Share

Bab 143. Season 2

Tiba-tiba Pram menyuruh Ameer melajukan mobilnya dengan cepat.

"Nenek denyut nadinya sudah nggak ada denyutnya," kata Pram membuat semua kompak membulatkan matanya.

"Ya Allah semoga nenek masih bisa diselamatkan," tutur Jingga penuh harap. "Dek, cepat nyetirnya!" tambah Jingga.

"Kak, aku belum punya SIM nanti gara-gara ngebut aku ditahan polisi gimana?" Ameer jadi berdebat.

"Kakak lupa, kamu tuh mau ngejar sarjana padahal SIM aja belum punya," celoteh Jingga.

"Aduh kok jadi debat sarjana, itu mungkin hanya cita-cita adikmu, Jingga," celetuk Pram.

"Udah, jangan debat lagi, Mas, ini Ibu nggak ada napasnya, apa Ibu udah meninggal, Mas?" Inggit sangat khawatir, dia bahkan gemetar ketika memegang bawah hidung ibunya.

"Ma, aku kebut nih!" Ameer menambah kecepatannya. Dia menarik gas tanpa memikirkan lagi belum punya surat izin mengemudi.

Dengan kecepatan tinggi, akhirnya mereka tiba juga di rumah sakit. Sang nenek yang disayangi oleh Jingga dan Ameer dibopong ke ruangan UGD. Namun, baru mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status