Share

Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna
Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna
Penulis: Kilau Cantika

1. Hasna dan Keluarga

Penulis: Kilau Cantika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini ia tidak bisa memasak apapun kecuali hanya bisa membeli kecap satu sachet, tempe satu potong berukuran sedang dan juga garam untuk menambah rasa pada bumbu.

Hasna menahan sakit perutnya karena ia belum makan sedari tadi.

Dari kemarin ia sudah berpuasa dan hari ini ia tidak bisa berpuasa karena sedang datang bulan yang baru saja keluar tadi pagi.

Hasna pulang dengan disambut teriakan kedua anaknya yang masih kecil-kecil mereka melompat kegirangan mengira dia membawa makanan.

Kedua anak Hasna yaitu Raihan yang berumur 7 tahun dan Risa yang berumur 5 tahun.

"Hore! Ibu pulang ... Ibu pulang."

Kedua anak Hasna sangat senang ketika ia pulang tetapi ketika melihat kantong plastik yang berisi bumbu dan juga tempe saja mereka langsung cemberut dan meninggalkan kantong plastik itu di atas meja.

"Yahh ... Ibu nggak bawa makanan padahal kami sudah lapar, Bu,"

Hasna tersenyum menanggapi ucapan Raihan barusan. Sedangkan anak perempuannya Risa mau nasehati kakaknya agar tidak mengeluh karena ibunya pasti sedang tidak memiliki uang untuk membeli makanan lain selain bumbu itu.

"Kakak jangan seperti itu, kasihan Ibu mungkin Ibu sedang tidak punya uang jadi lebih baik kita bermain saja sambil menunggu tempe gorengnya matang, ya kan Bu,"

Hasna memeluk Risa yang sangat perhatian padanya serta sifatnya yang lebih dewasa dibandingkan dengan Raihan, kakaknya.

"Benar, Risa, sebaiknya kalian bermain dulu ibu akan memasak sebentar nanti kalau sudah matang Ibu panggil kalian untuk makan, ya,"

Hasna tersenyum melihat keduanya tampak akur, biasanya Raihan akan berbuat nakal kepada adiknya.

Mereka berdua jarang keluar rumah karena beberapa temannya mulai nakal dan juga sering mengejeknya.

Ketika temannya memiliki jajan atau snack dan Raihan hanya diam saja maka temannya bukannya memberi tetapi malah mengejeknya dan mengolok-ngoloknya.

Sedangkan Raihan nanti pulang-pulang dia akan menangis, kalau tidak dia akan memukul temannya itu sehingga kadang Hasna merasa tidak enak dengan para tetangganya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, Mas sudah pulang,"

"Iya Na, ini ada uang tapi alhamdulillah cuma dapat segini,"

"Alhamdulillah, meskipun hanya dapat segini tetapi bagi kita ini sudah sangat bersyukur sekali,"

"Syukurlah! Aku sangat bersyukur punya istri yang sangat baik serta wanita yang sholehah,"

Hasna hanya tersenyum tipis ia berusaha untuk bersikap sabar karena ia tidak ingin suaminya bersedih karena pulang hanya mendapatkan uang Rp 10.000,- saja.

Pekerjaan suami Hasna merupakan seorang tukang parkir yang bekerja serabutan dan tidak tetap.

Farhan selalu berusaha untuk pulang dengan wajah yang ceria meski hanya membawa uang Rp 10.000,- saja.

Pekerjaan Farhan sebagai tukang parkir hanyalah menggantikan orang saja itupun juga cuma setengah hari. Jika sudah setengah hari selesai ia akan menyetorkan beberapa uang kepada pemilik aslinya.

Paling besar ia akan membawa uang Rp 10.000,- saja.

Keseharian Farhan tadinya adalah bekerja di sebuah kantor swasta yang ada di kota mereka.

Tetapi karena pengurangan tenaga kerja Farhan di PHK tanpa diberi pesangon atau juga upah apapun.

Karena masa PHK itulah Farhan yang tadinya bekerja di kantor merasa kaget ketika ia bekerja secara serebutan.

Tadinya ia mengeluh banyak sekali ia memikirkan masa depan anak dan istrinya tetapi Hasna menguatkan Farhan agar bisa menghadapi situasi yang buruk ini.

Saat musim pandemi kemarin memang sangat menyakitkan bagi para pekerja karena banyaknya PHK yang terjadi.

Dan semenjak PHK itulah keluarga mereka dijauhi oleh keluarga Hasna dan juga Farhan.

Masing-masing dari mereka tidak ada yang mau mendekat lagi kepada Hasna dan juga Farhan.

Padahal selama ketika Farhan bekerja di kantor ia senantiasa berbagi kepada kedua keluarganya.

Bahkan ketika ada acara arisan keluarga pun tidak ada satupun yang menghubungi mereka untuk ikut dalam acara pembukaan arisan yang pertama.

Ketika Farhan mengeluh Hasna hanya berbicara bahwa 'lebih baik tidak diajak Mas daripada kita diajak dan tidak bisa menyetor arisan itu alangkah lebih buruknya jika itu terjadi'

Pemikiran Hasna lebih dewasa dibandingkan dengan Farhan yang suka membanding-bandingkan kehidupannya dengan orang lain.

Farhan merasa Ia adalah orang yang paling kurang beruntung saat mengalami masa yang sulit ini.

Hasna selalu mendorongnya agar lebih bersemangat menjalani hidup meski menjadi orang yang benar-benar biasa.

