Jesisca bingung kenapa Launa tidak bangun juga. Kepalanya banyak mengeluarkan darah. Hawa dingin merasuki tubuh. Suara langkah kaki sedang berlari muaki terdengar sepertinya itu Frans dan pak Samsudin. Sebelum terjadi apa-apa Jesisca mengambil flash disk dan mengambil foto Launa yang setengah telanjang di laci anak-anak. Memang dia sedang mengerjai Launa dengan menyebar foto dan malam ini dia kunci di kelas, namun atas kejadian ini Jesisca mengurungkan niatnya.“Launa, maafkan aku.” Jesisca kembali memangku tubuh Launa yang bersimpah darah. Penyesalan muncul dalam hatinya yang paling dalam. Jessica merasa malu dia sudah jahat kepada Launa.Brak!Pintu tiba-tiba terkunci. Angin kencang masuk lewat jendela kamar. Hawa dingin, suasana mencekam jadi satu. Jessica melihat ada sosok perempuan ada di depannya. Perempuan dengan memakai seragam sekolah dengan rambut panjang menutupi wajahnya. Jesiscs mengamati siapa perempuan tersebut.“Kau ingat aku, Jesisca?” Tanyanya dengan suara serak. Jes
Suasana masih berduka masih menyelimuti atas meninggalnya Launa. Semua hanya tertunduk lesu sedangkan Risa menangisi kepergian Launa. Dewangga suaminya juga ikut bersedih, iya semuanya merasa kehilangan Launa. Jessica tidak tahu apa yang akan di lakukannya selanjutnya. Frans yang melihat Jesisca hanya diam pun tak tahu apa lagi kelanjutannya. Jika mereka tahu ini bermula dari kebodohan mereka pasti keluarganya akan menuntut balik.“Frans, aku ke toilet dulu!” Jesisca mulai beranjak.“Kamu mau kabur?” Frans mencekal lengan Jesisca dan melotot ke arah Jesisca. Lelaki itu takut jika Jesisca akan kabur dari tanggung jawabnya apalagi ada saksi pak Samsudin yang tahu jika Launa meninggal karenanya. “Aku tidak akan kabur.” Jesisca melepaskan cekalan Frans dan melenggang pergi, dia ingin mencuci muka terlebih dahulu. Pak Samsudin yang melihat gerak-gerik Jesisca tidak habis fikir. Ingin rasanya dia bilang kepada keluarga Launa jika Jesisca adalah pelakunya.Di satu sisi Dewangga melihat kema
Semua akan kembali kepada Sang Maha Cinta. Laura masih menatap baru nisan milik saudara kembarnya. Masih menjadi misteri jika kematian Launa karena percobaan pembunuhan yang di lakukan teman sekelasnya. Penyesalan Laura tak dapat di bendung mengingat dia balas dendam akibat pernikahannya dengan Dewangga. Air matanya tak bisa di bendung saat Laura menabur bunga di atas nisan Launa. “Kenapa secepat itu kamu pergi, Launa? Masih ada hal yang ingin aku ceritakan kepadamu kenapa harus sekarang apalagi sebentar lagi kamu lulus.” Laura berbicara sendiri di depan nisan Launa. Ingin rasanya waktu kembali berputar. Semenit saja dia ingin melihat saudara kembarnya. Perut Laura sudah menginjak sembilan bulan. Kurang hitungan hari dia akan melahirkan anaknya hasil hubungan terlarang dengan Raymond. Sudah hampir sembilan bulan tak ada kabar dari Raymond dan dia juga tidak pernah datang ke rumah orang tuanya. Laura yakin Raymond sudah melupakannya. Pak Deden juga tidak ada kabarnya. Mereka sama-s
Bertahun-tahun aku menunggumu kekasihku.... Raymond dan Brayman berlari mencari sosok Laura yang sudah lama dia tunggu. Namun, tidak ada. Laura telah pergi. Raymond mencari-cari sampai ke sudut gang dan taman dekat kost tetap nihil. Laura hilang lagi. Ini kesempatan baginya untuk bertemu dengan sang pujaan hati pasalnya saat berkunjung ke rumah orang tuanya selalu di usir. Raymond ingin sekali bertanggung jawab dengan kehamilan Laura. Sudah mondar-mandir tapi Laura sudah hilang saja. Raymond duduk di taman dan tertunduk lesu. Kesempatannya sia-sia bertemu dengan Laura. Brayman membodohi dirinya sendiri kenapa tidak mengajak Laura langsung bertemu dengan Raymond sekarang dia sudah kabur. “Ke rumahnya saja, Ray. Ajak dia bertemu. Mumpung dia masih di Indonesia jika di London kamu tidak akan bisa apa-apa.” Brayman menepuk bahu Raymond berkali-kali. Melihat Raymond dia sebenarnya kasihan sekali. Masa depannya hancur tapi lebih hancur si Laura. Nikmat semata membuyarkan semuanya. “Aku
