Semua murid mengikuti guru itu masuk museum.
“Wahhh keren sekali patung-patung yang ada di sini!” kata Ira kagum.
“Benar Ira, bagus sekali mirip sama orang beneran,” jawab Rani.
Mereka pun berkeliling museum hingga sore hari.
“Karena hari sudah mulai sore, mari kita kembali ke hotel yang sudah kita pesan anak-anak,” kata guru.
Mereka pun naik ke dalam bus dan berangkat menuju hotel. Di dalam perjalan Ira merasa pusing dan mual, akhirnya Ira pun mabuk dan muntah, tetapi Ira tidak mengatakan pada siapapun.
“Ira kamu baik-baik saja?” tanya Rani.
“Tidak, aku mabuk berat Ran,” jawab Ira dengan wajah pucat.
“Tunggu dulu aku ambilkan plastic dulu Ra di belakang,” kata Rani dan langsung pergi ke belakang.
Tak di sangka Furkam pun mabuk di saat yang sama dengan Ira.
“Furkam kenapa Mahli?” tanya Rani.
“Mabuk,” jawab Mahli yang memijat leher Furkam.
“Wah benar-benar sehati dengan Ira,” kata Rani.
Satu tahun pun berlalu. Di dalam satu tahun ini hubungan Ira dengan Furkam baik-baik saja, tetapi tidak dengan hubungan Navi dan Ira mereka sering putus dan nyambung terus tetapi saat ini sudah baik-baik saja. “Hei Ira, sebentar lagi kan kita ujian kelulusan nih, kamu mau sekolah dimana?” tanya Furkam. “Tidak tahu masih dalam tahap masuk otak belum aku pikirkan,” jawab Ira. “Satu sekolahan saja yuk? Apa kamu mau?” tanya Furkam. “Tidak, Ira bersamaku saja,” sahut Mahli. “Memangnya kalian mau kemana?” tanya Ira. “Aku di dekat sini Ra, biar tidak jauh-jauh,” jawab Furkam. “Di sekolah sebelah ya?” kata Ira. “Iya, yang dekat dengan rumah,” jawab Furkam. “Kalau kamu Li?” tanya Ira. “Rencananya aku mau ke daerah utara Ra, lumayan jauh sih tapi katanya bagus sekolahannya,” jawab Mahli. “Sama aku aja ya Ra,” lanjut Mahli. “Tidak, Ira sama aku saja,” ujar Furkam. “Stopp,, untuk apa
Selang setengah jam Navi pun datang dengan membawa sebuah gitar.“Ira…..,” panggil Navi dari depan rumah.Ira pun keluar menemui Navi.“Ada apa Nav?” tanya Ira.“Mau main saja, aku kangen sama kamu udah lama kita tidak bertemu loh Ra,” jawab Navi.“Apa kamu lupa aku sedang kesal denganmu?” kata Ira.“Maka dari itu aku datang kesini untuk menghiburmu,” jawab Navi.“Duduk dulu saja, masuklah!” Ajak Ira masuk.Navi pun masuk, dan Ira membuatkan minum Navi.“Kamu minumlah dulu,” kata Ira.Navi meminum air dari Ira.(Hello: Di antara beribu bintang)“Maafkan aku yang selalu menyakitimu, mengecewakanmu, dan meragukanmu, tersadar aku memang kamu yang terbaik, terima aku, mencintaiku apa adanya, diantara beribu bintang hanya kaulah yang paling terang, diantara beribu cinta pilihanku hanya kau sayang, tak kan ada
Mereka pun duduk dan diam-diaman selama pelajar, tidak ada kata dan keusilan seperti biasanya, Mahli yang melihat kesunyian ini pun tidak tahan.“Kalian berdua ayo ikut aku ke perpustakaan, aku ingin mencari buku disana, kalian hanya boleh membantuku mencari puku, tidak ada yang boleh membaca satu buku pun,” kata Mahli setelah mendengar Bel istirahat.“Apa kamu sedang menghukum kami? Di perpustakaan kalau tidak membaca mau apa?” kata Ira yang menolak.“Memang kamu butuh buku apa?” tanya Furkam.“Ya pokoknya kalian ikut aku saja dulu sampai disana aku kasih tau mau cari buku apa,” kata Mahli menarik tangan Ira dan Furkam.Mereka pun ke perpustakaan dengan dipaksa oleh Mahli.“Baiklah carikan aku buku puisi, apapun itu carikanlah,” kata Mahli melepaskan gandengan tangannya.Mereka pun mulai mencari apa yang disuruh oleh Mahli.“Kau sebelah sana, aku akan cari disin
