"Enggak lah, Habibati. Enggak ada sedikitpun niatan aku untuk poligami, kamu saja sudah cukup untuk aku," ucap Salman."Kirain pengen," ucap Kanaya.Kanaya berjalan menghampiri Syafana lalu membuka coklat dan membagi dua, setengah potong di berikan pada Syafana membuat gadis kecil itu tersenyum. "Biar adil," ucap Kanaya seraya memberikan setengah potong coklat itu."Makasih, Mama emang yang terbaik. Papa ingat ya kalau Papa gak adil lagi, aku marah sama Papa," ucap Syafana."Iya, princess. Papa janji akan berusaha adil," ucap Salman.Seperti biasa setelah pulang kerja Salman mandi dan Kanaya masak untuk makan malam, Ana jadi kakak yang sangat baik untuk Saddam. Selama Kanaya memasak gadis kecil itu menjaga adiknya."Makan malam sudah siap," ucap Kanaya.Hari-hari mulai terasa hangat dan bahagia, keluarga mereka terlihat sempurna. Syafana masih dengan kemanjaannya pada Kanaya dan meskipun karenanya sudah melahirkan anak kandungnya ia tak pernah berubah kepada Syafana, Kanaya menyayang
"Tentu saja aku masih peduli dengan Kanaya, sampai kapanpun dia adalah sahabatku. Memangnya apa yang terjadi dengan Kanaya dan apa yang harus aku lakukan untuknya?" tanya Aslan."Sepertinya kita harus membicarakan hal ini di tempat yang lebih privasi sebab ini menyangkut hal penting dan jangan sampai ada orang lain yang tahu," ucap Arta.Aslan menganggukan kepalanya, kebetulan hari ini dia punya banyak waktu sehingga masih bisa menemani Arta berbicara. Ia pun akhirnya memilih tempat yang lebih privasi dan mengikuti apa yang akan direncanakan Artha kepada Kanaya."Aku kasihan kepada Kanaya, tetapi aku sebagai Kakak pun tidak bisa membantunya," ucap Arta dengan mimik wajah yang dibuat sedih."Apa yang terjadi pada Kanaya sebenarnya? Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, ketika aku mendatangi rumah kalian orang bilang rumah itu sudah dijual," ucap Aslan berpura-pura tidak tahu."Ya, semenjak Ayah kami meninggal rumah itu dijual. Ternyata Ayah memiliki hutang yang banyak dan kami tidak
"Ide mu bagus, tapi aku benci jika harus membiarkan kamu berdua-duaan dengan istriku," ucap Salman."Om tenang aja, aku nggak akan macam-macam pada Kanaya kok. Paling cuma pegang tangan," ucap Aslan terkekeh."Kau pasti akan mengambil kesempatan dalam kesempitan!" ucap Salman menatap Aslan dengan tajam."Jika kau tidak percaya padaku, maka percayalah pada istrimu. Dia wanita yang baik, tidak mungkin dengan mudah melakukan hal yang tidak-tidak dengan lelaki yang bukan suaminya," ucap Aslan.Salman menghela nafasnya dan akhirnya setuju dengan rencana yang Aslan katakan tadi. Meskipun rasanya akan sangat kesal untuk melihat Kanaya berduaan dengan Aslan, tetapi semua dilakukan untuk mengetahui siapa yang merencanakan itu bersama dengan Arta.Jika Arta ingin membalas Kanaya sendiri, tentu saja dia tidak perlu menggunakan cara seperti itu. tujuannya hanya Kanaya, sudah jelas Arta tidak ingin kanaya hidup bahagia.Setelah Salman dan Aslan setuju dengan rencana itu, Aslan pun pamit untuk kemb
