan sekarang nggak boleh pergi ke Pondok Asri, jadi sebisa mungkin jangan ke sana."Akan tetapi, Nadia menggelengkan kepalanya. "Aku harus menepati janjiku pada anakku. Lagian, anak itu n
Nadia pun berjalan naik dengan pikiran yang lebih tenang. Setelah itu, dia masuk ke ruang kerjanya dan membuka sebuah file terenkripsi di komputernya.File itu berisi laporan tes DNA Yuvira, dirinya dan juga Gavin.Serta bukti yang ditemukan Gavin tentang Yuvira yang berpura-pura menjadi "penyelamat".Lalu, ada pula bukti yang sangat penting, yaitu rekaman video perselingkuhan Yuvira dengan Hedi.Nadia mengakui dia harus berterima kasih kepada Hedi yang terbiasa menyimpan bukti. Berkat Hedi-lah Nadia jadi bisa memanfaatkan rekaman itu.Dalam dua setengah bulan lagi, Nadia akan melihat sendiri seperti apa ekspresi Yuvira.Meskipun begitu, ada satu hal yang membuat Nadia merasa sangat gelisah.Sepertinya, ada pihak lain yang sengaja diam-diam membantu Yuvira untuk mengenyahkan semua bukti pembunuhan itu.Termasuk bukti tentang penipuan yang dilakukan.Yuvira pasti tidak akan berani membongkar semua ini kepada Keluarga Cakra maupun Keluarga Wren.Jadi, siapa yang diam-diam sedang membantu
Belum sempat Nadia memberikan jawaban, Mona langsung berlari mengadang di tangga.Dia memelototi para polisi sambil berkata dengan marah, "Kenapa Pak Polisi mau membawa ibuku pergi?"Timmy dan Ivan juga ikut mengadang para polisi.Ketiga anak kecil itu menatap para polisi dengan kesan memusuhi.Timmy pun angkat bicara dengan dingin."Kalian nggak bisa seenaknya saja membawa orang lain pergi.""Alasannya?" todong Ivan dengan dingin.Ketiga anak-anak yang tidak tahu apa-apa itu takut ibu mereka digiring polisi pergi, jadi mereka langsung mati-matian membela.Sebaliknya, Sam dan Nadia terlihat sangat tenang.Mereka pun saling berpandangan seolah-olah menyepakati tugas masing-masing.Sam segera menghampiri ketiga anak itu untuk menenangkan mereka, sementara Nadia berjalan menuruni tangga dengan tenang.Nadia berdiri di hadapan para polisi, lalu berkata, "Saya nggak keberatan ikut dengan bapak-bapak sekalian, tapi saya salah apa, ya?""Kami mendapatkan laporan bahwa Nona adalah seorang pemb
Di kantor polisi.Nadia duduk di kursi sambil menatap dua orang polisi di hadapannya dengan tenang. Satu polisi adalah laki-laki, sementara yang satu lagi adalah perempuan.Kedua polisi itu sudah menginterogasi Nadia selama satu jam dan tidak bisa mendapatkan bukti yang kuat, tetapi mereka menolak melepaskan Nadia.Nadia yang memikirkan ketiga anaknya pun bertanya, "Apa masih ada pertanyaan lagi?""Maaf, kami belum bisa melepaskanmu," ujar si polisi wanita dengan tegas."Kalian 'kan sudah memeriksa semuanya? Apa masih ada hal lainnya lagi yang patut dicurigai?" sahut Nadia sambil menatap kedua polisi itu dengan sorot datar.Lima tahun lalu, Gavin membantu menciptakan identitas yang benar-benar baru bagi Nadia.Gavin meminta tolong kepada temannya di luar negeri untuk membuat sejarah hidup palsu bagi Fania Jihan.Itu sebabnya Nadia bisa duduk menghadapi para polisi dengan tenang.Si polisi pria kembali membaca semua dokumen yang ada. Dia tidak melihat ada yang salah dengan dokumen-dokum
Si polisi wanita sontak berkata dengan kaget, "Pak Roni?"Nadia pun refleks menoleh mengikuti arah pandang si polisi wanita.Seorang pria paruh baya yang bertubuh gemuk dan terlihat gelisah sedang berjalan menghampiri mereka.Di belakang pria itu, ada seorang pria tampan yang ekspresinya terlihat kejam sekaligus tenang.Begitu tatapan Nadia bertemu dengan pria itu, tangannya sontak terkepal dengan erat dan matanya terbelalak dengan kaget.Kok bisa Gio ada di sini?Bukannya dia lagi perjalanan dinas?Pria yang dipanggil Pak Roni itu pun menatap si polisi wanita sambil mengernyit, "Kamu ini apa-apaan sih, Della! Kenapa kamu nggak segera melepaskan wanita itu?""Tapi, Pak, orang ini sama persis dengan si pembunuh yang meninggal saat melahirkan itu ..." ujar si polisi wanita yang dipanggil Della itu."Apanya yang sama persis! Wanita itu pacarnya Pak Gio! Kamu ini bicara apa sih!" omel Pak Roni.Della menatap Gio dengan curiga, lalu menoleh menatap Pak Roni dan berkata dengan nada serius, "
Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
"Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar
Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem
Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah