Duduk termenung sambil melihat orang lalu lalang di sepanjang koridor bandara. Sakit hati masih saja merasuki kalbu. Baru kali ini Raymond merasakan kehilangan sosok perempuan. Padahal dia sebelumnya menjadi palyboy kelas kakap. Raymond kehilangan Laura dan calon anaknya. Mau ke London tapi apalah daya tidak ada biaya.“Minumlah!”Seseorang perempuan menyodorkan segelas cup kopi susu.”Kopi ini menghangatkan tubuh juga menghangatkan fikiran yang sedang tegang.”Raymond mengambil cup berisi kopi susu dari tangan Launa, dia langsung duduk disamping Raymond sambil menyeruput kopi susunya begitupun dengan Raymond.“Thanks, Launa. Kenapa kamu tidak ikut saudara kembarmu ke London?”Tanya Raymond sambil menyeruput kopi susunya.“Aku tetap stay disini, Ray. Aku harus ikut dengan suamiku.”Raymond sontak saja tersentak dan batuk-batuk. Kaget mendengar perkataan Launa.“Hay, kamu tidak apa-apa khan?”Launa langsung khawatir melihat Raymond tersedak.”Minum air putih ini!”Launa memberikan botol air
Aroma nasi goreng tercium ke seluruh sudut dapur. Launa dengan lihai memasak nasi goreng seafood. Tumisan bumbu menyatu menjadi satu, dia ingin menjadi seorang istri meslipun nafkah batin tidak dia lakukan. Beruntung hari ini orang tua Dewangga tidak jadi kesini kalau tidak dia satu kamar dengan suaminya itu. Hari ini pertama kali dia sekolah. Launa sedikit malas jika bertemu dengan Jesisca cs. Ingin pindah kesekolah Laura tapi ada satu hal yang tidak bisa dia tinggalkan. Kenangan bersama Ardiaz dan Ardian kepala sekolah yang membuatnya penasaran yang berhubungan dengan Mr Ardiaz karena masih menjadi misteri. Di tambah arwah Mr Ardiaz yang masih bergentayangan.“Non, Launa jam segini sudah masak.”Tanya bibi Nur yang tiba-tiba membuyarkan lamunannya.”Jangan banyak melamun nanti nasi gorengnya gosong loh.”Launa langsung tersadar. Untung saja nasi gorengnya masih aman tanpa gosong. Launa kembali memasak.“Iya bibi. Sejak kecil saya sudah dibelajari untuk bangun pagi. Sebagai perempuan t
Jesisca sudah sampai di depan gerbang sekolahan. Gadis berambut pirang it diantar oleh Raymond mengguanakan motor sport hijau andalannya. Syukurlah kepala sekalian masih memberikan dia kesempatan kembali ke sekolah ini. Suasana masih tegang. Jesisca baru menyadari suatu hal tentang Raymond yang menghamili kekasihnya, dia teringat saat berangkat sekolah tadi.Jesisca datang kerumah Raymond untuk memintanya mengantar dirinya ke sekolah. Motornya sedang rusak masuk ke bengkel. Sebuah motor hijau terparkir di depan rumahnya itu tandanya Raymond sepupunya berada di rumah. Tapi dia mendengar sebuah paman Deden mengmel.“Apa? Dia sudah pergi? Lalu bagaimana dengan nasibmu dan dia Kelak? Kamu harus tanggung jawab Raymond. Dosa kamu melakukan perbuatan bejat seperti ini. Bagaimana dengan harga dirimu. Ya Tuhan.”Deden terdengar lelah berbicara dengan Raymond. Jesisca semakin penasaran apa yang mereka bahas sehingga paman Deden begitu marah. Jesisca menguping di balik jendela ruang tamu.“Tanggu