"Pesan dari siapa?" tanya Salman saat melihat ekspresi wajah sang istri yang tak biasa saat melihat ponselnya."Aslan," jawab Kanaya singkat."Dia bilang apa?" tanya Salman."Aslan bilang aku dan dia harus sering bertemu agar Kak Arta yakin kami berdua berselingkuh di belakang kamu, Hubby," ucap Kanaya.Salman mengeraskan rahangnya, memang itu sudah di bahas Aslan tadi. Namun, rasanya Salman masih tidak rela jika istrinya harus sering bertemu Aslan sebab ia tahu Aslan memiliki perasaan khusus pada istrinya."Aku benci situasi ini, meskipun aku tahu Aslan itu baik. Namun, dia tetap membahayakan untukku," ucap Salman."Membahayakan bagaimana maksud kamu, Hubby?" tanya Kanaya."Ya bahaya misalnya Kalian sering bertemu, lalu Aslan bisa membuat kamu nyaman dan akhirnya kamu benar-benar berpaling dari aku, Habibati."Kanaya tersenyum mendengar ucapan sang suami, ia pun memeluk sang suami dan mengajaknya tidur. Sebelumnya ia sudah membalas pesan Aslan dan mengatakan jika laki-laki itu saja y
[Mungkin Anda salah orang, baru saja aku tanya istriku dan dia bilang sedang ada di rumah mengurus anak.] Salman memberi balasan pesan kepada Maya.[Aku yakin tidak salah orang, itu benar-benar istrimu. Mungkin dia berbohong untuk menutupi perselingkuhannya dengan lelaki lain.] Maya kembali membalas pesan Salman.Ting .Satu foto kembali dikirimkan Maya ke ponsel Salman, foto tersebut menunjukkan saat tangan Kanaya di genggam oleh Aslan. Salman mengepalkan tangannya saat melihat hal itu."Berani-beraninya dia tidak mengindahkan peringatanku, aku sudah bilang jangan coba cari-cari kesempatan. Namun, tetap saja dia cari-cari kesempatan dengan menggenggam tangan Kanaya," gumam Salman kesal saat melihat foto tersebut.Sementara di tempat lain Maya tersenyum, ia pikir Salman akan percaya jika Kanaya berselingkuh dan emosi setelah melihat foto yang dikirimkan olehnya. [Terima kasih informasinya, aku akan mengurus masalah rumah tanggaku sendiri. Aku orang yang paling tidak suka di permaink
Salman langsung mengabari Aslan untuk memberitahu rencana Artha dan Maya. Mendengar kabar tersebut Aslan pun sangat terkejut dan tidak menyangka jika seorang kakak bisa melakukan hal itu kepada adiknya."Ini sudah keterlaluan, dia tidak pantas di sebut Kakak," ucap Aslan."Kau harus hati-hati, jangan sampai terjebak seperti apa yang mereka rencanakan," ucap Salman."Jika mereka saja tega merencanakan hal seperti itu, apa tidak sebaiknya kita balas saja. Jadikan rencana itu bumerang bagi mereka," ucap Aslan."Ide bagus, ayo kita lakukan itu kau tahu apa apa yang harus kau lakukan, kan?" tanya Salman."Iya, Om. Aku paham."Salman mematikan sambungan teleponnya setelah mendengar ucapan itu dari Aslan, seperti biasa lelaki tampan itu mandi setelah pulang bekerja sementara sang istri menyiapkan makan malam."Mana Sadam, Habibati?" tanya Salman seraya memeluk tubuh Kanaya dari belakang saat Kanaya berada di dapur."Tadi sama Ana di kamar Ana, lepasin Hubby. Aku mau bawa makanan ini ke meja
Maya begitu terkejut ketika Salman mendorongnya ke dalam kamar lalu menutup pintu itu, ia berusaha membuka pintu itu, tetapi tangannya malah ditarik oleh seseorang dari dalam kamar tersebut."Arta, Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya yang ada dalam kamar ini Kanaya dan Aslan?" tanya Maya."Aku tidak tahu, tolong aku," ucap Arta."Kamu kenapa, tolong Apa maksud kamu?" tanya Maya kebingungan.Arta yang semakin merasa tubuhnya kepanasan dan tidak bisa mengendalikannya, membuka bajunya di depan Maya. Hal itu tentu saja membuat Maya ketakutan, wanita berstatus janda itu berusaha membuka pintu. Namun, tidak bisa karena dikunci dari luar.Tiba-tiba Arta yang sudah tidak menggunakan pakaian dan hanya tersisa pakaian dalam saja memeluk Maya dari belakang, tentu saja hal itu membuat Maya terkejut dan berteriak."Arta kau gila apa yang akan kau lakukan?" ucap Maya berontak mencoba melepaskan pelukan Arta.Arta tidak peduli dengan apa yang dikatakan Maya, ternyata air yang ia minum
"Siapa yang telepon?" tanya Salman."Kak Arthur, dia pasti sudah melihat video viral itu dan ingin membicarakannya denganku," ucap Kanaya."Ya, pasti itu soal video viral angkat saja teleponnya, Habibati."Kanaya mengganggukan kepala lalu mengangkat telepon dari sang kakak, benar saja Arthur membicarakan tentang video viral Artha dan Maya yang kini sedang ramai jadi perbincangan di sosial media."Nay, Apa kamu sudah melihat video viral Arta dan wanita lain yang direkam dan disiarkan langsung oleh Tyas?" tanya Arthur melalui sambungan teleponnya."Iya aku sudah lihat, Kak.""Aku nggak habis pikir kenapa Arta bisa melakukan itu, padahal selama ini dia selalu setia sama Tyas. Aku udah mencoba menghubungi nomornya tapi nggak diangkat-angkat," ucap Arthur."Maaf, Kak Arthur. Semua ini ada hubungannya dengan aku, sepertinya kita harus bicara secara langsung agar tidak ada kesalahpahaman dan kakak mengerti yang sesungguhnya," ucap Kanaya."Maksud kamu apa sih?" tanya Arthur tak mengerti."Ki
Agni dan Feli saling menyalahkan, mereka berteriak saat polisi menangkap dan membawa mereka ke kantor polisi. Kedua wanita itu tidak mau dipenjara dan berusaha untuk memberontak saat dievakuasi. "Lepas, aku nggak salah tangkap aja dia yang punya ide dari semua ini," ucap Agni menuju ke arah Feli."Bukan aku, dia yang punya ide jahat bahkan ingin membunuh kakaknya sendiri," teriak Feli menunjuk Agni.Aslan mengepalkan tangannya mendengar hal itu, lelaki tampan tersebut semakin waspada dan tidak ingin kejadian serupa menimpa sang istri. Ia tidak ingin ada orang yang berniat jahat bahkan ingin membunuh istrinya, hidup Hafsa sudah cukup menderita selama ini Aslan ingin setelah menikah dengannya Hafsa bisa bahagia dan ia pun bahagia bersama wanita tersebut.Mereka tetap dibawa ke kantor polisi meskipun meronta dan berteriak-teriak sepanjang perjalanan, keesokan harinya Aslan dan bapaknya serta para direksi rapat di perusahaan. Mereka sepakat untuk mencabut sepenuhnya saham yang pernah di
"Orang yang menculik Nona Hafsa mengaku juga Ia mendapatkan tawaran dari dua orang wanita," ucap anak buah Aslan melalui sambungan telepon. "Siapa dua orang wanita itu? Dan apa mereka sudah berhasil kalian tangkap?" tanya Aslan."Mereka bernama Agni dan Feli, beberapa orang dari kami sedang mengajar mobil mereka yang terlihat dari rekaman CCTV kabur ke luar kota.""Tangkap mereka bagaimanapun caranya!" ucap Aslan."Baik, Tuan."Setelah mengatakan itu anak buah Aslan pun mematikan sambungan teleponnya, Aslan mengalah nafas dan menatap sang istri. Lelaki berwajah tampan itu tidak menyangka jika kedua wanita tersebut bisa berbuat nekat kepada istrinya hanya karena obsesi ingin memiliki dirinya.Saida dan Lingga yang ada di ruangan itu penasaran dengan apa yang baru saja bicarakan oleh Aslan dan anak buahnya, Aslan pun menceritakan apa yang tadi dia bicarakan dengan anak buahnya kepada kedua orang tua serta istrinya. Tentu saja kedua orang tua Aslan dan Hafsa begitu terkejut mendengar
