Share

Bab 13 Beri Aku Penjelasan

Jam 8 pagi, di kantor.

Nadia pergi ke toilet ketika Gio sedang rapat.

Saat keluar, dia bertemu Yuvira yang sedang cuci tangan.

Nadia tidak memedulikannya, tetapi Yuvira tersenyum dan berkata, "Bu Nadia sungguh orang yang bertanggung jawab. Sudah dipukuli seperti itu, tapi masih bisa kerja."

Nadia terdiam sejenak sambil berpikir, 'Waktu itu, apa Yuvira ada di sana juga? Jadi, Gio menutup teleponku karena ada Yuvira, ya?'

"Bu Yuvira, urus saja dirimu sendiri," ujar Nadia dengan ekspresi datar.

"Apa Gio nggak marah padamu?" tanya Yuvira sambil tersenyum lebar.

Selesai cuci tangan, Nadia menatap Yuvira dengan dingin dan berkata, "Apa yang ingin kamu katakan?"

Yuvira menyeka tangannya perlahan dengan tisu sambil berkata, "Kalau nggak salah, sekarang Gio seharusnya muak denganmu, 'kan? Lagi pula, nggak ada pria yang suka wanita yang menggunakan tubuh untuk melunasi utang judi."

Teringat percakapan di video pengawas telah diubah, Nadia langsung mengerti apa yang dikatakan Yuvira.

Penyebab dia dihina dan diawasi oleh Gio adalah karena Yuvira.

Nadia tidak bisa menahan amarahnya dan bertanya, "Yuvira, apa kamu punya dendam padaku?"

Yuvira berjalan mendekat sambil tersenyum sinis dan berkata, "Kamu merebut priaku, apa mungkin aku nggak dendam? Nadia, kamu sangat kesal, 'kan? Siapa suruh kamu nggak tahu diri dan jatuh cinta pada pria yang sama denganku. Kamu harus sadar diri, keluargamu itu sangat menyusahkan. Menurutmu, di dunia ini apa ada pria yang akan memberi ketulusannya padamu?"

Melihat sikap Yuvira yang begitu arogan, Nadia tiba-tba ingin tertawa.

"Kenapa? Bu Yuvira, apa karena kemampuan, pendidikan dan penampilanku melebihimu, jadi kamu hanya bisa menghinaku dengan menggunakan keluargaku?" sindir Nadia dengan tenang.

Mendengar itu, ekspresi Yuvira seketika berubah menjadi masam.

Setelah meliriknya sinis, Nadia pun keluar dari toilet.

Namun tak disangka, Yuvira dengan cepat mengejar dan menarik lengan Nadia.

Serta-merta, Nadia secara spontan mengayunkan lengannya. Detik berikutnya, terdengar suara teriakan.

Nadia menoleh dan melihat Yuvira sudah terjatuh duduk di lantai.

Dia pura-pura kesakitan sambil menatap Nadia dan berkata dengan nada sedih, "Bu Nadia, kenapa kamu melakukan ini padaku?"

Nadia hanya terdiam.

'Drama apa yang ingin dia perankan lagi?'

Sambil menangis, Yuvira berkata, "Aku hanya prihatin dengan luka di wajahmu, tapi kenapa kamu malah mendorongku?"

Nadia mendengus dingin, lalu hendak mengatakan sesuatu, tetapi terdengar langkah kaki yang mendekat dari belakang.

"Apa yang kamu lakukan!"

Mendengar suara dingin yang tidak asing itu, jantung Nadia berdetak kencang.

Saat dia menoleh, Gio berjalan menuju Yuvira.

Yuvira langsung memeluk Gio sambil meringis, "Gio, kakiku sakit sekali."

"Aku tahu!" ujar Gio.

Gio menggendong Yuvira melewati Nadia dengan acuh tak acuh dan berjalan menuju ruang kantornya.

Melihat dua orang itu pergi, hati Nadia semakin terasa sakit.

'Dua orang itu, yang satu bersandiwara dan yang satunya lagi percaya begitu saja.'

'Sedangkan aku dijadikan karakter antagonis.'

Kemudian, terdengar dua orang rekan kerja yang lewat mencibir Nadia.

"Nggak sangka, Bu Nadia diperlakukan seperti itu."

"Kupikir dia orang terpenting Pak Gio, tapi siapa sangka dia sebenarnya hanya pengganti Bu Yuvira! Lucu sekali!"

Nadia melirik tajam dua orang itu dan berkata dengan dingin, "Kalau kinerja akhir bulan kalian nggak cukup baik, aku bisa langsung pecat kalian berdua."

Setelah mengatakan itu, Nadia berjalan dengan tegak menuju ke ruang kantornya.

....

Pulang kerja, Nadia diantar pulang ke Pondok Asri oleh Yuda. Ratih sudah menyiapkan makan malam.

Setelah cuci tangan, Nadia duduk di meja makan. Ratih tersenyum dan berkata, "Nona Nadia sangat beruntung."

"Aku?" tanya Nadia sambil menatap Ratih dengan bingung.

Ratih mengangguk dan berkata, "Ya. Tuan bilang kamu suka makanan ini, jadi dia menyuruhku membuatkannya untukmu."

Nadia melihat ke hidangan di depannya dan memang benar semua itu makanan yang dia suka.

'Terus kenapa kalau ini makanan kesukaanku? Aku sudah nggak punya kebebasan lagi.'

Nadia merasa tidak nafsu makan. Setelah makan beberapa suap, dia pun kembali ke atas.

