Mobil melaju perlahan. Semua hanya terdiam. Raymond masih fokus untuk mengemudi mobilnya sedangkan Laura hanya terdiam. Rasa deg-degan campur aduk. Perutnya yang mulai membuncit. Laura mengelus perutnya dengan lembut. Raymond memegang perut Laura juga. Laura merasa nyaman dekat dengan Raymond. Lelaki yang berada disampingnya membuatnya mabuk kepayang.“Sayang, aku tahu ini cepat. Aku tahu orang tuamu pasti tidak akan merestui hubungan kita. Kamu tahu sendiri bukan mereka mencari lelaki yang mapan. Kau tahu siapa suami Launa kemarin?”“Aku tidak tahu. Memang dia siapa?”Tanya Laura dengan polosnya.“Kalau aku bilang siapa dia kamu pasti iri dengannya dan membandingkan aku dengan suami Launa.”Raymond terkekeh dan seseki mengelus perut Laura dengan lembut.“Ray, aku tidak peduli dia mau orang kaya, anak pejabat, anak menteri, anak presiden sekalipun. Aku hanya mencintai kamu. Cuma aku saat ini sangat membenci Launa. Aku iri kepadanya bukan karena dia punya suami kaya itu masa bodoh bagik
Kehamilan? Apakah ini nyata atau mimpi. Bagaikan disambar petir di siang bolong. Pengakuan Laura begitu mengejutkan begitupun dengan pak Deden, dia langsung duduk tersungkur di bawah. Raymond langsung melirik Laura. Semua tidak menyangka Laura akan bicara jujur kepada orang tuanya. Raymond melihat orang tua hanya berdiri dan terdiam seribu bahasa.“Maafkan aku papa. Aku sudah melakukan kesalahan di luar batas. Maafkan aku. Aku menyesal telah melakukan hal ini. Melakukan pergaulan bebas dengan Raymond yang tak lain adalah anak dari pak Deden. Papa, mama sekali lagi maafkan Laura.”Laura tertunduk.Plak!Mama Risa melayangkan tamparan keras di pipi Laura. Mama Risa tidak menyangka anaknya akan melakukan hal yang begitu keji dan menjijikkan.“Kecurigaan mama benar Laura. Kamu memang melakukan hubungan terlarang dengan lelaki ini. Pertama mama selalu mencium parfum lelaki di bajumu dan kamu pernah meninggalkan breast holdermu. Mama mulanya tidak yakin kamu akan berhubungan dengan lelaki la
Brayman membopong Raymond yang sedang mabuk berat. Joni pemilik bar memberi tahu kepadanya bahwa Raymond sedang mabuk berat, dia membaringkan Raymond yang sedang tertidur mungkin karena efek dari minuman alkohol. Brayman melepas sepatunya.“Dasar kamu Ray! Ternyata tubuhmu berat juga.”Kata Bray ngos-ngosan. Raymond masih tertidur pulas dan melihat ponselnya. Ada catatan yang dia tulis di aplikasi note.Aku sudah cukup berusaha tapi aku ingin mempertahankanmu.Brayman tahu itu pasti curhatan dirinya dengan Laura. Perlahan mata Raymond terbuka. Lelaki itu langsung batuk-batuk dan masuk ke kamar mandi.“Raymond kamu tidak apa-apa di dalam sana?”Bray mengetuk pintu kamar mandi berulang-ulang. Terdengar Raymond muntah di dalam.”Dasar! Sudah tahu minum alkohol bikin mual masih saja minum. Tidak berkaca dari pengalaman yang lalu. Brayman melihat isi kulkas ada air kelapa lalu menuangkan di gelas. Raymond keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sempoyongan.”Minumlah buat menetrkan tubuhm
