Ekspresi Gio seketika berubah dan berseru, "Periksa lokasinya di mana!"Yuda langsung mengoperasikan ponselnya dan dengan cepat menemukan lokasi Nadia.Dia terkejut, lalu berkata kepada Gio, "Di sebelah ...."Gio tiba-tiba berdiri, Yuvira yang tidak tahu apa yang sedang terjadi buru-buru mengikutinya.Begitu di depan pintu VIP 2, Gio langsung menendang pintu tersebut hingga terbuka.Pipi Nadia merah dan bengkak, tubuhnya berlumuran darah dan sedang ditekan oleh seseorang. Melihat semua itu, kemarahan Gio langsung menyelimuti seluruh tubuhnya.Sorot mata Gio memancarkan keinginan membunuh orang.Dia menghampiri pria yang memiliki bekas luka di wajah itu, lalu menendangnya dengan ekspresi sangat dingin.Dia melanjutkannya dengan mengambil botol anggur di meja dan dihantamkan ke kepala pria tersebut.Aura dingin dan kejam di sekujur tubuhnya terlihat seperti dewa kematian yang sedang merenggut jiwa manusia.Tidak ada seorang pun di antara penonton yang berani menghentikannya.Setelah meny
Jam 8 pagi, di kantor.Nadia pergi ke toilet ketika Gio sedang rapat.Saat keluar, dia bertemu Yuvira yang sedang cuci tangan.Nadia tidak memedulikannya, tetapi Yuvira tersenyum dan berkata, "Bu Nadia sungguh orang yang bertanggung jawab. Sudah dipukuli seperti itu, tapi masih bisa kerja."Nadia terdiam sejenak sambil berpikir, 'Waktu itu, apa Yuvira ada di sana juga? Jadi, Gio menutup teleponku karena ada Yuvira, ya?'"Bu Yuvira, urus saja dirimu sendiri," ujar Nadia dengan ekspresi datar."Apa Gio nggak marah padamu?" tanya Yuvira sambil tersenyum lebar.Selesai cuci tangan, Nadia menatap Yuvira dengan dingin dan berkata, "Apa yang ingin kamu katakan?"Yuvira menyeka tangannya perlahan dengan tisu sambil berkata, "Kalau nggak salah, sekarang Gio seharusnya muak denganmu, 'kan? Lagi pula, nggak ada pria yang suka wanita yang menggunakan tubuh untuk melunasi utang judi."Teringat percakapan di video pengawas telah diubah, Nadia langsung mengerti apa yang dikatakan Yuvira.Penyebab dia
Tengah malam.Nadia yang susah payah tertidur terbangun karena dering ponsel.Melihat panggilan itu dari Yosef, Nadia segera mengangkatnya."Bu Nadia, sudah tidur?" tanya Yosef.Nadia bangkit duduk dan bertanya, "Ada apa, Pak Yosef?"Sambil melirik ke arah Gio yang mabuk karena dia dan Felix, Yosef berkata, "Pak Gio terlalu banyak minum, bisa jemput dia?"Nadia hanya terdiam.Ada Yosef berarti juga ada Felix. Mereka berdua adalah sahabat Gio dan selalu mahir mengorek informasi dengan membuat mabuk orang lain.Nadia tahu trik itu, tetapi tidak tahu tujuan mereka apa, jadi dia tidak ingin terlibat.Nadia tanpa basa-basi langsung menolak, "Pak Yosef, kalian hubungi Pak Yuda saja. Nggak aman aku keluar selarut ini. Kalau nggak ada urusan lain aku tutup teleponnya.""Sebentar!" seru Yosef dengan cepat."Yuda sekarang lagi sibuk memergoki pacarnya yang berselingkuh," bohong Yosef dengan mudahnya.Mendengar itu, Nadia kehilangan kata-kata.Dia sudah mengenal Yuda cukup lama, tetapi belum pern
Mendengar ucapan Nadia, perasaan Gio menjadi kacau sesaat.Detik berikutnya, dia menggenggam dagu Nadia sambil berkata dengan kasar, "Nadia, aku yang berhak mengakhiri kontrak ini! Bukan kamu!""Mulai hari ini, kamu nggak boleh keluar dari Pondok Asri tanpa izinku!" teriak Gio.....Nadia tidak ingat bagaimana dia keluar dari kamar Gio.Yang dia ingat, setelah memberikan larangan itu, Gio 'memakannya' secara brutal.Nadia ingin sekali menarik ucapannya itu.Dengan begitu, setidaknya dia masih bisa ke rumah sakit dan kantor.Tidak seperti sekarang ini, dia benar-benar seperti hewan peliharaan Gio. Dimainkan dan dibuang semau Gio.Selama seminggu dikurung, Nadia sibuk mengerjakan rancangan desain.Setelah mendapat bayaran, dia langsung mentransfer uang itu ke rekening ibunya.Saat hendak keluar dari aplikasi sosial media, muncul notifikasi pesan masuk dari Sena Yoan.Sena: "Nadia, Di Yolania ada kompetisi desain pakaian secara daring. Kamu mau ikut nggak?"Nadia terkejut, lalu membalas p
Jam sepuluh malam.Mendengar suara mesin mobil, Nadia bergegas turun ke bawah. Kemudian, dia melihat Gio masuk ke ruang tamu.Seminggu tidak bertemu, wajah Gio terlihat sangat kelelahan.Nadia mengetahui jadwal Gio. Selama satu minggu ini dia pergi ke luar kota untuk urusan bisnis.Melihat Nadia menyambutnya, Gio terkejut sesaat. "Ada urusan?"Nadia mengangguk dan berkata, "Besok, aku ingin menjenguk ibuku di rumah sakit."Sambil berjalan menuju tangga, Gio berkata, "Kita bicara di atas."Nadia mengikutinya sampai ke ruang kerja.Gio duduk di depan meja kerjanya sambil melepaskan dasi dan bertanya, "Jam berapa?"Sambil menuangkan air minum Nadia menatapnya dan berkata, "Besok pagi, boleh?"Selesai mengatakan itu, dia membawakan air hangat untuk Gio.Gio menatap gelas air itu sesaat, lalu berkata denga dingin, "Selesai menjenguk, aku akan menyuruh Yuda mengantarmu ke kantor."Nadia tidak menyangka bahwa Gio akan langsung setuju. Bukan hanya itu, Gio juga mengizinkan dia kembali bekerja.
Apa yang ditakutkan Nadia benar-benar terjadi.Dia buru-buru melepaskan diri dari gendongan Sam.Saat kakinya menyentuh tanah, Nadia kembali meringis kesakitan.Dia menengadah dan berkata kepada Sam, "Dokter Sam, tolong jaga ibuku, ya."Sam mengangguk dan melihat Nadia pergi dengan tertatih-tatih.Setelah sosok Nadia berangsur-angsur menjauh, pandangan Sam berpindah ke mobil Maybach di depan pintu rumah sakit.Nadia tiba di samping mobil dan Yuda membantu membukakan pintu untuknya.Seketika, hawa dingin yang menakutkan langsung melanda keluar."Masuk!" seru Gio dengan geram.Nadia menurutinya dan masuk ke dalam mobil dengan gugup.Begitu masuk, Gio langsung meraih dagu Nadia. Dia memaksa Nadia menatap langsung ke matanya.Gio sangat marah sampai menggertakkan gigi, lalu berteriak, "Nadia, apa semua perkataanku kamu anggap angin lewat?"Nadia yang terlihat pucat itu mencoba menjelaskan, "Gio, bukan begitu. Apa yang kamu lihat tadi ....""Apa? Nadia, aku hanya percaya pada apa yang kulih
Yuvira mengikuti pandangan Gio. Begitu melihat Nadia, sorot matanya menunjukkan niat jahat.Detik berikutnya, dia berdiri sambil tersenyum dan berkata, "Bu Nadia, sini cepat duduk makan."Dia berbicara seakan-akan Nadia adalah tamu di rumah ini.Nadia mengetahui niat Yuvira dan mengabaikannya. Dia duduk di hadapan mereka berdua dan makan dengan tenang.Yuvira menatap Gio dengan sedih dan berkata, "Gio, apa Bu Nadia nggak suka aku ada di sini?""Nggak usah pedulikan dia," ujar Gio sambil menarik Yuvira untuk duduk kembali.Yuvira mengangguk patuh. Setelah makan beberapa suap, dia berkata, "Bu Nadia, aku kejadian waktu itu aku nggak menyalahkanmu. Aku yang nggak hati-hati sampai terjatuh."Sembari berbicara, matanya mulai memerah, "Jadi, kamu jangan marah padaku lagi, ya?"Perkataan yang keluar dari mulut Yuvira itu membuat Nadia merasa mual.Kalau bukan karena dia menahan rasa mualnya, Nadia mungkin langsung memuntahkannya."Aku nggak berhati kecil seperti seseorang," sindir Nadia.Begi
"Nadia, kamu bilang apa?" tanya Gio yang terlihat kebingunganSuara Nadia barusan sangat pelan sehingga Gio tidak mendengar jelas apa yang dikatakan Nadia.Bibir Nadia semakin pucat. Saat dia hendak berbicara lagi, Yuda yang menggenggam ponsel masuk dengan tergesa-gesa."Tuan Gio! Ada panggilan darurat!""Nanti baru aku angkat!"Gio keluar dari vila sambil menggendong Nadia dan menuju mobil."Ini panggilan dari sana," ujar Yuda dengan cemas.Mendengar ini, langkah kaki Gio langsung berhenti.Setelah berpikir sejenak, dia mengernyit dan menempatkan Nadia ke kursi belakang mobil, lalu berkata, "Yuda akan mengantarmu ke rumah sakit. Nanti aku akan susul ke sana."Setelah mengatakan itu, Gio mengambil ponsel dari Yuda dan mendengar panggilan tersebut.Nadia menarik pakaian Gio dengan seluruh kekuatan yang tersisa dan berkata, "Jangan pergi ... kumohon ...."Namun, tangisan seorang wanita terdengar dari ujung ponsel itu."Gio, kamu di mana? Aku takut sekali, cepat kemari, cepat!"Ekspresi G
Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
"Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar
Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem
Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah