Launa menatap Dewangga penuh haru. Baru kali ini dia merasakan tatapan yang beda. Dewangga masih sibuk bicara dengan dokter untuk memastikan kondisinya. Telefon berdering. Ardian, dia melihat situasi dulu. Dewangga masih sibuk bicara dengan dokternya.“Hallo.”Kata Launa menjawab lirih.“Aku rindu sama kamu Launa.”Terdengar Ardian dari balik telefon. Launa langsung mematikan ponselnya. Dia kaget Ardian bisa berkata demikian. Ardian masih menelefon balik. Launa langsung mematikan ponselnya. Dan menyembunyikan di balik bantal. Dewangga selesai bicara dan menghampirinya.“Sayang kamu kenapa?”Tanya Dewangga yang melihat Launa sedikit ketakutan.”Raut wajah kamu lucu sekali. Apa yang kamu takutkan?dokter mengatakan kamu boleh pulang.”Launa memang tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.”Dewangga boleh pinjam pelukanmu?”Dewangga hanya bisa mengernyitkan keningnya. Permintaan istrinya ini lucu juga.”Sayang, jangankan pinjam pelukan ini hanya untuk selamanya.”Dewangga langsung memeluk erat L
Keadaan makin hening. Tidak ada suara lagi dari bibir Dewangga. Launa makin canggung selama bersama dengan Dewangga. Launa hanya bisa melihat bintang yang bertebaran di Angkasa. Baru kali ini dia sedikit berdetup kencang jantungnya dekat dengan Dewangga.“kenapa diam Launa? Kok aku merasa canggung dekat denganmu?”Dewangga memulai pembicaraan. Launa hanya tersenyum. Ponsel Launa bergetar. Launa sekilas melihat siapa yang menelefonnya. Ardian lagi dan lagi. Launa tidak mau mengangkat telefonnya. Dewangga melirik kearah ponsel Launa dan merebut paksa ponselnya.“Hallo orang gila! Stop! ganggu istri aku! Kalau berani ayo kita ketemu!”Dewangga marah besar kepada Ardian.“Ayo! Dimana kita bertemu? Aku tidak percaya kalau kamu adalah suami Launa. Mana mungkin anak SMA sudah menikah. Aku heran dengan kalian pacaran tapi menganggap sebuah pernikahan. Ayo kita bertemu”“Di bukit bintang. Aku tunggu!”Dewangga langsung menutup telefon Ardian. Launa kaget dan sedikit khawatir kenapa harus mereka b
Dewangga sudah siap untuk memberikan nafkah batinnya untuk Launa. Tapi Launa masih saja kaku. Tiba-tiba saja perutnya berbunyi ria. Launa tersenyum kecil. Dewangga langsung menghela nafas panjang. Dia sudah siap bertempur tapi perut Launa tidak bisa diajak kompromi. Dewangga duduk di tepi ranjang. Sambil memakai boxernya kembali. Launa menutup tubuhnya tanpa sehelai apapun dengan selimut.“Kamu lapar sayang?”Dewangga memakai bajunya kembali. Dan mengambil air putih dan meminumnya.“Maafkan aku Dewa. Aku sebenarnya dari tadi lapar sekali!Aku tahan. Eh, tidak tahunya bunyi perutku bergendang ria.”Launa menarik selimutnya dan menutupi wajahnya. Sebenarnya Dewangga sangat kesal karena Launa sudah menolaknya. Dia hanya bisa tersenyum“Nggak papa aku tahu sebenarnya masih berat dalam hatimu untuk melakukan hal tersebut. Kamu mau apa?”“Nasi goreng. Boleh tidak beli di pinggir jalan. Maafkan aku Dewa.”Launa benar – benar tidak enak dengan Dewangga.“Baiklah. Tunggu dulu.”Dewangga mengecup bi
Mata mereka saling pandang. Malam ini Launa benar-benar dibuai oleh Dewangga. Dewangga membelai wajah Launa lembut. Launa tidak menolaknya. Perlahan Dewangga membuka handuk yang dikenakan Launa. Tubuh mereka sudah kering karena terlalu lama hening. Sekarang tubuhnya tanpa sehelai apapun. Dewangga membaringkan tubuh Launa.“Sayang aku sekarang sudah siap.”Launa tersenyum.”Maafkan aku kamu menungguku terlalu lama. Aku memang belum bisa menjadi istri yang sempurna bagimu. Aku masih terlalu dini untuk urusan pernikahan. Maafkan aku.”Launa tersenyum kepada Dewangga. Dewangga membelai rambutnya dengan lembut dan mencium bibirnya. Tubuh kekarnya masih terbaring diatas tubuh Launa.“Maafkan aku juga. Launa aku tidak akan melakukan hubungan suami istri karena aku sadar kalau kamu masih butuh untuk melanjutkan sekolahmu. Aku hanya ingin mencumbu saja.”Dewangga mencium bibir Launa.”Sudah ah, nanti aku tidak bisa menahan hasratku kembali untuk mencumbumu lebih dalam.”Dewangga langsung membaringka
