Aroma nasi goreng tercium ke seluruh sudut dapur. Launa dengan lihai memasak nasi goreng seafood. Tumisan bumbu menyatu menjadi satu, dia ingin menjadi seorang istri meslipun nafkah batin tidak dia lakukan. Beruntung hari ini orang tua Dewangga tidak jadi kesini kalau tidak dia satu kamar dengan suaminya itu. Hari ini pertama kali dia sekolah. Launa sedikit malas jika bertemu dengan Jesisca cs. Ingin pindah kesekolah Laura tapi ada satu hal yang tidak bisa dia tinggalkan. Kenangan bersama Ardiaz dan Ardian kepala sekolah yang membuatnya penasaran yang berhubungan dengan Mr Ardiaz karena masih menjadi misteri. Di tambah arwah Mr Ardiaz yang masih bergentayangan.“Non, Launa jam segini sudah masak.”Tanya bibi Nur yang tiba-tiba membuyarkan lamunannya.”Jangan banyak melamun nanti nasi gorengnya gosong loh.”Launa langsung tersadar. Untung saja nasi gorengnya masih aman tanpa gosong. Launa kembali memasak.“Iya bibi. Sejak kecil saya sudah dibelajari untuk bangun pagi. Sebagai perempuan t
Jesisca sudah sampai di depan gerbang sekolahan. Gadis berambut pirang it diantar oleh Raymond mengguanakan motor sport hijau andalannya. Syukurlah kepala sekalian masih memberikan dia kesempatan kembali ke sekolah ini. Suasana masih tegang. Jesisca baru menyadari suatu hal tentang Raymond yang menghamili kekasihnya, dia teringat saat berangkat sekolah tadi.Jesisca datang kerumah Raymond untuk memintanya mengantar dirinya ke sekolah. Motornya sedang rusak masuk ke bengkel. Sebuah motor hijau terparkir di depan rumahnya itu tandanya Raymond sepupunya berada di rumah. Tapi dia mendengar sebuah paman Deden mengmel.“Apa? Dia sudah pergi? Lalu bagaimana dengan nasibmu dan dia Kelak? Kamu harus tanggung jawab Raymond. Dosa kamu melakukan perbuatan bejat seperti ini. Bagaimana dengan harga dirimu. Ya Tuhan.”Deden terdengar lelah berbicara dengan Raymond. Jesisca semakin penasaran apa yang mereka bahas sehingga paman Deden begitu marah. Jesisca menguping di balik jendela ruang tamu.“Tanggu
Launa membereskan peralatan sekolahnya. Jam menunjukkan istirahat. Banyak temannya yang melihat sinis kearahnya. Ada juga yang bersimpati kepadanya tetapi rasanya Launa tidak mempunyai teman sama sekali. Lebih baik dia ke kantin untuk mengganjal perutnya yang keroncongan karena dari pagi dia hanya makan sedikit akibat kesal dengan Dewangga. Launa melenggang menyelusuri kantin. Kenapa teman-temannya bengong melihatnya dan saat turun di tangga masih saja hantu murid perempuan yang ngesot. Lelah Launa melihat para hantu yang bermunculan tapi bagaimanapun ini baginya istimewa.Hantu ngesot itu memegang kakinya seketika. Launa otomatis langsung terhenti langkahnya. Biarkan saja hantu itu bisa melihat dirinya.“Apa?”Tanya Launa ketus dan melotot kearah hantu perempuan itu.”Aku tidak mau diganggu. Aku sudah lelah melihat para hantu. Miris sekali meninggalmu itu.”Launa menyindir hantu tersebut. Wajahnya sangat terluka. Banyak luka lebam dan darah mengucur deras di wajahnya. Launa langsung pe
Sebelun Dewangga ke sekolah, LaunaBel sekolah berbunyi tanda selesai pembelajaran hari ini. Launa memasukkan peralatan dan buku pelajaran kedalam tasnya. Pikirannya masih tertuju kepada Ardiaz. Ah, mantan hantu itu membuatnya bingung. Selama pembelajaran dia tidak fokus sama sekali.“Hai Nadine!”Jesisca duduk disampingnya secara tiba – tiba. Launa melirik sekilas dan membuang muka, dia malas berurusan dengan Jesisca cs. Launa ingin pindah saja dari sekolah ini. Batin dan fisiknya terlalu letih.“Ada apa lagi?”Launa masih memasukkan peralatannya.“Jangan cemberut seperti itu. Senyum dong!Hem … hari ini aku mau traktir kamu makan Sushi. Aku yakin kamu tidak pernah makan sushi bukan. Ehm.. aku hanya ingin iya minta maaf kepadamu tentang apa yang aku lakukan selama ini.”Jelas Jesisca. Launa langsung memandang tajam wajah Jesisca sejak kapan dia bisa berkata minta maaf. Ada yang tidak beres darinya.“Kalau aku sudah pernah apa kamu mau menraktirku. Sorry iya, Jesisca aku tidak level denga
Rasanya lega bisa pulang kerumah kembali setelah berkecambuk asmara dengan Ardian. Bagaimana bisa Launa harus menerima Ardian sebagai suami sedangkan dia sudah menikah. Lagipula Launa tidak mencintai Ardian meskipun Ardian mirip sekali dengan orang yang dicintainya yaitu Ardiaz. Launa turun dari ojeknya, dia memang tidak ingin diantar oleh Ardian. Jangan sampai dia tahu kalau Launa sudah menikah.“Terima kasih, pak.”Launa membayar ongkongsnya dan masuk ke pintu gerbang. Terlihat mobil Dewangga sudah ada di depan latar. Perasaan was-was menyelimutinya. Saat masuk bibi Nur langsung menggeret tangannya.“Nona Launa darimana saja? Kenapa baru pulang?”Tanya bibi Nur yang terlihat khawatir.“Ya ampun bibi, ini juga masih sore belum malam kenapa mencemaskanku.”Launa melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul lima sore.“Saya tidak apa-apa, Non. Cuma tadi tuan Dewangga sangat marah waktu pulang kerumah, dia bahkan bilang awas kamu Launa. Saya jadi khawatir,”Launa hanya bisa tersenyum
Launa menatap Dewangga penuh haru. Baru kali ini dia merasakan tatapan yang beda. Dewangga masih sibuk bicara dengan dokter untuk memastikan kondisinya. Telefon berdering. Ardian, dia melihat situasi dulu. Dewangga masih sibuk bicara dengan dokternya.“Hallo.”Kata Launa menjawab lirih.“Aku rindu sama kamu Launa.”Terdengar Ardian dari balik telefon. Launa langsung mematikan ponselnya. Dia kaget Ardian bisa berkata demikian. Ardian masih menelefon balik. Launa langsung mematikan ponselnya. Dan menyembunyikan di balik bantal. Dewangga selesai bicara dan menghampirinya.“Sayang kamu kenapa?”Tanya Dewangga yang melihat Launa sedikit ketakutan.”Raut wajah kamu lucu sekali. Apa yang kamu takutkan?dokter mengatakan kamu boleh pulang.”Launa memang tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.”Dewangga boleh pinjam pelukanmu?”Dewangga hanya bisa mengernyitkan keningnya. Permintaan istrinya ini lucu juga.”Sayang, jangankan pinjam pelukan ini hanya untuk selamanya.”Dewangga langsung memeluk erat L
Keadaan makin hening. Tidak ada suara lagi dari bibir Dewangga. Launa makin canggung selama bersama dengan Dewangga. Launa hanya bisa melihat bintang yang bertebaran di Angkasa. Baru kali ini dia sedikit berdetup kencang jantungnya dekat dengan Dewangga.“kenapa diam Launa? Kok aku merasa canggung dekat denganmu?”Dewangga memulai pembicaraan. Launa hanya tersenyum. Ponsel Launa bergetar. Launa sekilas melihat siapa yang menelefonnya. Ardian lagi dan lagi. Launa tidak mau mengangkat telefonnya. Dewangga melirik kearah ponsel Launa dan merebut paksa ponselnya.“Hallo orang gila! Stop! ganggu istri aku! Kalau berani ayo kita ketemu!”Dewangga marah besar kepada Ardian.“Ayo! Dimana kita bertemu? Aku tidak percaya kalau kamu adalah suami Launa. Mana mungkin anak SMA sudah menikah. Aku heran dengan kalian pacaran tapi menganggap sebuah pernikahan. Ayo kita bertemu”“Di bukit bintang. Aku tunggu!”Dewangga langsung menutup telefon Ardian. Launa kaget dan sedikit khawatir kenapa harus mereka b
Dewangga sudah siap untuk memberikan nafkah batinnya untuk Launa. Tapi Launa masih saja kaku. Tiba-tiba saja perutnya berbunyi ria. Launa tersenyum kecil. Dewangga langsung menghela nafas panjang. Dia sudah siap bertempur tapi perut Launa tidak bisa diajak kompromi. Dewangga duduk di tepi ranjang. Sambil memakai boxernya kembali. Launa menutup tubuhnya tanpa sehelai apapun dengan selimut.“Kamu lapar sayang?”Dewangga memakai bajunya kembali. Dan mengambil air putih dan meminumnya.“Maafkan aku Dewa. Aku sebenarnya dari tadi lapar sekali!Aku tahan. Eh, tidak tahunya bunyi perutku bergendang ria.”Launa menarik selimutnya dan menutupi wajahnya. Sebenarnya Dewangga sangat kesal karena Launa sudah menolaknya. Dia hanya bisa tersenyum“Nggak papa aku tahu sebenarnya masih berat dalam hatimu untuk melakukan hal tersebut. Kamu mau apa?”“Nasi goreng. Boleh tidak beli di pinggir jalan. Maafkan aku Dewa.”Launa benar – benar tidak enak dengan Dewangga.“Baiklah. Tunggu dulu.”Dewangga mengecup bi