Setelah melihat rekaman CCTV di rumah dan mencatat plat nomor motor orang yang membawa sang istri, Aslan pun langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari motor tersebut. Tak lama kemudian ponselnya berdering, panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Tanpa pikir panjang Aslan pun mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo, siapa ini?" tanya Aslan saat mengangkat sambungan telepon. "Istrimu ada padaku, jika ingin selamat datanglah sendiri.""Siapa kamu? Dimana istriku sekarang?!" tanya Aslan dengan suara baritonnya."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, siapkan uang 1 milyar dan kamu harus datang sendiri. Jika kamu membawa orang lain apalagi polisi maka nyawa istrimu taruhannya.""Jangan macam-macam dengan istriku. Cepat katakan kemana kau membawanya?!" tanya Aslan dengan emosi.Panggilan telepon itu di matikan, tak lama kemudian sharelok masuk ke ponselnya. Aslan tak mengenali suara orang itu, sepertinya suaranya di samarkan.Pria berwajah tampan itu menyiapkan uang yang dimint
"Hah ... Mungkin pusing karena cape dan perjalanan jauh," ucap Hafsa."Iya juga, tapi kalau beneran Kakak hamil pasti seisi rumah senang," ucap Aisy."Doakan saja semoga aku segera hamil," ucap Hafsa."Aamiin," ucap Aisy.Sikap Aisy yang baik membuat Hafsa sangat senang, adik iparnya itu supel dan bisa menjadi teman baiknya. Hari-hari berlalu, Aslan bekerja seperti biasa. Hafsa mulai terbiasa hidup sebagai ibu rumah tangga di rumah barunya, terkadang ikut sang mertua ke acara pengajian. Namun, lebih sering berada di rumah sesuai keinginan Aslan.Pagi ini Aslan dan Hafsa sarapan seperti biasa sebelum Aslan berangkat kerja, Hafsa merasa mual saat sarapan dan akhirnya memuntahkan kembali apa yang telah ia makan."Kamu sakit, Sayang?" tanya Aslan seraya memijat tengkuk sang istri."Gak tahu, Mas. Mual banget," ucap Hafsa."Aku panggilkan dokter, ya!" ucap Aslan."Gak perlu, Mas. Kayanya aku cuma masuk angin, nanti minta di pijit aja dan di baluri minyak angin," ucap Hafsa."Beneran gak
"Angkat, Mas!" ucap Hafsa."Ngapain sih, Mama ganggu aja," ucap Aslan lalu mengangkat panggilan video call tersebut.Ternyata yang menelponnya adalah Saida sang mama. Setelah diangkat Aslan melihat Saida duduk bersama Lingga sepertinya sedang di dalam kamar."Assalamualaikum ada apa, Mah?" tanya Aslan."Waalaikumsalam, kalian sampai di Paris jam berapa? Kenapa gak kasih kabar?" tanya Saida."Tadi 6 sore, Mah.""Kamu ini gimana sih, kan mama bilang sampai di sana langsung kasih kabar! Kami di sini khawatir," ucap Saida."Hehehe ... Maaf Mah. Kami sampai langsung istirahat karena sangat lelah, terus mandi dan langsung makan malam," jawab Aslan.Hafsa tersenyum ternyata sang mertua mengkhawatirkan keadaan ia dan sang suami yang tidak memberi kabar setelah sampai di Paris. Cukup lama mereka berbincang melalui video call, Lingga pun bertanya tentang kenyamanan hotel yang sudah ia booking untuk anak dan menantunya."Nyaman banget, Pah. Pemandangan dari jendela hotel langsung ke menara Eiffe
"Kamu cinta terakhirku, Hafsa Kalimatunnisa," ucap Aslan lalu mencium pucuk kepala sang istri.Mereka beristirahat setelah perjalanan 16 jam dari Indonesia ke Paris, Prancis. Meskipun rasa lelah itu telah terbayar dengan indahnya pemandangan di joget tersebut. Namun, Aslan ingin mereka istirahat sebelum melakukan tour ke negara tersebut."Sayang, aku laper. Kita keluar yuk cari makan," ucap Aslan membangunkan Hafsa yang masih terlelap dalam tidurnya."Emang gak bisa pesan makanan hotel aja, Mas?" tanya Hafsa seraya mengucek matanya."Bisa sih, tapi aku ingin berjalan kaki sambil mencari makanan di sini denganmu," ucap Aslan."Ya sudah kalau gitu aku mandi dan ganti pakaian dulu," ucap Hafsa.Aslan menganggukan kepala, Hafsa pun masuk ke dalam kamar mandi dan betapa terkejutnya ia setelah selesai mandi saat keluar tidak ada Aslan di kamar malah ada dua wanita asing."Siapa kalian? Kenapa ada di kamarku?" tanya Hafsa terkejut."Nona jangan takut, kamu adalah MUA dan hair stylist yang di
