Share

Bab 19

Aku meraih sebuah handuk kecil, lalu meminta Bibi untuk mengambilkan air hangat. Kemudian, aku kompres di kening Jingga.

"Semoga Jingga cepat bangun, sepertinya dia pingsan karena suhunya yang panas tinggi," tuturku dengan gelagat panik.

"Maafkan Bibi, Non. Kurang sigap, Non Jingga tidak pernah seperti ini kalau demam, biasanya dia nurut," ucapnya.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba mata Jingga terbuka perlahan. Aku segera mengangkat kain yang menempel di keningnya.

"Tante." Aku terkesiap mendengar suara rintihan Jingga yang menyapaku.

"Alhamdulillah, ya Allah. Terima kasih banyak. Jingga kamu segera minum obat penurun panas ya, supaya nggak pingsan lagi," suruhku.

Jingga tersenyum, ia meminta dibangunkan dan disandarkan supaya bisa meneguk obat sirup yang sudah bibi sediakan.

"Anak pintar," ucapku memuji Jingga.

Anak dari Pak Pram yang manis dan lucu, Jingga, telah membuatku terhanyut dan merasakan menjadi seorang ibu walau hanya beberapa waktu saja.

Aku merebahkan tubuhnya lagi su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status