Launa membereskan peralatan sekolahnya. Jam menunjukkan istirahat. Banyak temannya yang melihat sinis kearahnya. Ada juga yang bersimpati kepadanya tetapi rasanya Launa tidak mempunyai teman sama sekali. Lebih baik dia ke kantin untuk mengganjal perutnya yang keroncongan karena dari pagi dia hanya makan sedikit akibat kesal dengan Dewangga. Launa melenggang menyelusuri kantin. Kenapa teman-temannya bengong melihatnya dan saat turun di tangga masih saja hantu murid perempuan yang ngesot. Lelah Launa melihat para hantu yang bermunculan tapi bagaimanapun ini baginya istimewa.Hantu ngesot itu memegang kakinya seketika. Launa otomatis langsung terhenti langkahnya. Biarkan saja hantu itu bisa melihat dirinya.“Apa?”Tanya Launa ketus dan melotot kearah hantu perempuan itu.”Aku tidak mau diganggu. Aku sudah lelah melihat para hantu. Miris sekali meninggalmu itu.”Launa menyindir hantu tersebut. Wajahnya sangat terluka. Banyak luka lebam dan darah mengucur deras di wajahnya. Launa langsung pe
Sebelun Dewangga ke sekolah, LaunaBel sekolah berbunyi tanda selesai pembelajaran hari ini. Launa memasukkan peralatan dan buku pelajaran kedalam tasnya. Pikirannya masih tertuju kepada Ardiaz. Ah, mantan hantu itu membuatnya bingung. Selama pembelajaran dia tidak fokus sama sekali.“Hai Nadine!”Jesisca duduk disampingnya secara tiba – tiba. Launa melirik sekilas dan membuang muka, dia malas berurusan dengan Jesisca cs. Launa ingin pindah saja dari sekolah ini. Batin dan fisiknya terlalu letih.“Ada apa lagi?”Launa masih memasukkan peralatannya.“Jangan cemberut seperti itu. Senyum dong!Hem … hari ini aku mau traktir kamu makan Sushi. Aku yakin kamu tidak pernah makan sushi bukan. Ehm.. aku hanya ingin iya minta maaf kepadamu tentang apa yang aku lakukan selama ini.”Jelas Jesisca. Launa langsung memandang tajam wajah Jesisca sejak kapan dia bisa berkata minta maaf. Ada yang tidak beres darinya.“Kalau aku sudah pernah apa kamu mau menraktirku. Sorry iya, Jesisca aku tidak level denga
Rasanya lega bisa pulang kerumah kembali setelah berkecambuk asmara dengan Ardian. Bagaimana bisa Launa harus menerima Ardian sebagai suami sedangkan dia sudah menikah. Lagipula Launa tidak mencintai Ardian meskipun Ardian mirip sekali dengan orang yang dicintainya yaitu Ardiaz. Launa turun dari ojeknya, dia memang tidak ingin diantar oleh Ardian. Jangan sampai dia tahu kalau Launa sudah menikah.“Terima kasih, pak.”Launa membayar ongkongsnya dan masuk ke pintu gerbang. Terlihat mobil Dewangga sudah ada di depan latar. Perasaan was-was menyelimutinya. Saat masuk bibi Nur langsung menggeret tangannya.“Nona Launa darimana saja? Kenapa baru pulang?”Tanya bibi Nur yang terlihat khawatir.“Ya ampun bibi, ini juga masih sore belum malam kenapa mencemaskanku.”Launa melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul lima sore.“Saya tidak apa-apa, Non. Cuma tadi tuan Dewangga sangat marah waktu pulang kerumah, dia bahkan bilang awas kamu Launa. Saya jadi khawatir,”Launa hanya bisa tersenyum
Launa menatap Dewangga penuh haru. Baru kali ini dia merasakan tatapan yang beda. Dewangga masih sibuk bicara dengan dokter untuk memastikan kondisinya. Telefon berdering. Ardian, dia melihat situasi dulu. Dewangga masih sibuk bicara dengan dokternya.“Hallo.”Kata Launa menjawab lirih.“Aku rindu sama kamu Launa.”Terdengar Ardian dari balik telefon. Launa langsung mematikan ponselnya. Dia kaget Ardian bisa berkata demikian. Ardian masih menelefon balik. Launa langsung mematikan ponselnya. Dan menyembunyikan di balik bantal. Dewangga selesai bicara dan menghampirinya.“Sayang kamu kenapa?”Tanya Dewangga yang melihat Launa sedikit ketakutan.”Raut wajah kamu lucu sekali. Apa yang kamu takutkan?dokter mengatakan kamu boleh pulang.”Launa memang tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.”Dewangga boleh pinjam pelukanmu?”Dewangga hanya bisa mengernyitkan keningnya. Permintaan istrinya ini lucu juga.”Sayang, jangankan pinjam pelukan ini hanya untuk selamanya.”Dewangga langsung memeluk erat L