"Buka aja," ucap Aslan.Hafsa membuka kotak kecil yang di berikan oleh sang suami, setelah melihat isinya ia masih bingung karena hanya beberapa lembar kertas saja. Hafsa melihat kertas tersebut dan menatap Aslan dengan mata berkaca-kaca."Tiket pesawat ke Paris?" tanya Hafsa."Kado dari mama dan papa untuk pernikahan kita, mereka juga sudah booking hotel untuk kita bulan madu ke Paris," ucap Aslan."Tapi, aku tidak bunga pasport, Mas. Gimana mau perjalanan ke luar negeri," ucap Hafsa."Semua sudah beres di urus sama papa, kita tinggal duduk manis di pesawat dan menikmati bulan madu di Paris nanti," ucap Aslan.Hafsa tak bisa berkata apa-apa lagi, memang jika banyak uang semua urusan jadi mudah. Selama ini Hafsa tak pernah bermimpi akan bisa liburan keluar negeri, itu sebabnya ia tidak punya paspor.Hafsa begitu senang ketika tahu kedua mertuanya yang sudah menyiapkan segalanya untuk ia dan suami berbulan madu ke negara yang terkenal romantis itu.Mereka berangkat bukan madu beberapa
Sama halnya dengan orang tua Agni. Orang tua Feli pun terkena imbas atas perbuatan anaknya, Aslan menarik sebagian investasi untuk perusahaan orang tua Feli. Tentu hal ini di lakukan setelah berdiskusi dengan ayahnya, Aslan tidak akan mengambil keputusan besar menyangkut perusahaan dengan sembarangan.Sementara ayah Feli kini sangat marah setelah mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh anaknya, dia menelepon Feli dan meminta Gadis itu untuk datang ke kantornya. Sesampainya Feli datang ke kantor sang ayah, ia langsung dimarahi habis-habisan oleh ayahnya tersebut."Dasar anak bodoh! Sudah kubilang jangan pernah berani mengganggu Tuan Aslan. Kau pernah diusir saat pesta pernikahannya, sekarang malah berolahraga kembali hingga membuat dia mencabut sebagian investasinya perusahaan kita!" ucap Fernando."Papa bicara apa sih? Aku nggak ngerti. Aku tidak merasa mengganggu Aslan, kenapa Papa tiba-tiba menyalahkan aku!?""Tidak mengganggu katamu? Lalu ini apa?!" ucap Fernando seraya memutar r
"Kurang ajar, siapa yang berani mengirim ini?!" ucap Aslan emosi saat melihat isi di dalam bingkisan."Sudahlah, Mas. Cuma hal kaya gini gak usah di pikirin," ucap Hafsa hendak membuang barang tersebut.Dalam bingkisan tersebut ternyata berisi foto pernikahan Aslan dan Hafsa, tetapi sudah digunting-gunting. Ada juga foto Hafsa sedang sendiri dan diberi tanda merah seperti darah.Aslan merasa itu adalah ancaman untuk istrinya, tetapi Hafsa tidak terlalu memperdulikan ancaman tersebut. Teror seperti itu bukan pertama kali ia alami, dulu saat sekolah SMA pun ia pernah dibully dan diberi teror seperti itu."Kenapa kamu bisa sangat santai menghadapi hal seperti ini, jelas-jelas ini adalah ancaman untuk kamu, Sayang." "Aku sudah tidak takut dengan ancaman seperti ini, dulu juga waktu sekolah pernah mendapat ancaman seperti ini," ucap Hafsa sambil tersenyum."Benarkah? Lalu apa yang terjadi padamu?" tanya Aslan.Hafsa pun menceritakan kepada sang suami, dulu ia bersahabat dengan salah satu