Mobil berjalan dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli banyak orang yang satu persatu membunyikan klakson karena mobil sedan hitam melaju dengan sangat kencang dan ugal-ugalan. Raymond, fikrannya masih bingung dan khawatir, dia tidak bisa kehilangan Laura dan calon buah hatinya. Apapun resikonya Raymond tetap akan menikahi Laura meskipun orang tuanya tidak setuju.“Ray, pelankan mobilmu! Kamu mau kita mati muda!”Kata Bray sambil memegang handle mobil diatas kepalanya. Bray merasa ketakutan Raymond menyetir mobil ugal-ugalan. Raymond tidak menghiraukan perkataan Bray. Dia semakin melajukan kendaraanya dengan cepat.”Ray berhenti! Kalau kau seperti ini biar aku saja yang menyetir mobilnya. Kau membahayakan kami yang ada disini.”Bray sudah pasrah dengan keadaan yang menimpanya.“Diam kau, Bray! Aku tidak ingin membuang waktuku ini. Aku harus segera menemui Laura. Apapun alasannya aku harus membawa dia pergi.”Raymond masih fokus menyetir mobil dengan ugal-ugalan.“Aku tahu Ray tapi pelanka
Duduk termenung sambil melihat orang lalu lalang di sepanjang koridor bandara. Sakit hati masih saja merasuki kalbu. Baru kali ini Raymond merasakan kehilangan sosok perempuan. Padahal dia sebelumnya menjadi palyboy kelas kakap. Raymond kehilangan Laura dan calon anaknya. Mau ke London tapi apalah daya tidak ada biaya.“Minumlah!”Seseorang perempuan menyodorkan segelas cup kopi susu.”Kopi ini menghangatkan tubuh juga menghangatkan fikiran yang sedang tegang.”Raymond mengambil cup berisi kopi susu dari tangan Launa, dia langsung duduk disamping Raymond sambil menyeruput kopi susunya begitupun dengan Raymond.“Thanks, Launa. Kenapa kamu tidak ikut saudara kembarmu ke London?”Tanya Raymond sambil menyeruput kopi susunya.“Aku tetap stay disini, Ray. Aku harus ikut dengan suamiku.”Raymond sontak saja tersentak dan batuk-batuk. Kaget mendengar perkataan Launa.“Hay, kamu tidak apa-apa khan?”Launa langsung khawatir melihat Raymond tersedak.”Minum air putih ini!”Launa memberikan botol air
Aroma nasi goreng tercium ke seluruh sudut dapur. Launa dengan lihai memasak nasi goreng seafood. Tumisan bumbu menyatu menjadi satu, dia ingin menjadi seorang istri meslipun nafkah batin tidak dia lakukan. Beruntung hari ini orang tua Dewangga tidak jadi kesini kalau tidak dia satu kamar dengan suaminya itu. Hari ini pertama kali dia sekolah. Launa sedikit malas jika bertemu dengan Jesisca cs. Ingin pindah kesekolah Laura tapi ada satu hal yang tidak bisa dia tinggalkan. Kenangan bersama Ardiaz dan Ardian kepala sekolah yang membuatnya penasaran yang berhubungan dengan Mr Ardiaz karena masih menjadi misteri. Di tambah arwah Mr Ardiaz yang masih bergentayangan.“Non, Launa jam segini sudah masak.”Tanya bibi Nur yang tiba-tiba membuyarkan lamunannya.”Jangan banyak melamun nanti nasi gorengnya gosong loh.”Launa langsung tersadar. Untung saja nasi gorengnya masih aman tanpa gosong. Launa kembali memasak.“Iya bibi. Sejak kecil saya sudah dibelajari untuk bangun pagi. Sebagai perempuan t
Jesisca sudah sampai di depan gerbang sekolahan. Gadis berambut pirang it diantar oleh Raymond mengguanakan motor sport hijau andalannya. Syukurlah kepala sekalian masih memberikan dia kesempatan kembali ke sekolah ini. Suasana masih tegang. Jesisca baru menyadari suatu hal tentang Raymond yang menghamili kekasihnya, dia teringat saat berangkat sekolah tadi.Jesisca datang kerumah Raymond untuk memintanya mengantar dirinya ke sekolah. Motornya sedang rusak masuk ke bengkel. Sebuah motor hijau terparkir di depan rumahnya itu tandanya Raymond sepupunya berada di rumah. Tapi dia mendengar sebuah paman Deden mengmel.“Apa? Dia sudah pergi? Lalu bagaimana dengan nasibmu dan dia Kelak? Kamu harus tanggung jawab Raymond. Dosa kamu melakukan perbuatan bejat seperti ini. Bagaimana dengan harga dirimu. Ya Tuhan.”Deden terdengar lelah berbicara dengan Raymond. Jesisca semakin penasaran apa yang mereka bahas sehingga paman Deden begitu marah. Jesisca menguping di balik jendela ruang tamu.“Tanggu