Keadaan makin hening. Tidak ada suara lagi dari bibir Dewangga. Launa makin canggung selama bersama dengan Dewangga. Launa hanya bisa melihat bintang yang bertebaran di Angkasa. Baru kali ini dia sedikit berdetup kencang jantungnya dekat dengan Dewangga.“kenapa diam Launa? Kok aku merasa canggung dekat denganmu?”Dewangga memulai pembicaraan. Launa hanya tersenyum. Ponsel Launa bergetar. Launa sekilas melihat siapa yang menelefonnya. Ardian lagi dan lagi. Launa tidak mau mengangkat telefonnya. Dewangga melirik kearah ponsel Launa dan merebut paksa ponselnya.“Hallo orang gila! Stop! ganggu istri aku! Kalau berani ayo kita ketemu!”Dewangga marah besar kepada Ardian.“Ayo! Dimana kita bertemu? Aku tidak percaya kalau kamu adalah suami Launa. Mana mungkin anak SMA sudah menikah. Aku heran dengan kalian pacaran tapi menganggap sebuah pernikahan. Ayo kita bertemu”“Di bukit bintang. Aku tunggu!”Dewangga langsung menutup telefon Ardian. Launa kaget dan sedikit khawatir kenapa harus mereka b
Suara tepukan tangan menggema di seluruh ruangan besar bergaya arsitektur Belanda. Raymond hari ini bekerja sangat bagus dan mendoakan tender yang besar. Farhan mulai bisa menerima Raymond seutuhnya. Banyak yang memberi selamat kepada Raymond. Pemuda itu sudah membuktikan jika dia bisa. “Selamat Raymond. Aku suka dengan pekerjaanmu.” Farhan senang dan menepuk beberapa kali pundak Raymond. “Terima kasih ayah. Ini juga berkat dukungan dari ayah juga.” Raymond membalas dengan antusias dan puas. Baginya mendapat restu dari ayah Laura sangatlah susah karena adanya perbedaan dan status menjadi penghalang saat Raymond dan Laura bersama. Namun, semuanya sudah usai. Kini kebahagiaan itu sudah ada di depan mata. “Yang jelas kamu harus membuktikan kepada ayah jika kamu bisa. Oke Raymond. Hari ini kamu bisa pulang cepat. Laura ulang tahun, dia menunggu surprise darimu.” Jelas Farhan dan meninggalkan ruang meeting. Perlahan semua orang keluar tinggal dirinya saja yang masih di ruangan. Raymon
Udara pagi kota Jogja sangat sejuk. Hari ini terlihat di jam tangan Laura masih pukul enam pagi. Sejak hujan tadi malam yang mengguyur deras membuat banyak sisa tetesan air hujan menempel di dedaunan. Embun pagi yang menyejukkan kalbu. Bintang tidak tidur di stoller mungkin dia masih menikmati udara di pagi hari. Laura mendorong stoller menuju taman dekat perumahan. Hari ini minggu jadi banyak yang menghabiskan di taman. Laura duduk di dekat air mancur dan melihat Bintang yang ada di depannya. Wajahnya mirip sekali dengan Raymond. “Bintang, kenapa papa kamu tidak menghubungi mama sama sekali? Apakah papa lupa sama kita?” Laura mengambil ponsel dari saku sweater-nya dan mencoba melihat layar ponsel. Raymond sama sekali tidak membalas dan menghubunginya sama sekali. Laura mendengus kesal. Tak sengaja kedua bola matanya menatap seseorang yang sedang berjalan dan mendekati air mancur. Lelaki itu pakai handset seolah sedang menikmati musik. Laura bangkit dan bergegas menghampiri sosok t