Raymond tidak henti-hentinya menatap Laura yang sedang menyuapi dirinya. Hari ini dia harus makan bubur halus dulu karena lambungnya belum siap menerima makanan kasar. Beberapa hari ini dia memang tidak teratur makan karena memikirkan bagaimana bisa menemukan Laura dan menikahinya di tambah dia akan segera melahirkan hasil buah cintanya. “Laura.” Raymond memegang pergelangan Laura. Laura meletakkan makanannya di nakas. Kedua mata Raymond memandangnya dengan sendu. “Maafkan aku atas apa yang aku lakukan dulu. Gara-gara aku kamu jadi tidak melanjutkan sekolah dan hanya mengenyam pendidikan home schooling sedangkan aku masih bisa melanjutkan kuliahku. Lelaki macam apa aku.” Raymond tertunduk malu. Melihat apa yang Raymond katakan Laura merasa tersentuh. Awalnya dia mengira Raymond akan menikahi perempuan lain ternyata dia adalah adiknya sendiri. Laura memandang perutnya sekilas. Anak ini butuh orang tua bukan menjadikan sebagai status adiknya. Ibu mana yang tidak sedih melihat kenyataa
Suasana taman lumayan ramai dengan banyak orang lalu lalang di tengah, pinggir bahkan sudut taman sekalipun. Ada yang berteriak, senyum-senyum sendiri dalam khayalan di dalam pikiran seolah dunia milik dia sendiri. Perawat baju dinas putih tidak luput dari sasaran jika ada amukan dari salah satu pasien. Di mana lagi kalau bukan di rumah sakit jiwa. Jessica masih duduk termangu tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya. Yang dia ingin bisa bebas dari tempat yang membuatnya hampir frustrasi gara-gara hantu Aurel. Keluarganya menganggap dia gila bahkan di penjara dia juga di anggap gila. Jessica merasa hampir gila dengan hantu sialan tersebut apalagi jika malam hari Jessica selalu diteror hantu tersebut. Seandainya malam itu dia tidak bersama Launa pasti semua tidak akan terjadi seperti ini. Baginya ini adalah hal gila yang tidak bisa terlupakan. “Jesisca.” Panggilan dari dirinya membuyarkan lamunannya. Gadis itu menoleh ke arah samping takut jika hantu Aurel berubah menjadi sosok lain.
Kematian Jesisca banyak mengundang misteri bagi orang terutama polisi. Seorang Office Boy menemukan Jesisca meninggal gantung diri di toilet. Kematiannya membuat gempar rumah sakit jiwa. Raymond yang mendapat telefon dari rumah sakit langsung bergegas ke sana. Orang tua Jesisca sudah tidak menggagap dirinya kembali. Rasa malu sudah menyelimuti keluarga Jesisca. Polisi membawa kantong jenazah untuk di visum. Hati Raymod hancur saat kehilangan sepupunya. Ada tanda tanya dalam pikirannya, apa yang menyebabkan Jesisca bunuh diri? Apa karena dirinya di anggap gila. Cuit sekali nyali Jesisca. Tiga jam di kantor polisi dan di interogasi membuat Raymond lelah dan kepalanya sedikit pusing. Tadi di sana dia sempat bertemu dengan Ardian, Zizi dan Alenta. Mereka juga di interogasi. Sepertinya kematian Jesisca karena dia merasa tidak kuat menjalani hidup dan jalan ninjanya adalah mengakhiri hidupnya. Suasana Cafe dekat Malioboro cukup ramai. Ingin dia menyanyi dan meluapkan semuanya tapi mood-n
Risa membantu membereskan perlengkapan Laura. Hari ini dia bisa pulang tapi nyeri jahitan bekas persalinan masih terasa. Melahirkan baginya adalah hal yang sangat luar biasa. Sungguh pengalaman yang tidak bisa lupakan seumur hidup saat melahirkan Bintang di tambah Raymond yang setia menunggunya selama proses persalinan. Laura masih menunggu Raymond kembali tapi mungkin akan sia-sia karena lelaki yang di cintai sudah fokus kepada kuliahnya. “Mama dan Papa akan mengurus semua kepindahan kamu ke London sambil menunggu Raymond lulus dan membuktikan bahwa dia bisa menjadi orang sukses.” Risa menjelaskan sambil menutup koper miliknya. Dalam hati Risa setidaknya Raymond punya masa depan yang cerah. Masa depan Laura sudah hilang harapan. Anak satu-satunya yang bisa diharapkan sudah pupus. Laura sontak kaget dengan apa yang di katakan mamanya. Pindah ke London? Itu berarti dia harus berpisah lagi dengan Raymond. “Kenapa bisa begitu, Ma? Mama tidak bisa mengatur kehidupan ku lagi? Aku ingin