Launa selesai keramas dia langsung mengeringkan dengan hair dyernya. Dewangga masih sibuk dengan laptopnya karena dia lupa kalau harus mengirim file untuk laporan di perusahaannya. Launa masih fikir-fikir apa yang ganjal di fikirannya. Dia melihat Dewangga masih sibuk dengan laptopnya dan jam menunjukkan pukul sebelas malam.“Sayang, apakah ada yang lupa darimu?”Launa ingin memastikan. Tapi Dewangga terdiam. Mungkin dia tidak mendengarnya. Launa meletakkan hair dryernya dan menghampiri Dewangga dan mencium pipinya.”Sayang, kenapa kamu tidak jawab pertanyaanku.”Launa mencium lagi pipi Dewangga.“Maaf sayang aku tidak mendengarnya. Aku masih fokus dengan pekerjaanku. Aku lupa mengirim filenya kalau tidak segera dikirim nanti bakal ada masalah.”Dewangga masih mengetik alamat email di laptopnya. Dewangga sesekali mencium bibir Launa. Launa merasa Dewangga adalah lelaki yang romantis.“Baiklah aku tidak akan mengganggumu.”Launa hendak pergi keranjangnya tapi tangan Dewangga mencegahnya. La
Launa sedang menunggu Jessica di depan pos satpam. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Jessica meminta Launa untuk menemaninya mengambil flash disk berisi video dirinya yang setengah tidak berbaju tertinggal di kelas. Jessica ingin menghapus video tersebut sebagai bentuk perminta maafnya. Tempo hari dirinya hampir saja di keluarkan dari sekolah oleh pak Ardian gara-gara Jesisca menyebar video tersebut. Sudah satu jam dia menunggu Jesisca namun tak kunjung datang juga. Launa takut ini adalah ulah jahil dirinya.Samsudin yang berada di dalam pos satpam hanya menggelengkan kepalanya. Sudah malam mau saja main di sekolahan yang terkenal angker. Samsudin menyeruput kopinya dan menghampiri Launa yang masih sibuk melihat jam tangan.“Launa, pulang saja ini sudah malam.” Usir Samsudin secara halus. Kasihan juga dia hanya di permainkan oleh temannya. “Kamu nanti di cari suamimu. Katanya kamu sudah menikah. Pulang saja.” Launa menghela nafas panjang. Jangan-jangan Jesisca memang mengerj
Jesisca bingung kenapa Launa tidak bangun juga. Kepalanya banyak mengeluarkan darah. Hawa dingin merasuki tubuh. Suara langkah kaki sedang berlari muaki terdengar sepertinya itu Frans dan pak Samsudin. Sebelum terjadi apa-apa Jesisca mengambil flash disk dan mengambil foto Launa yang setengah telanjang di laci anak-anak. Memang dia sedang mengerjai Launa dengan menyebar foto dan malam ini dia kunci di kelas, namun atas kejadian ini Jesisca mengurungkan niatnya.“Launa, maafkan aku.” Jesisca kembali memangku tubuh Launa yang bersimpah darah. Penyesalan muncul dalam hatinya yang paling dalam. Jessica merasa malu dia sudah jahat kepada Launa.Brak!Pintu tiba-tiba terkunci. Angin kencang masuk lewat jendela kamar. Hawa dingin, suasana mencekam jadi satu. Jessica melihat ada sosok perempuan ada di depannya. Perempuan dengan memakai seragam sekolah dengan rambut panjang menutupi wajahnya. Jesiscs mengamati siapa perempuan tersebut.“Kau ingat aku, Jesisca?” Tanyanya dengan suara serak. Jes
Suasana masih berduka masih menyelimuti atas meninggalnya Launa. Semua hanya tertunduk lesu sedangkan Risa menangisi kepergian Launa. Dewangga suaminya juga ikut bersedih, iya semuanya merasa kehilangan Launa. Jessica tidak tahu apa yang akan di lakukannya selanjutnya. Frans yang melihat Jesisca hanya diam pun tak tahu apa lagi kelanjutannya. Jika mereka tahu ini bermula dari kebodohan mereka pasti keluarganya akan menuntut balik.“Frans, aku ke toilet dulu!” Jesisca mulai beranjak.“Kamu mau kabur?” Frans mencekal lengan Jesisca dan melotot ke arah Jesisca. Lelaki itu takut jika Jesisca akan kabur dari tanggung jawabnya apalagi ada saksi pak Samsudin yang tahu jika Launa meninggal karenanya. “Aku tidak akan kabur.” Jesisca melepaskan cekalan Frans dan melenggang pergi, dia ingin mencuci muka terlebih dahulu. Pak Samsudin yang melihat gerak-gerik Jesisca tidak habis fikir. Ingin rasanya dia bilang kepada keluarga Launa jika Jesisca adalah pelakunya.Di satu sisi Dewangga melihat kema