Risa membuka pintu dan mendapati Laura ada di depan pintu sambil menggendong Bintang di tambah Laura masih memakai gaun pengantin. Sejenak di menoleh ke kanan dan kiri tidak ada sosok Raymond menemaninya bahkan mobilnya pun tidak ada. Risa bingung apa yang sebenarnya terjadi kepada Laura. Laura memeluk mamanya dan menangis dengan tersedu-sedu. Apakah Raymond telah menyakiti hati Laura padahal ini adalah hari bahagia mereka yang di tunggu-tunggu. “Laura kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu sedang ada bersama dengan Raymond dan hari ini adalah hari bahagiamu?”Bukanya menjawab pernyataan mamanya, Laura justru menangis sejadi-jadinya membuat Bintang yang tadi tidur pulas langsung bangun. “Ah... Mama!” Laura menjerit. Risa jadi bingung dengan apa yang terjadi, dia menggandeng Laura masuk ke dalam dan menyuruh Laura duduk. “Ada apa? Cerita sama mama. Kamu ini belum ganti baju pengantin malah ke rumah ini lagi? Memang kenapa, Laura? Jangan buat mama bingung.” “Mama...!” Lagi-lagi Lau
Setiap perempuan ingin memiliki pernikahan impian setelah semua cita-cita terselesaikan. Lain halnya dengan Laura dan Raymond karena nafsu semata tanpa memikirkan dampaknya mereka harus menikah setelah Laura melahirkan Bintang itu pun dengan pengorbanan yang besar. Kali ini hanya pesta yang sederhana tidak di gedung mewah dengan konsep Princess. Sebenarnya orang tua Laura ingin pernikahan yang mewah tapi Laura menolaknya karena dia merasa malu dengan keadaannya sekarang. “Saya Terima nikah dan kawinnya Laura Lestari Darmawan binti Farhan Darmawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!” Suara Lantang Raymond saat mengucapkan ijab kabul di depan penghulu. “Bagaimana, saksi? Sah?”“Sah!”“Sah!”Suara riuh dan tepukan menggema di area outdoor taman di sebuah hotel. Laura sekarang resmi menjadi istri Raymond. Tidak ada lagi yang bisa memisahkan mereka. Setelah menandatangani dokumen dan buku nikah mereka tak lupa mengabadikan lewat foto. Risa yang sedang menggendong Bintang tak luput
Hari ini Laura merasa bahagia sekali. Inilah kado yang diberikan Tuhan bahwa dia dan Raymond akan bersatu kembali. Bintang tidak lagi takut kehilangan ayahnya. Laura menggendong Bintang. Bayi yang dia lahirkan sangat tampan persis sekali dengan Raymond. Melihat Raymond tadi bahagia, Laura juga ikut bahagia. Risa masih sibuk dengan membaca majalah Femina seolah tidak menggubris Laura. Laura tahu jika ini adalah hal terberat sebagai orang tua harus menerima kenyataan jika anaknya hamil diuar nikah. “Ma, Laura berterima kasih karena Mama mau menerima Raymond menjadi menantu Mama. Laura...”“Tidak usah berterima kasih secara berlebihan.” Mama memotong pembicaraan sambil sibuk membaca majalah yang ada di tangannya. Sebenarnya dia hanya ingin melupakan kekecewaannya melalui bacaan. Hatinya sangat teriris melihat masa depan Laura, putri satu-satunya yang dia miliki saat ini. Seharusnya Laura yang menggantikan Launa. Namun, Risa mencoba menerima kenyataan yang ada. “Mama, melakukan ini demi
Risa membantu membereskan perlengkapan Laura. Hari ini dia bisa pulang tapi nyeri jahitan bekas persalinan masih terasa. Melahirkan baginya adalah hal yang sangat luar biasa. Sungguh pengalaman yang tidak bisa lupakan seumur hidup saat melahirkan Bintang di tambah Raymond yang setia menunggunya selama proses persalinan. Laura masih menunggu Raymond kembali tapi mungkin akan sia-sia karena lelaki yang di cintai sudah fokus kepada kuliahnya. “Mama dan Papa akan mengurus semua kepindahan kamu ke London sambil menunggu Raymond lulus dan membuktikan bahwa dia bisa menjadi orang sukses.” Risa menjelaskan sambil menutup koper miliknya. Dalam hati Risa setidaknya Raymond punya masa depan yang cerah. Masa depan Laura sudah hilang harapan. Anak satu-satunya yang bisa diharapkan sudah pupus. Laura sontak kaget dengan apa yang di katakan mamanya. Pindah ke London? Itu berarti dia harus berpisah lagi dengan Raymond. “Kenapa bisa begitu, Ma? Mama tidak bisa mengatur kehidupan ku lagi? Aku ingin
