Share

Servilliance : Kembalinya Titisan Kejahatan
Servilliance : Kembalinya Titisan Kejahatan
Author: Vincent Marteen

Prolog

Bau amis memenuhi udara, banyak tubuh-tubuh yang bergelimpangan bersimbah darah. Langit pun menjadi merah seakan-akan merefleksikan kolam darah yang ada di tanah.

Taman yang tadinya indah dipenuhi oleh berbagai bunga beraneka warna, suara cicitan burung bagai alunan lagu, serta paviliun marmer yang berdiri tegak sekarang runtuh berantakan. Empat sungai yang dipenuhi makhluk air kini tandus mengering. Keadaannya benar-benar memprihatinkan.

Taman Eden, taman yang indah yang disebut-sebut sebagai bagian dari surga. Tempat dimana Adam dan Hawa diturunkan ke dunia karena memakan buah terlarang. Taman yang indah ini kini dihancurkan oleh seseorang yang mereka kira kawan mereka sendiri, seorang malaikat. Malaikat itu adalah Kokhabiel, malaikat dengan julukan ''Angel of stars''. Kokhabiel dengan 200 pasukannya kini tengah berdiri dengan puas, melihat keadaan para malaikat penjaga Eden bergelimpangan tidak berdaya.

''Jika Michael datang kemari maka habislah riwayatmu.'' Salah seorang malaikat yang terluka mengangkat kepalanya perlahan, mencoba untuk menatap si pengkhianat itu. Kokhabiel berlutut di depan malaikat itu dan mencengkram rahangnya. ''Lalu kenapa? Toh aku dan pasukanku sudah muak untuk mengikuti perintah-Nya.''

''Kenapa kau melakukan hal seperti ini, Kokhabiel?'' ucap Zophiel yang ada di sebelahnya. Malaikat itu bahkan tak sampai hati melihat kawan yang menjadi pengkhianat itu. Malaikat penjaga Eden tidak siap dengan serangan tiba-tiba pasukan yang dipimpin Kokhabiel itu, entah mengapa mereka bisa lengah, apakah ini takdir yang tak bisa diubah? Air matanya tak bisa dibendung lagi, hatinya sakit karena dikhianati.

''Tangisi lah kekalahanmu itu, kesedihanmu sedikit menghiburku, Zophiel.'' Kokhabiel terkekeh saat melihat sosok malaikat yang melambangkan ''keindahan'' seperti Zophiel kini hanya mampu terbaring tidak berdaya akibat terluka.

''Hentikan, Kokhabiel.'' Sebuah suara baritone yang tegas tiba-tiba menyahut, sosok yang ditunggu-tunggu oleh para malaikat penjaga Eden telah datang. Michael, Archangel nomor satu yang bertugas sebagai pengeksekusi para malaikat yang membelot. Melihat sesosok malaikat yang gagah dan mengenakan zirah itu, seketika Kokhabiel menjauhi Zophiel.

''Akhirnya kau tiba juga ya.'' Kokhabiel tersenyum sambil menepuk kedua tangannya. ''Aku lihat kau datang dengan enam anak buahmu, seperti biasanya ya.''

''Anak buah!? Seenaknya kau bicara, kami ini rekan!'' Sayap emas keunguan milik Uriel berkobar dengan api, ''Dengan ulahmu yang keterlaluan seperti ini, kau masih bisa tersenyum!?"

"Hanya karena kau mengikuti nafsumu, kau membelot seperti ini. Kalian adalah malaikat yang ditugaskan mengawasi manusia, kenapa kalian malah ...,'' Uriel tertegun dengan ulah para pembelot itu. ''Kalian tidak sepatutnya mempunyai hubungan dengan manusia!''

''Kalian tidak akan pernah mengerti perasaan kami.'' Semiazaz yang tadi diam mengawasi kini ikut maju. ''Dengan begini sudah jelas kan apa yang kita lakukan selanjutnya?''

Michael hanya diam sambil menarik pedang miliknya, para Archangels yang lain mulai berancang-ancang pada perintah Michael selanjutnya. Pedang Michael dihunuskan, ''Serang!'' Suara lantang itu membuat para Archangels lain menyerang ke sekumpulan malaikat itu serta 365.000 tentara roh yang mereka kumpulkan. Ketika Archangels melawan para pembelot, malaikat penyembuh sibuk membawa malaikat yang terluka untuk menjauhi medan perang. Lagi-lagi suara dentingan pedang yang memekakkan telinga terdengar.

Setelah beberapa saat, pasukan Archangels menang dan berhasil merebut 365.000 jiwa itu dari genggaman Semiazaz. Pedang Michael tepat berada di samping leher Semiazaz, sementara Kokhabiel sudah ditangani oleh Uriel.

''Hei Michael,'' Semiazaz kini berlutut di hadapan Michael, ''Tidakkah engkau lelah mengeksekusi kawanmu sendiri?''

''Apa kau mencoba untuk membujukku untuk ikut membelot denganmu?'' Manik mata biru safir itu menatap tajam, seolah-olah akan memancung Semiazaz hanya dengan tatapannya.

'' ... Tch, haha. Dasar apatis, kau tidak punya belas kasihan ternyata. Baiklah, pasukanku kalah, silahkan buang aku seperti yang kau lakukan pada Luciel.'' Sebuah seringai terlukis di wajah Semiazaz, ''Ah maksudku tentu saja Lucifer.'' Mendengar itu, amarah Michael sedikit terpercik di dalam hatinya. Mengerti karena ini hanya taktik Semiazaz. Ia pun mencoba bersabar dengan berpikiran jernih, ''Baiklah jika itu maumu, kau dan kawan-kawanmu akan kubuang dari surga.''

''Ingatlah, Michael ... suatu hari nanti aku akan datang lagi di hadapanmu dalam bentuk lain. Dan kali ini, aku dan pasukanku pasti akan menghancurkanmu.'' Itu adalah kalimat terakhir Semiazaz sebelum ia dieksekusi oleh pedang surgawi milik Michael.

''Michael, ayo kita kembali. Kita obati mereka yang terluka.'' Uriel menepuk pundak Michael yang tadinya sedikit bergetar, mengetahui betapa pedihnya mengeksekusi orang yang tadinya kawan, kini menjadi sesosok lawan yang harus dihunus oleh pedangnya.

''Baiklah.'' Tanpa banyak berkata apa-apa, ia berbalik dan berjalan mendahului Uriel yang menatap punggungnya sendu. Langit yang tadi semerah darah, kini perlahan mulai memancarkan sinarnya lagi.

Namun sejak itu, Taman Eden tidak bisa menjadi bagian dari Surga lagi. Taman itu jatuh ke dalam dunia. Namun tidak seorang pun dari mereka menyadari sebongkah batu sehitam arang yang berisikan energi negatif seperti kebencian, kemarahan, kesedihan, dan nafsu tergeletak di tanah dan terkubur seiring berjalannya waktu.

Eden, taman penuh dengan keindahan seketika hancur oleh pengkhianatan. Begitulah akhir dari Eden. Semua keindahan itu sirna, dan lambat laun taman itu pun tertutup oleh perkembangan jaman manusia. Tidak ada seorang pun yang tahu di mana taman itu berada.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status