Salman langsung mengabari Aslan untuk memberitahu rencana Artha dan Maya. Mendengar kabar tersebut Aslan pun sangat terkejut dan tidak menyangka jika seorang kakak bisa melakukan hal itu kepada adiknya."Ini sudah keterlaluan, dia tidak pantas di sebut Kakak," ucap Aslan."Kau harus hati-hati, jangan sampai terjebak seperti apa yang mereka rencanakan," ucap Salman."Jika mereka saja tega merencanakan hal seperti itu, apa tidak sebaiknya kita balas saja. Jadikan rencana itu bumerang bagi mereka," ucap Aslan."Ide bagus, ayo kita lakukan itu kau tahu apa apa yang harus kau lakukan, kan?" tanya Salman."Iya, Om. Aku paham."Salman mematikan sambungan teleponnya setelah mendengar ucapan itu dari Aslan, seperti biasa lelaki tampan itu mandi setelah pulang bekerja sementara sang istri menyiapkan makan malam."Mana Sadam, Habibati?" tanya Salman seraya memeluk tubuh Kanaya dari belakang saat Kanaya berada di dapur."Tadi sama Ana di kamar Ana, lepasin Hubby. Aku mau bawa makanan ini ke meja
Maya begitu terkejut ketika Salman mendorongnya ke dalam kamar lalu menutup pintu itu, ia berusaha membuka pintu itu, tetapi tangannya malah ditarik oleh seseorang dari dalam kamar tersebut."Arta, Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya yang ada dalam kamar ini Kanaya dan Aslan?" tanya Maya."Aku tidak tahu, tolong aku," ucap Arta."Kamu kenapa, tolong Apa maksud kamu?" tanya Maya kebingungan.Arta yang semakin merasa tubuhnya kepanasan dan tidak bisa mengendalikannya, membuka bajunya di depan Maya. Hal itu tentu saja membuat Maya ketakutan, wanita berstatus janda itu berusaha membuka pintu. Namun, tidak bisa karena dikunci dari luar.Tiba-tiba Arta yang sudah tidak menggunakan pakaian dan hanya tersisa pakaian dalam saja memeluk Maya dari belakang, tentu saja hal itu membuat Maya terkejut dan berteriak."Arta kau gila apa yang akan kau lakukan?" ucap Maya berontak mencoba melepaskan pelukan Arta.Arta tidak peduli dengan apa yang dikatakan Maya, ternyata air yang ia minum
"Siapa yang telepon?" tanya Salman."Kak Arthur, dia pasti sudah melihat video viral itu dan ingin membicarakannya denganku," ucap Kanaya."Ya, pasti itu soal video viral angkat saja teleponnya, Habibati."Kanaya mengganggukan kepala lalu mengangkat telepon dari sang kakak, benar saja Arthur membicarakan tentang video viral Artha dan Maya yang kini sedang ramai jadi perbincangan di sosial media."Nay, Apa kamu sudah melihat video viral Arta dan wanita lain yang direkam dan disiarkan langsung oleh Tyas?" tanya Arthur melalui sambungan teleponnya."Iya aku sudah lihat, Kak.""Aku nggak habis pikir kenapa Arta bisa melakukan itu, padahal selama ini dia selalu setia sama Tyas. Aku udah mencoba menghubungi nomornya tapi nggak diangkat-angkat," ucap Arthur."Maaf, Kak Arthur. Semua ini ada hubungannya dengan aku, sepertinya kita harus bicara secara langsung agar tidak ada kesalahpahaman dan kakak mengerti yang sesungguhnya," ucap Kanaya."Maksud kamu apa sih?" tanya Arthur tak mengerti."Ki
Arta bangun dari tidur ketika efek obat baru hilang di tubuhnya, ia duduk diatas ranjang dan mencoba mengingat apa yang terjadi hingga ia berada di atas ranjang hotel tersebut.Ingatan Arta masih samar, tetapi ia merasakan sesuatu yang lengket di bagian bawahnya. Ternyata itu sisa-sisa cairan percintaannya, Arta ke kamar mandi untuk membersihkannya. Ketika badannya di guyur oleh air shower barulah ia ingat apa yang sudah terjadi."Tyas, dia menyaksikan semuanya?!" Arta menyudahi mandinya dan bergegas memakai baju.Setelah itu ia langsung pulang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, ia memukul stir ketika jalan macet menghalanginya."Sial, kenapa semua ini bisa terjadi? Bagaimana bisa Tyas sampai ke hotel dan melihat semua itu?!" ucap Arta.Arta kini ingat jika istrinya memergoki ia dan Maya yang sedang melakukan aktivitas panas sampai pelepasan dan istrinya memegangi ponsel. Sesampainya di rumah ia terkejut karena beberapa koper berada di depan pintu rumah."Tyas, Sayang. Kamu di
"Aslan, beberapa hari ini kamu sibuk apa? Papa sering melihatmu pergi meninggalkan kantor?" tanya Adnan saat makan malam bersama anak dan istrinya.Adnan adalah ayah dari Aslan yang merupakan pemilik perusahaan tempat Aslan kini bekerja, Aslan diminta untuk pulang ke Indonesia dan mulai mengurus perusahaan, agar sang Papa bisa memberikan kuasa atas perusahaan itu pada Aslan setelah Aslan benar-benar paham."Aku ada urusan dengan om Salman dan Kanaya, Pah," jawab Aslan."Ada masalah apa dengan mereka? Jangan bilang kamu masih mengharapkan Kanaya!" ucap Saida yang takut anaknya belum move on dari cinta pertama yang tak bisa ia dapatkan.Aslan menghela nafas mendengar ucapan sang Mama, memang mamanya yang paling mengerti tentang perasaan dia terhadap Kanaya dan Mamanya juga yang selalu menasehati agar Aslan mengikhlaskan Kanaya untuk Salman.Walaupun sulit, tetapi setelah melihat perubahan sikap Salman kepada Kanaya akhirnya perlahan-lahan Aslan bisa ikhlas untuk melepaskan Kanaya dan me
Salman curiga jika itu adalah Arta dan Maya, lelaki berwajah tampan itu langsung menelpon anak buahnya untuk melakukan penjagaan ketat di sekitar rumahnya. Salman tak ingin anak atau istrinya celaka karena perbuatan Arta dan Maya, ia yakin jika dua manusia itu masih menyimpan dendam kepada keluarga mereka. Apalagi setelah kejadian viral tersebut dan kini keduanya sama-sama tak memiliki pekerjaan.Setelah anak buahnya mengabari jika mereka sudah berada di sekitaran rumah Salman, lelaki berwajah tampan itu pun kembali melajukan mobilnya menuju supermarket."Mereka mengikuti aku?" gumam Salman saat melihat spion mobil.Mobil hitam yang tadi terparkir di depan rumah kosong di dekat rumahnya kini mengikuti mobilnya, tetapi Salman merasa tenang dan hanya tersenyum simpul."Aku ingin tahu sejauh mana kamu menggangguku!" gumam Salman.Jalan yang biasanya tidak terlalu sepi kini terasa sepi karena sudah malam, tetapi mobil itu hanya mengikutinya hingga ia sampai di sebuah supermarket."Aku ti
"Bagaimana keadaan suami saya sekarang?" tanya Kanaya."Masih di tangani dokter, Bu.""Share lokasi kalian, aku akan kesana sekarang," ucap Kanaya."Jangan pergi sendiri, Bu. Biarkan salah satu dari kami menjemput ibu karena takut orang itu datang dan mengganggu ibu.""Ya sudah kalau begitu, cepat jemput!"Kanaya mematikan sambungan teleponnya, lalu mengganti pakaian dan bersiap untuk pergi. Ia menitipkan anaknya kepada Bi Imah, tak ingin jika dia pergi terjadi sesuatu pada kedua anaknya."Bi, Saya mau pergi ke rumah sakit titip anak-anak ya!" ucap Kanaya."Siapa yang sakit, Non?" tanya Bi Imah."Suami saya, tadi Dia pamit untuk ke supermarket, tapi sudah 1 jam lebih Saya menunggu dia nggak pulang-pulang. Saya telepon nomornya ternyata yang mengangkat orang dan memberi kabar jika suami saya ditikam orang dan sekarang sedang ditangani dokter di rumah sakit," ucap Kanaya."Innalilahi, siapa yang menikam pak Salman ya?" tanya Bi Imah."Saya juga nggak tahu, Bi. Pasti nanti akan saya cari
"Arta, Arta. Bangun!" ucap Maya."Ada apa sih? Aku masih ngantuk," jawab Arta."Itu ada yang ketuk pintu!" ucap Maya.Arta mengucek matanya, suara ketukan pintu itu terdengar kembali. Maya takut yang datang adalah polisi karena tidak ada orang lain yang mungkin mencari keberadaannya.Arta yang masih merasa sangat ngantuk berjalan menuju pintu tanpa pikir panjang, Maya menahan tangan lelaki itu agar Arta tak membuka pintunya."Kamu mau kemana?" tanya Maya."Mau buka pintu lah, mau lihat siapa yang ganggu tidur kita," ucap Arta."Bagaimana kalau itu polisi?" tanya Maya.Tubuh Arta menegang saat mendengar ucapan Maya, ia kembali mengucek matanya dan baru sadar dengan situasi yang sedang ia hadapi. Lelaki itu kembali memundurkan langkahnya lalu membuka gorden dan melihat ke arah sekitar.Suara ketukan pintu kembali terdengar, Arta mengajak Maya untuk pergi dari motel tersebut melalui jendela. Maya mengganggu karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain kabur dari tempat tersebut.Per