Launa membereskan peralatan sekolahnya. Jam menunjukkan istirahat. Banyak temannya yang melihat sinis kearahnya. Ada juga yang bersimpati kepadanya tetapi rasanya Launa tidak mempunyai teman sama sekali. Lebih baik dia ke kantin untuk mengganjal perutnya yang keroncongan karena dari pagi dia hanya makan sedikit akibat kesal dengan Dewangga. Launa melenggang menyelusuri kantin. Kenapa teman-temannya bengong melihatnya dan saat turun di tangga masih saja hantu murid perempuan yang ngesot. Lelah Launa melihat para hantu yang bermunculan tapi bagaimanapun ini baginya istimewa.Hantu ngesot itu memegang kakinya seketika. Launa otomatis langsung terhenti langkahnya. Biarkan saja hantu itu bisa melihat dirinya.“Apa?”Tanya Launa ketus dan melotot kearah hantu perempuan itu.”Aku tidak mau diganggu. Aku sudah lelah melihat para hantu. Miris sekali meninggalmu itu.”Launa menyindir hantu tersebut. Wajahnya sangat terluka. Banyak luka lebam dan darah mengucur deras di wajahnya. Launa langsung pe
Suara tepukan tangan menggema di seluruh ruangan besar bergaya arsitektur Belanda. Raymond hari ini bekerja sangat bagus dan mendoakan tender yang besar. Farhan mulai bisa menerima Raymond seutuhnya. Banyak yang memberi selamat kepada Raymond. Pemuda itu sudah membuktikan jika dia bisa. “Selamat Raymond. Aku suka dengan pekerjaanmu.” Farhan senang dan menepuk beberapa kali pundak Raymond. “Terima kasih ayah. Ini juga berkat dukungan dari ayah juga.” Raymond membalas dengan antusias dan puas. Baginya mendapat restu dari ayah Laura sangatlah susah karena adanya perbedaan dan status menjadi penghalang saat Raymond dan Laura bersama. Namun, semuanya sudah usai. Kini kebahagiaan itu sudah ada di depan mata. “Yang jelas kamu harus membuktikan kepada ayah jika kamu bisa. Oke Raymond. Hari ini kamu bisa pulang cepat. Laura ulang tahun, dia menunggu surprise darimu.” Jelas Farhan dan meninggalkan ruang meeting. Perlahan semua orang keluar tinggal dirinya saja yang masih di ruangan. Raymon
Udara pagi kota Jogja sangat sejuk. Hari ini terlihat di jam tangan Laura masih pukul enam pagi. Sejak hujan tadi malam yang mengguyur deras membuat banyak sisa tetesan air hujan menempel di dedaunan. Embun pagi yang menyejukkan kalbu. Bintang tidak tidur di stoller mungkin dia masih menikmati udara di pagi hari. Laura mendorong stoller menuju taman dekat perumahan. Hari ini minggu jadi banyak yang menghabiskan di taman. Laura duduk di dekat air mancur dan melihat Bintang yang ada di depannya. Wajahnya mirip sekali dengan Raymond. “Bintang, kenapa papa kamu tidak menghubungi mama sama sekali? Apakah papa lupa sama kita?” Laura mengambil ponsel dari saku sweater-nya dan mencoba melihat layar ponsel. Raymond sama sekali tidak membalas dan menghubunginya sama sekali. Laura mendengus kesal. Tak sengaja kedua bola matanya menatap seseorang yang sedang berjalan dan mendekati air mancur. Lelaki itu pakai handset seolah sedang menikmati musik. Laura bangkit dan bergegas menghampiri sosok t