“Ira kamu akan langsung pulang?” tanya Furkam.“Iya, kenapa?” tanya Ira.“Bagaimana kalau kita main-main dulu di sekolahan, yak an Mahli,” jawab Furkam menyenggol Mahli.“Ha…..ah ide bagus Furkam, kita kan jadi bisa bebas mau ngapain aja, di perpustakaan juga bisa, di lapangan basket juga bisa, gimana Ra menurutmu?” tanya Mahli yang mendukung Furkam ingin lebih lama dengan Ira.“Bagus juga idenya, tapi aku harus bilang ke Tidan dulu, biar dia tidak menunggu ku,” jawab Ira yang setuju.“Kalau begitu biar aku saja yang bilang sama Tidan, sekalian ajak dia bermain juga,” jawab Furkam senang.“Ayo Ira kita temui Tidan,” lanjut Furkam menarik tangan Ira untuk menemui Tidan.Mahli pun tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Furkam yang sangat senang.“Furkam kamu bersemangat sekali,” gumam Mahli lirih.“Ke
“Lihatlah mereka Rani, senang sekali melihat mereka seperti sekarang ini,” kata Mahli yang melihat Furkam mengajari Ira bermain basket.“Benar Li, aku harap mereka segera bersama,” jawab Rani.“Tidak Ran, mereka tidak bisa bersama, hati Ira masih terikat dengan Navi,” kata Mahli.“Tapi aku lihat Ira mulai menyukai Furkam,” kata Rani.“Iya memang benar, tetapi kemungkinan besar dia akan tetap memilih bersama Navi,” jawab Mahli.“Kenapa bisa bicara seperti itu Li?” tanya Rani yang penasaran.“Aku suda memikirkan ini berkali-kali, Furkam akan kalah dengan sesorang yang sudah lama berada di hati Ira dari pada yang baru saja muncul untuk menjadi penggoyah dalam hubungan Navi dan Ira,” kata Mahli.“Jadi maksud kamu Furkam di takdirkan untuk menjadi rintangan dalam hubungan Ira dan Navi?” tanya Rani menegaskan.“Ya, aku telah menyadar
“Kamu mau aku gambarkan sesuatu tidak Ra?” tanya Furkam untuk mengawali pembicaraan mereka agar tidak canggung.“Gambar apa? Apa kamu bisa menggambar?” tanya Ira.“Apa kamu sudah lupa kalau aku memang pintar menggambar?” jawab Furkam sombong.“Benar dulu kamu pernah mengerjakan tuga gambarku ya, tapi tidak jadi Huge lah yang memberikan gambarnya padaku,” jawab Ira.“Iya, iya aku ingat tidak usah kamu perjelas lagi,” jawab Furkam sedikit kesal.“Okelah kalau gitu sekarang giliran kamu yang menggambarkan untuk ku,” kata Ira.“Kamu mau gambar apa?” tanya Furkam.“Sebuah gambar anime apa kamu bisa?” tanya Ira.“Gampang,” jawab Furkam dan memulai menggambar.Ira yang menunggu Furkam menggambar mulai merasa bosan, waktu pun sudah menjelang sore.“Aku sudah selesai menggambar Ra, coba deh kamu lihat ini,&rdqu
Hari pun sudah malam Ira duduk di dalam kamar menunggu telpon dari Navi, tetapi Navi belum juga meneleponnya.“Apa mungkin Navi sudah tidur karena lelah dan lupa kalau dia mau telfon aku?” gumam Ira.Ira pun menaruh HP-nya di meja, Ira pun membaca komik sambil tetap menunggu telfon dari Navi.Waktu cepat berlalu, sudah hampir tengah malam Navi belum juga menghubungi Ira. Ira pun pindah ke tempat tidur membawa HP dan menaruhnya di sebelah Ira. Tak lama kemudian Hp-nya pun berdering.Kringgggg………Ira terkejut mendengar dering teleponnya, karena Ira sudah hampir tertidur, Ira pun mengangkat telefonnya.“Halo,” jawab Ira dengan nada serak.“Halo, Ira kamu sudah tidur?” tanya Navi.“Sudah tidur sebentar, kamu tadi ketiduran?” jawab Ira dan bertanya balik.“Iya, maaf ya Ra kamu pasti dari tadi menungguku ya?” tanya Navi.“Tidak papa,
“Ira apa yang tadi kamu gumamkan itu? Aku masih penasaran Ra, kasih tahu aku ya,” kata Furkam lirih.“Tidak ada yang aku katakana, anggap saja begitu,” jawab Ira lirih.“Tapi apa benar kalau kamu pernah merindukanku Ra?” tanya Furkam.“Ya dulu belum lama ini saat kamu sakit tidak masuk beberapa hari,” jawab Ira.Ira terkejut karena mengatakan hal itu.Mahli yang mendengar itu pun tersenyum dan tetap pura-pura tidur.“Furkammm kenapa kamu selalu memancing emosiku?” teriak Ira yang sadar bahwa dirinya keceplosan.“Apa sih Ra, aku hanya sekedar bertanya kok,” jawab Furkam.“Kenapa loh kalian itu teriak-teriak mulu, jadi kaget nih aku,” sahut Mahli yang terkejut mendengar Ira teriak.“Kamu tidak boleh tidur1, ajari teman kamu biar mengerti kata tidak, tidak, dan tidak,” kata Ira kesal.“Kenapa sih kamu selalu marah da