Kematian Jesisca banyak mengundang misteri bagi orang terutama polisi. Seorang Office Boy menemukan Jesisca meninggal gantung diri di toilet. Kematiannya membuat gempar rumah sakit jiwa. Raymond yang mendapat telefon dari rumah sakit langsung bergegas ke sana. Orang tua Jesisca sudah tidak menggagap dirinya kembali. Rasa malu sudah menyelimuti keluarga Jesisca. Polisi membawa kantong jenazah untuk di visum. Hati Raymod hancur saat kehilangan sepupunya. Ada tanda tanya dalam pikirannya, apa yang menyebabkan Jesisca bunuh diri? Apa karena dirinya di anggap gila. Cuit sekali nyali Jesisca. Tiga jam di kantor polisi dan di interogasi membuat Raymond lelah dan kepalanya sedikit pusing. Tadi di sana dia sempat bertemu dengan Ardian, Zizi dan Alenta. Mereka juga di interogasi. Sepertinya kematian Jesisca karena dia merasa tidak kuat menjalani hidup dan jalan ninjanya adalah mengakhiri hidupnya. Suasana Cafe dekat Malioboro cukup ramai. Ingin dia menyanyi dan meluapkan semuanya tapi mood-n
Suasana taman lumayan ramai dengan banyak orang lalu lalang di tengah, pinggir bahkan sudut taman sekalipun. Ada yang berteriak, senyum-senyum sendiri dalam khayalan di dalam pikiran seolah dunia milik dia sendiri. Perawat baju dinas putih tidak luput dari sasaran jika ada amukan dari salah satu pasien. Di mana lagi kalau bukan di rumah sakit jiwa. Jessica masih duduk termangu tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya. Yang dia ingin bisa bebas dari tempat yang membuatnya hampir frustrasi gara-gara hantu Aurel. Keluarganya menganggap dia gila bahkan di penjara dia juga di anggap gila. Jessica merasa hampir gila dengan hantu sialan tersebut apalagi jika malam hari Jessica selalu diteror hantu tersebut. Seandainya malam itu dia tidak bersama Launa pasti semua tidak akan terjadi seperti ini. Baginya ini adalah hal gila yang tidak bisa terlupakan. “Jesisca.” Panggilan dari dirinya membuyarkan lamunannya. Gadis itu menoleh ke arah samping takut jika hantu Aurel berubah menjadi sosok lain.
Raymond tidak henti-hentinya menatap Laura yang sedang menyuapi dirinya. Hari ini dia harus makan bubur halus dulu karena lambungnya belum siap menerima makanan kasar. Beberapa hari ini dia memang tidak teratur makan karena memikirkan bagaimana bisa menemukan Laura dan menikahinya di tambah dia akan segera melahirkan hasil buah cintanya. “Laura.” Raymond memegang pergelangan Laura. Laura meletakkan makanannya di nakas. Kedua mata Raymond memandangnya dengan sendu. “Maafkan aku atas apa yang aku lakukan dulu. Gara-gara aku kamu jadi tidak melanjutkan sekolah dan hanya mengenyam pendidikan home schooling sedangkan aku masih bisa melanjutkan kuliahku. Lelaki macam apa aku.” Raymond tertunduk malu. Melihat apa yang Raymond katakan Laura merasa tersentuh. Awalnya dia mengira Raymond akan menikahi perempuan lain ternyata dia adalah adiknya sendiri. Laura memandang perutnya sekilas. Anak ini butuh orang tua bukan menjadikan sebagai status adiknya. Ibu mana yang tidak sedih melihat kenyataa