Risa membuka pintu dan mendapati Laura ada di depan pintu sambil menggendong Bintang di tambah Laura masih memakai gaun pengantin. Sejenak di menoleh ke kanan dan kiri tidak ada sosok Raymond menemaninya bahkan mobilnya pun tidak ada. Risa bingung apa yang sebenarnya terjadi kepada Laura. Laura memeluk mamanya dan menangis dengan tersedu-sedu. Apakah Raymond telah menyakiti hati Laura padahal ini adalah hari bahagia mereka yang di tunggu-tunggu. “Laura kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu sedang ada bersama dengan Raymond dan hari ini adalah hari bahagiamu?”Bukanya menjawab pernyataan mamanya, Laura justru menangis sejadi-jadinya membuat Bintang yang tadi tidur pulas langsung bangun. “Ah... Mama!” Laura menjerit. Risa jadi bingung dengan apa yang terjadi, dia menggandeng Laura masuk ke dalam dan menyuruh Laura duduk. “Ada apa? Cerita sama mama. Kamu ini belum ganti baju pengantin malah ke rumah ini lagi? Memang kenapa, Laura? Jangan buat mama bingung.” “Mama...!” Lagi-lagi Lau
Setiap perempuan ingin memiliki pernikahan impian setelah semua cita-cita terselesaikan. Lain halnya dengan Laura dan Raymond karena nafsu semata tanpa memikirkan dampaknya mereka harus menikah setelah Laura melahirkan Bintang itu pun dengan pengorbanan yang besar. Kali ini hanya pesta yang sederhana tidak di gedung mewah dengan konsep Princess. Sebenarnya orang tua Laura ingin pernikahan yang mewah tapi Laura menolaknya karena dia merasa malu dengan keadaannya sekarang. “Saya Terima nikah dan kawinnya Laura Lestari Darmawan binti Farhan Darmawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!” Suara Lantang Raymond saat mengucapkan ijab kabul di depan penghulu. “Bagaimana, saksi? Sah?”“Sah!”“Sah!”Suara riuh dan tepukan menggema di area outdoor taman di sebuah hotel. Laura sekarang resmi menjadi istri Raymond. Tidak ada lagi yang bisa memisahkan mereka. Setelah menandatangani dokumen dan buku nikah mereka tak lupa mengabadikan lewat foto. Risa yang sedang menggendong Bintang tak luput
Hari ini Laura merasa bahagia sekali. Inilah kado yang diberikan Tuhan bahwa dia dan Raymond akan bersatu kembali. Bintang tidak lagi takut kehilangan ayahnya. Laura menggendong Bintang. Bayi yang dia lahirkan sangat tampan persis sekali dengan Raymond. Melihat Raymond tadi bahagia, Laura juga ikut bahagia. Risa masih sibuk dengan membaca majalah Femina seolah tidak menggubris Laura. Laura tahu jika ini adalah hal terberat sebagai orang tua harus menerima kenyataan jika anaknya hamil diuar nikah. “Ma, Laura berterima kasih karena Mama mau menerima Raymond menjadi menantu Mama. Laura...”“Tidak usah berterima kasih secara berlebihan.” Mama memotong pembicaraan sambil sibuk membaca majalah yang ada di tangannya. Sebenarnya dia hanya ingin melupakan kekecewaannya melalui bacaan. Hatinya sangat teriris melihat masa depan Laura, putri satu-satunya yang dia miliki saat ini. Seharusnya Laura yang menggantikan Launa. Namun, Risa mencoba menerima kenyataan yang ada. “Mama, melakukan ini demi
Risa membantu membereskan perlengkapan Laura. Hari ini dia bisa pulang tapi nyeri jahitan bekas persalinan masih terasa. Melahirkan baginya adalah hal yang sangat luar biasa. Sungguh pengalaman yang tidak bisa lupakan seumur hidup saat melahirkan Bintang di tambah Raymond yang setia menunggunya selama proses persalinan. Laura masih menunggu Raymond kembali tapi mungkin akan sia-sia karena lelaki yang di cintai sudah fokus kepada kuliahnya. “Mama dan Papa akan mengurus semua kepindahan kamu ke London sambil menunggu Raymond lulus dan membuktikan bahwa dia bisa menjadi orang sukses.” Risa menjelaskan sambil menutup koper miliknya. Dalam hati Risa setidaknya Raymond punya masa depan yang cerah. Masa depan Laura sudah hilang harapan. Anak satu-satunya yang bisa diharapkan sudah pupus. Laura sontak kaget dengan apa yang di katakan mamanya. Pindah ke London? Itu berarti dia harus berpisah lagi dengan Raymond. “Kenapa bisa begitu, Ma? Mama tidak bisa mengatur kehidupan ku lagi? Aku ingin