Tidak lama setelah Nadia pergi, Gio datang ke ruang makan.

Melihat Gio, Ratih segera menyambutnya, "Tuan, Anda sudah kembali."

Sambil menyerahkan jasnya kepada Ratih, Gio bertanya, "Di mana dia?"

"Nona Nadia baru naik ke atas. Dia hanya makan sedikit, sepertinya suasana hatinya sedang buruk," jawab Ratih.

Gio mengernyit dan berpikir, 'Aku belum tanya kenapa dia mendorong Yuvira, dia malah sudah marah duluan.'

Melihat makanan di meja hampir tidak di sentuh, Gio naik ke atas dan mengetuk pintu kamar Nadia.

Segera, Nadia membukakan pintu.

Melihat yang datang adalah pria dengan ekspresi dingin itu, Nadia segera bertanya, "Pak Gio, apa ada perintah?"

Sikap Nadia yang terlihat menjaga jarak itu membuat Gio tiba-tiba sedikit lebih kesal.

"Apa nggak ada yang harus kamu jelaskan padaku?" tanya Gio.

Nadia menjawab, "Saya nggak mengerti apa yang Anda bicarakan."

"Nadia! Kamu jangan pura-pura bodoh! Jangan pikir kesabaranku nggak ada batasnya!" seru Gio sambil mengernyit.

Nadia tertawa kecil, lalu menengadah untuk menatap langsung mata Gio sambil berkata, "Aku pura-pura bodoh? Masalahnya apa kamu akan percaya dengan apa yang kukatakan?"

"Jadi, kamu memilih nggak menjelaskan? Nadia, pergelangan kaki Yuvira terkilir karena kamu!" seru Gio dengan dingin.

Nadia sungguh ingin tertawa.

'Lihatlah, aku sudah divonis bersalah, kenapa masih banyak tanya?'

Bibir Nadia tersenyum, tetapi tidak dengan matanya. "Kamu datang bertanya padaku atau hanya ingin aku mengakui aku memang mendorongnya?" tanya Nadia.

"Baiklah. Sekarang dengar baik-baik, aku memang orang yang sangat kejam," lanjut Nadia.

'Kamu nggak suka ada banyak pria mendekatiku, tapi juga merasa kasihan pada wanita pujaan hatimu itu.'

'Kalau memang nggak suka, cepat usir saja aku!'

Kemarahan Gio semakin memuncak ketika melihat Nadia masih bersikap arogan meski sudah melakukan kesalahan.

Gio menarik Nadia dengan kuat ke dalam pelukannya.

Gio menundukkan kepalanya. Dia mencium bibir, membuka mulut dan menggigit bibir Nadia dengan kuat.

Seiring suara desis kesakitan Nadia, bau darah memenuhi mulut mereka.

Nadia refleks mendorong Gio, tetapi malah dipeluk semakin erat.

Dia menangis sedih dan tidak meronta lagi. Pasrah.

Mungkin karena merasakan pipi Nadia basah, Gio tiba-tiba mengendurkan pelukannya.

Setelah membuka mata, Gio mengernyit ketika melihat wajah Nadia berlinang air mata.

Hanya sepintas, Gio merasa ada sesuatu yang akan lepas dari tangannya. Kemudian, perasaan itu berubah menjadi kemarahan.

Gio bertanya dengan geram, "Apa berciuman denganku membuatmu begitu menderita?"

Nadia membisu dan membeku di tempat dengan kepala menunduk.

Melihat Nadia keras kepala lagi, Gio pun berbalik dan pergi dengan marah.

Tidak lama kemudian, terdengar suara mesin mobil dihidupkan.

Nadia menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.

Sebelumnya, Nadia bersedia menjadi pengganti. Namun, sekarang dia tidak akan pernah mau menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan.

....

Kelab Awan.

Karena kemunculan Gio, dua pria lain di dalam satu ruangan itu saling memandang tidak tahu harus berbuat apa.

Setelah beberapa saat, salah satu pria sudah tidak menahan keheningan yang bisa membuat orang sesak itu.

Pria itu bernama Yosef Petra. Dia pindah duduk di samping Gio dan berkata, "Gio, wanita yang kamu cari salah lagi?"

"Lebih kamu diam saja," ujar Gio sambil memelototi Yosef.

Yosef langsung diam sambil menatap pria satu lagi, Felix Lukman, yang duduk tidak jauh darinya.

Felix mengangguk dan berkata, "Gio, kenapa hari ini sekretarismu nggak ikut?"

Ekspresi Gio semakin masam dan berkata, "Kalau kamu sebut dia lagi, akan kubuat kamu nggak bisa main dengan wanita selama setengah tahun!"

Felix langsung ketakutan. Dengan cepat, dia berdiri dan duduk sejauh mungkin dari Gio.

Yosef akhirnya mengerti bahwa penyebab Gio semarah itu adalah Nadia.

Setelah berpikir sejenak, Yosef mengubah topik pembicaraan dan bertanya, "Gio, kapan kamu mengenalkan penyelamatmu itu pada kami?"

Felix ikut menambah, "Benar. Kami penasaran seperti apa wanita yang bisa membuatmu nggak bisa melupakannya."

Gio terdiam beberapa saat, lalu bertanya, "Kenapa sifat orang bisa tiba-tiba berubah drastis?"

Yosef dan Felix saling menatap, mereka mencium ada bau gosip.

"Mungkin karena pukulan keras kehidupan," ujar Yosef.

Gio hanya diam menatap Yosef. Dia terlihat sedang memikir sesuatu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status