Sesampainya mereka di rumah nenek Ira, mereka pun masuk.
“Nenek …!” panggil Ira.
“Nenek di dalam, masuklah,” jawab Nenek.
Ira pun masuk.
“Nek, nenek sedang apa?” tanya Ira.
“Sedang masak bubur, apa kamu mau?” tanya Nenek.
“Aku mau nek,” jawab Ira.
“Kamu sama siapa Ra?” tanya Nenek.
“Aku sama Tidan Nek,” jawab Ira.
Tidan pun masuk dan menyapa nenek.
“Kalu begitu kalian makan dulu bersama di sini,” kata Nenek.
“Baik nek,” jawab Ira.
“Maaf ya Nek malah repot-repot,” kata Tidan.
“Tidak repot nenek senang jika kalian ke sini,” jawab Nenek.
Ira dan Tidan pun makan bubur bersama dengan Nenek. Setelah selesai makan Ira dan Tidan pun pergi ke halaman belakang rumah Nenek. Tapi Ira tiba-tiba teriak memanggi nenek.
“Nenek …!” kata Ira.
Setelah kembali dari kamar mandi Tidan pun akhirnya naik ke atas pohon lagi, tetapi saat sudah di atas podon dan sudah nyaman membaca di sana, tiba-tiba perut Tidan merasa sakit lagi, dan akhirnya dia turun kembali lagi ke kamar mandi. Sudah berkali-kali Tidan keluar masuk kamar mandi, Ira pun berpikir untuk membantu mengobatinya. Setelah Tidan kembali lagi Ira menyuruhnya naik ke atas pohon lagi.“Tidan, kamu naiklah kesini,” kata Ira.“Tidak, nanti kalau aku naik dan tiba-tiba sakit perut bagaimana? Capek tahu naik turun keluar masuk, aku tidak mau naik lagi,” jawab Tidan.“Tapi aku ingin kamu naik, nanti aku akan kasih tips agar diare kamu reda,” kata Ira.“Sungguh?” tanya Tidan.“Ya, makanya lain kali jika tidak bisa makan pedas tidak usah makan pedas, kamu sih gaya-gayaan makan sambal, jangan sesekali bandingin aku dan kamu saat makan pedas,” kata Ira mengoceh.“Ya, ya, y
“Iya, Tidan tadi memang bilang begitu, tetapi kita tidak di kamar, kita di halaman belakang,” jawab Ira.“Tapi kan tetap saja kamu dan dia tidak boleh seperti itu,” kata Furkam.“Sudah cukup jika aku di pikiran kamu memang sudah begitu jelek, bagimu aku adalah wanita murahan bukan? Jika begitu terserah kamu saja mau mikirnya bagaimana,” kata Ira kesal.“Bukan begitu maksudku Ira, jangan marah dulu,” kata Furkam.Ira pun menutup teleponnya dengan wajah yang sangat kesal.“Kamu apaan sih Tidan?” tanya Ira.“Ira kenapa bicaramu begitu, dia kan hanya cemburu saja mendengar kita berduaan begini, mungkin dia iri,” kata Tidan.“Tidak seharusnya dia percaya hanya dengan mendengar dia juga harus melihat kenyataannya,” jawab Ira.“Ya sudah lah jangan di bahas lagi saja, nanti ndak kamu kesal dan bad mood,” kata Tidan.“Kalau begit
Pagi pun tiba Ira pun bangun sangat pagi dengan hati yang senang, masalah hati yang sedang di alami Ira pun sementara hilang karena sudah tertutup dengan senangnya ingin bertemu dengan Navi. Ira pun bergegas menyapu halaman dan membantu Mamanya untuk berberes rumah, setelah selesai Ira pun mandi dan bersiap untuk bertemu dengan Navi karena jam pun sudah menunjukan pukul delapan pagi.“Sudah jam delapan rupanya,” gumam Ira.Ira berencana berangkat jam sembilan sampai di tempat biasanya kita bertemu di rumah warung batagor. Setelah selesai berdandan Ira pun berangkat ke warung batagor dengan bersepeda. Sesampainya di sana mb batagor sudah tersenyum melihat Ira.“Kenapa mbak?” tanya Ira yang heran dengan senyum di wajah mbak batagor.“Tidak kenapa-kenapa, dia di dalam,” jawab Mbak batagor berbisik.“Sudah datang?” tanya Ira.Mbak batagor pun mengangguk sambil tersenyum.Ira pun langsung mas