Kematian Jesisca banyak mengundang misteri bagi orang terutama polisi. Seorang Office Boy menemukan Jesisca meninggal gantung diri di toilet. Kematiannya membuat gempar rumah sakit jiwa. Raymond yang mendapat telefon dari rumah sakit langsung bergegas ke sana. Orang tua Jesisca sudah tidak menggagap dirinya kembali. Rasa malu sudah menyelimuti keluarga Jesisca. Polisi membawa kantong jenazah untuk di visum. Hati Raymod hancur saat kehilangan sepupunya. Ada tanda tanya dalam pikirannya, apa yang menyebabkan Jesisca bunuh diri? Apa karena dirinya di anggap gila. Cuit sekali nyali Jesisca. Tiga jam di kantor polisi dan di interogasi membuat Raymond lelah dan kepalanya sedikit pusing. Tadi di sana dia sempat bertemu dengan Ardian, Zizi dan Alenta. Mereka juga di interogasi. Sepertinya kematian Jesisca karena dia merasa tidak kuat menjalani hidup dan jalan ninjanya adalah mengakhiri hidupnya. Suasana Cafe dekat Malioboro cukup ramai. Ingin dia menyanyi dan meluapkan semuanya tapi mood-n
Suasana taman lumayan ramai dengan banyak orang lalu lalang di tengah, pinggir bahkan sudut taman sekalipun. Ada yang berteriak, senyum-senyum sendiri dalam khayalan di dalam pikiran seolah dunia milik dia sendiri. Perawat baju dinas putih tidak luput dari sasaran jika ada amukan dari salah satu pasien. Di mana lagi kalau bukan di rumah sakit jiwa. Jessica masih duduk termangu tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya. Yang dia ingin bisa bebas dari tempat yang membuatnya hampir frustrasi gara-gara hantu Aurel. Keluarganya menganggap dia gila bahkan di penjara dia juga di anggap gila. Jessica merasa hampir gila dengan hantu sialan tersebut apalagi jika malam hari Jessica selalu diteror hantu tersebut. Seandainya malam itu dia tidak bersama Launa pasti semua tidak akan terjadi seperti ini. Baginya ini adalah hal gila yang tidak bisa terlupakan. “Jesisca.” Panggilan dari dirinya membuyarkan lamunannya. Gadis itu menoleh ke arah samping takut jika hantu Aurel berubah menjadi sosok lain.
Raymond tidak henti-hentinya menatap Laura yang sedang menyuapi dirinya. Hari ini dia harus makan bubur halus dulu karena lambungnya belum siap menerima makanan kasar. Beberapa hari ini dia memang tidak teratur makan karena memikirkan bagaimana bisa menemukan Laura dan menikahinya di tambah dia akan segera melahirkan hasil buah cintanya. “Laura.” Raymond memegang pergelangan Laura. Laura meletakkan makanannya di nakas. Kedua mata Raymond memandangnya dengan sendu. “Maafkan aku atas apa yang aku lakukan dulu. Gara-gara aku kamu jadi tidak melanjutkan sekolah dan hanya mengenyam pendidikan home schooling sedangkan aku masih bisa melanjutkan kuliahku. Lelaki macam apa aku.” Raymond tertunduk malu. Melihat apa yang Raymond katakan Laura merasa tersentuh. Awalnya dia mengira Raymond akan menikahi perempuan lain ternyata dia adalah adiknya sendiri. Laura memandang perutnya sekilas. Anak ini butuh orang tua bukan menjadikan sebagai status adiknya. Ibu mana yang tidak sedih melihat kenyataa