Mereka pun duduk dan diam-diaman selama pelajar, tidak ada kata dan keusilan seperti biasanya, Mahli yang melihat kesunyian ini pun tidak tahan.
“Kalian berdua ayo ikut aku ke perpustakaan, aku ingin mencari buku disana, kalian hanya boleh membantuku mencari puku, tidak ada yang boleh membaca satu buku pun,” kata Mahli setelah mendengar Bel istirahat.
“Apa kamu sedang menghukum kami? Di perpustakaan kalau tidak membaca mau apa?” kata Ira yang menolak.
“Memang kamu butuh buku apa?” tanya Furkam.
“Ya pokoknya kalian ikut aku saja dulu sampai disana aku kasih tau mau cari buku apa,” kata Mahli menarik tangan Ira dan Furkam.
Mereka pun ke perpustakaan dengan dipaksa oleh Mahli.
“Baiklah carikan aku buku puisi, apapun itu carikanlah,” kata Mahli melepaskan gandengan tangannya.
Mereka pun mulai mencari apa yang disuruh oleh Mahli.
“Kau sebelah sana, aku akan cari disin
“Ira kamu akan langsung pulang?” tanya Furkam.“Iya, kenapa?” tanya Ira.“Bagaimana kalau kita main-main dulu di sekolahan, yak an Mahli,” jawab Furkam menyenggol Mahli.“Ha…..ah ide bagus Furkam, kita kan jadi bisa bebas mau ngapain aja, di perpustakaan juga bisa, di lapangan basket juga bisa, gimana Ra menurutmu?” tanya Mahli yang mendukung Furkam ingin lebih lama dengan Ira.“Bagus juga idenya, tapi aku harus bilang ke Tidan dulu, biar dia tidak menunggu ku,” jawab Ira yang setuju.“Kalau begitu biar aku saja yang bilang sama Tidan, sekalian ajak dia bermain juga,” jawab Furkam senang.“Ayo Ira kita temui Tidan,” lanjut Furkam menarik tangan Ira untuk menemui Tidan.Mahli pun tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Furkam yang sangat senang.“Furkam kamu bersemangat sekali,” gumam Mahli lirih.“Ke
“Lihatlah mereka Rani, senang sekali melihat mereka seperti sekarang ini,” kata Mahli yang melihat Furkam mengajari Ira bermain basket.“Benar Li, aku harap mereka segera bersama,” jawab Rani.“Tidak Ran, mereka tidak bisa bersama, hati Ira masih terikat dengan Navi,” kata Mahli.“Tapi aku lihat Ira mulai menyukai Furkam,” kata Rani.“Iya memang benar, tetapi kemungkinan besar dia akan tetap memilih bersama Navi,” jawab Mahli.“Kenapa bisa bicara seperti itu Li?” tanya Rani yang penasaran.“Aku suda memikirkan ini berkali-kali, Furkam akan kalah dengan sesorang yang sudah lama berada di hati Ira dari pada yang baru saja muncul untuk menjadi penggoyah dalam hubungan Navi dan Ira,” kata Mahli.“Jadi maksud kamu Furkam di takdirkan untuk menjadi rintangan dalam hubungan Ira dan Navi?” tanya Rani menegaskan.“Ya, aku telah menyadar
“Kamu mau aku gambarkan sesuatu tidak Ra?” tanya Furkam untuk mengawali pembicaraan mereka agar tidak canggung.“Gambar apa? Apa kamu bisa menggambar?” tanya Ira.“Apa kamu sudah lupa kalau aku memang pintar menggambar?” jawab Furkam sombong.“Benar dulu kamu pernah mengerjakan tuga gambarku ya, tapi tidak jadi Huge lah yang memberikan gambarnya padaku,” jawab Ira.“Iya, iya aku ingat tidak usah kamu perjelas lagi,” jawab Furkam sedikit kesal.“Okelah kalau gitu sekarang giliran kamu yang menggambarkan untuk ku,” kata Ira.“Kamu mau gambar apa?” tanya Furkam.“Sebuah gambar anime apa kamu bisa?” tanya Ira.“Gampang,” jawab Furkam dan memulai menggambar.Ira yang menunggu Furkam menggambar mulai merasa bosan, waktu pun sudah menjelang sore.“Aku sudah selesai menggambar Ra, coba deh kamu lihat ini,&rdqu
Hari pun sudah malam Ira duduk di dalam kamar menunggu telpon dari Navi, tetapi Navi belum juga meneleponnya.“Apa mungkin Navi sudah tidur karena lelah dan lupa kalau dia mau telfon aku?” gumam Ira.Ira pun menaruh HP-nya di meja, Ira pun membaca komik sambil tetap menunggu telfon dari Navi.Waktu cepat berlalu, sudah hampir tengah malam Navi belum juga menghubungi Ira. Ira pun pindah ke tempat tidur membawa HP dan menaruhnya di sebelah Ira. Tak lama kemudian Hp-nya pun berdering.Kringgggg………Ira terkejut mendengar dering teleponnya, karena Ira sudah hampir tertidur, Ira pun mengangkat telefonnya.“Halo,” jawab Ira dengan nada serak.“Halo, Ira kamu sudah tidur?” tanya Navi.“Sudah tidur sebentar, kamu tadi ketiduran?” jawab Ira dan bertanya balik.“Iya, maaf ya Ra kamu pasti dari tadi menungguku ya?” tanya Navi.“Tidak papa,
“Ira apa yang tadi kamu gumamkan itu? Aku masih penasaran Ra, kasih tahu aku ya,” kata Furkam lirih.“Tidak ada yang aku katakana, anggap saja begitu,” jawab Ira lirih.“Tapi apa benar kalau kamu pernah merindukanku Ra?” tanya Furkam.“Ya dulu belum lama ini saat kamu sakit tidak masuk beberapa hari,” jawab Ira.Ira terkejut karena mengatakan hal itu.Mahli yang mendengar itu pun tersenyum dan tetap pura-pura tidur.“Furkammm kenapa kamu selalu memancing emosiku?” teriak Ira yang sadar bahwa dirinya keceplosan.“Apa sih Ra, aku hanya sekedar bertanya kok,” jawab Furkam.“Kenapa loh kalian itu teriak-teriak mulu, jadi kaget nih aku,” sahut Mahli yang terkejut mendengar Ira teriak.“Kamu tidak boleh tidur1, ajari teman kamu biar mengerti kata tidak, tidak, dan tidak,” kata Ira kesal.“Kenapa sih kamu selalu marah da
“Baiklah, maafkan aku Ira yang sudah tidak sopan dengan mu, aku akan mencoba mengendalikan nafsuku,” jawab Navi sambil memeluk Ira dengan kuat.“Terimakasih Nav,” jawab Ira.Navi pun mengangguk.“Aku mencintaimu Ra,” kata Navi.Ira pun mengangguk.Mereka berdua pun mengganti topik pembicaraan dan sudah tidak canggung lagi, mereka berbincang dan tertawa bersama, mengahabiskan hari mereka dengan suasana senang dan gembira.Tak lama kemudian Navi pun pulang.“Ra, aku pulang dulu ya hari sudah akan malam, besok lagi kapan-kapan jika aku pulang cepat aku akan main lagi ke rumah kamu,” pamit Navi.“Baiklah kalau gitu, kamu hati-hati ya di jalan, sampai rumah kamu harus kasih kabar padaku,” jawab Ira.“Tentu saja aku akan kasih kabar jika aku sudah sampai, nanti malam seperti biasa ya, aku akan meneleponmu menghabiskan malam denganmu,” kata Navi.&ld
Mereka pun menghabiskan istirahat di kantin hingga bel masuk.“Ira kamu tadi udah makan?” tanya Furkam yang baru saja masuk kelas.“Sudah, aku juga baru aja sampai di kelas,” jawab Ira.“Ini buat kamu,” kata Furkam.“Coklat?” tanya Ira.“Ya, aku tidak tahu kamu suka apa tidak tapi aku tadi keluar cari itu untuk kamu,” kata Furkam.Ira melihat Mahli, dan Mahli pun memberi kode agar Ira menerimanya dengan menganggukan kepalanya.“Baiklah aku terima, dan aku juga suka coklat, terimakasih Furkam,” jawab Ira.“Sama-sama,” jawab Furkam.Ira pun memasukan coklat itu ke dalam tas.Hari itu pun usai, Ira pulang dan beristirahat, mengeluarka coklat pemberian Furkam.“Sebaiknya aku buat kenang-kenangan saja deh, tidak akan aku makan,” gumam Ira dan menaruh coklat itu di atas meja belajarnya.Ira berencana untuk pergi
(Di rumah Navi)“Apa yang sebenarnya Tidan ketahui tentangku?” gumam Navi masih bertanya-tanya.Navi pun yang penasaran dengan Tidan mencoba untuk menenangkan diri dan berfikir positif terhadap Tidan, tetapi tidak dengan Tidan, dia benar-benar menunjukan rasa kecewa terhadap Navi.(Di rumah Tidan)“Aku yakin Navi akan menyakiti Ira nantinya,” kata Tidan sambil rebahan di kamarnya.(Di rumah Ira)“Apa yang terjadi dengan Tidan dan Navi? Mengapa mereka seperti sedang berselisih?” gumam Ira sambil tiduran dan melamun.Ira pun tidak lagi memikirkan hal yang tidak-tidak karena takut jika pikiran Ira kemana-mana.Kling…..(Suara pesan Ira)“Sayang kamu sedang apa?” isi pesan dari Navi.Ira pun tersenyum dan membalasnya.“Sedang tiduran saja sayang, kamu sedang apa?” balas Ira.“Sedang mikirin kamu Ra,” balas Navi.“K