Ira pun terlihat sangat panik, karena takut jika Navi salah paham terhadapnya.“Ah ini hanya temanku saja, teman satu kelas yang tidak ada kerjaan,” jawab Ira.“Teman satu kelas? Laki-laki?” tanya Navi.Ira hanya mengangguk saja.“Coba kamu angkat,” kata Navi.“Tidak usah dia hanya ingin menganggu saja,” jawab Ira.“Angkatlah,” kata Navi mulai memberikan muka masamnya.Ira pun membuka HP nya, dering di HP nya pun berhenti.“Sudah tidak berdering Nav,” kata Ira.“Kalau begitu kirimi dia pesan,” jawab Navi.“Untuk apa? Aku tidak mau, aku saja tidak ingin ngobrol ataupun kirim pesan degannya kok, kamu malah menyuruhku untuk meladeni dia,” kata Ira yang benar-benar sedang tidak ingin berkomunikasi dengan Furkam.“Beri aku alasan mengapa sepertinya kamu marah dengannya, cara marah kamu dengan dia tu benar-benar
Di pagi hari Ira pun bangun lebih awal untuk latihan di kamar mandi agar Ira tidak lupa akan lirik yang akan Ira nyanyikan di atas panggung hari ini. Pakaian Ira pun memakai gaun yang angun agar bisa menarik perhatian orang. Tetapi gaun itu akan dipakai setelah sampai di sekolahan. Ira berangkat dengan kedua orang tuanya.“Kamu nanti tampil beneran Ra?” tanya Mama.“Iya Ma,” jawab Ira.“Tapi kenapa penampilan kamu biasa saja dan hanya pakai seragam?” tanya Mama.“Baju yang aku pakai nanti udah ada yang nyiapin di sana, Mama dan Papa tinggal tunggu saja penampilanku nanti,” kata Ira.“Baiklah kalau begitu Mama akan menunggu penampilanmu,” kata Mama.“Tapi Ma, dimana pun Mama dan Papa nanti duduk jangan katakana kalau aku tampil ya, karena ini untuk kejutan di kelasku, jika kalian bilang sama orang tuanya bisa-bisa gagal rencananya para guru,” kata Ira.&ldquo
Langkah demi langkah Ira pun masuk keatas panggung. Semua mata terbelalak melihat Ira yang naik keatas panggung dengan style yang sangat beda jauh dengan Ira yang mereka kenal.“I…i…itu Ira?” tanya Furkam.“Itu Ira, teman sekelas kita?” tanya Rani.“Sepertinya memang benar itu Ira,” jawab Mahli.Mereka pun terbelalak melihat Ira yang begitu cantik dan mempesona. Spontan kelas Ira menyoraki Ira dengan sangat lantang, begitu juga denga Furkam. Ira akan membawakan tiga lagu untuk sekali tampil.Saat Ira membawakan lagu pertama Ira selalu di damping oleh Rendy dan Rio, mereka tertawa dan tersenyum bersama Ira pun tidak merasa malu.“Wahhh jadi Ira bisa bernyanyi dengan suara seperti ini, aku baru menyadarinya, padahal dia kalau bicara suaranya seperti kaleng di tarik, tapi setelah bernyanyi suaranya sangat merdu sekali,” kata Mahli.“Aku sudah merekamnya Li, aku akan memb
Ira pun berpikir jika Rio mengantarnya ke barisan di depan panggung apa kah dia akan selamat? Tetapi jika dia sendirian pasti akan sangat tidak aman, banyak fan Rio yang selalu mencari masalah dengan wanita yang sedang dekat dengannya.“Udah Ira, jangan banyak berpikir lagi, ayo aku antar,” kata Rio.“Tapi Kak, aku tidak enak sama kekasih Kak Rio, bagaimana jika nanti kekasih Kakak berpikir yang aneh-aneh?” tanya Ira.“Tidak, aku tidak memiliki kekasih kok,” jawab Rio.“Kalau pun ada yang sudah tidak ada di sini, Kak Rio kan sudah SMA,” kata Nowa.“Ah iya, aku lupa tentang itu,” jawab Ira.“Ya sudah ayo aku antar kamu, mau sekarang atau nanti?” tanya Rio.“Sebentar Kak, aku mau mantepin hati dulu hehe,” jawab Ira.“Kalau begitu kamu ikut aku dulu saja yuk,” kata Rio.“Kemana Kak,” jawab Ira.Rio pun langsung
“Kakak sedang bercanda kan?” tanya Ira.“Sudah yuk kita habiskan saja makanan dan minuman ini,” sahut Nowa.Rio pun melihat Nowa yang tiba-tiba memotong rencana pengakuan Rio.“Apa kamu gila? Jika kamu mengatakannya sekarang ya tidak etis, kamu baru saja bertemu dan mengenal dia,” bisik Nowa menjelaskan.“Siapa yang bilang aku belum mengenalnya?” tanya Rio juga berbisik.“Hah…!” kata Nowa terkejut.“Kenapa sih?” tanya Ira.“Tidak apa-apa Ira, selesaikan makannya nanti aku antar kamu ke orangtua kamu,” kata Rio.Ira pun mengangguk dan menghabiskan makanannya.“Sebaiknya sekarang saja Kak, aku sudah selesai,” kata Ira.“Baiklah ayo,” Rio pun berdiri dan mengantarkan Ira.Saat perjalanan menuju aula Ira pun berniat untuk berbicara dengan Rio.“Kak,” kata Ira.“Iya I