"Memang kita orang biasa, Na, karena ketika aku bekerja semua orang mendekat pada kita,"

Ia mendengar keluhan suaminya waktu itu, dan berkata bahwa itu sudah sangat wajar jadi lebih baik berpandangan ke depan tanpa perlu memandang orang-orang yang meremehkan mereka.

"Hari ini makan seperti biasa ya, Na,"

"Ya Mas dengan tempe dan kecap,"

"Aku berpuasa, Na, jadi memilih untuk tidur sebentar jadi boleh, kan?"

"Tentu saja boleh Mas, tidak perlu minta izin juga,"

"Baiklah, terima kasih istriku Sayang,"

Hasna tersenyum mendengar suaminya merayu seperti itu.

Ia lebih senang suaminya merayu daripada Farhan mengeluh, itu membuatnya makin pusing menghadapi situasi yang sulit ini.

Hasna melanjutkan aktivitas memasaknya sebentar lagi gorengan tempenya akan matang semua.

Anak-anak bisa makan siang ini dengan lauk yang hangat dan juga nasi yang hangat pula.

Beberapa barang yang dimiliki mereka sebagian telah dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Hanya tersisa satu saja yaitu TV, mereka bertahan memiliki TV untuk hiburan supaya Raihan dan Risa tidak merasa jenuh ketika berada di dalam rumah.

Satu gorengan lagi akan selesai dan Hasna menyiapkan nasi dalam satu piring yang akan ia berikan pada kedua anaknya.

Hasna lebih senang jika mereka makan sepiring berdua dan anak-anaknya pun malah sama senangnya bisa makan berdua bersama-sama.

***

Malam harinya Hasna mengajak kedua anaknya untuk mengaji, mereka berdua baru saja melaksanakan shalat Maghrib di mushola terdekat.

Meskipun tidak mau bermain di luar tetapi mereka berdua ternyata masih mau untuk shalat berjamaah bersama.

Kata Risa, shalat yang baik itu lebih baik berjamaah atau dilakukan bersama-sama jika ada Mushola yang dekat dengan rumah mereka.

Hasna sangat mengagumi Risa sebagai anak perempuan yang benar-benar mengerti keadaan yang dialami mereka saat ini.

Meskipun Raihan juga sedikit mengerti tapi ia masih kalah jauh pola pikirnya dengan Risa.

"Raihan, Risa, kita makan, yuk!"

"Asikkkk, akhirnya makan juga aku sudah lapar sekali, Bu!"

Raihan nampak berseru sehingga membuat mencolek tangan kakaknya agar tidak berisik.

"Ayah, sedang tidur Kak jadi Kakak jangan berisik, kasihan Ayah baru pulang kerja, juga sedang berpuasa,"

Raihan langsung menutup mulutnya lalu ia mengambil sendok untuk kemudian mereka makan bersama.

Keduanya benar-benar sangat lahap dalam makan, sehingga air mata Hasna menetes melihat keduanya.

Ia sangat terharu dengan keadaan mereka yang begitu menerima meskipun hanya makan dengan tempe dan kecap saja.

"Bu, nanti malam kalau tidak ada nasi atau lauk aku tidak apa-apa tidak makan, karena hari ini di mushola ada pembagian makan gratis, tadi aku melihat Bu Haji menerima dus kotak makan cukup banyak,"

Risa mengatakan itu dengan cukup bersemangat padahal mulutnya penuh dengan nasi.

Giliran Raihan yang menasehati adiknya itu supaya ketika ia makan tidak banyak berbicara.

"Kalau sedang makan jangan berbicara dulu tunggu nasi mu habis yang di dalam mulutmu itu, Risa!"

"Oh iya, Kak aku lupa,"

Dua-duanya tertawa lalu Raihan memukul adiknya dengan pelan supaya tertawa tidak membuka mulut lebar-lebar mengingat nasinya masih penuh di mulut.

"Assalamualaikum,"

Terdengar suara orang mengucapkan salam, Hasna pun langsung berjalan menuju pintu depan dan membukanya.

"Waalaikumsalam, eh bu RT ada apa Bu mari silakan masuk!"

Hasna melihat Bu RT membawa 3 dus nasi, kemudian memberikannya kepadanya.

"Mba Hasna, ini ada titipan dari Bu Haji untuk keluarga Mbak Hasna tolong diterima ya, ini merupakan pembagian Jumat berkah dari kantor Bu Haji,"

"Ya Allah, Alhamdulillah, Bu RT terima kasih, tolong sampaikan terima kasih saya untuk Bu Haji,"

"Iya, Mbak Hasna nanti saya sampaikan, saya terus saja ya untuk membagi ke tempat yang lainnya mari, Mbak Hasna,"

Hampir saja Hasna merasa kaget karena kedua anaknya langsung menyerbunya kemudian membantu Hasna untuk mengangkat 3 dus nasi itu.

"Tuh kan, Bu bener kalau dus nasinya itu dibagi-bagikan, kirain nanti di mushola ternyata dibagikan ke setiap rumah, Alhamdulillah ya Bu," ucap Risa begitu senang dan bersemangat saat melihat isinya.

"Alhamdulillah,"

Hasna begitu senang karena ia mendapatkan tiga buah dus nasi itu dan pastinya suaminya akan berbuka dengan lauk yang cukup enak hari ini.

Ia bersyukur meskipun hanya cukup makan untuk satu hari ini saja, tetapi semuanya merasa bahagia dan gembira.

"Lauknya enak banget ini, Bu ada ayam ada telur pokoknya enak!"

Risa Dan Raihan begitu bersemangat sehingga keduanya sangat senang saat melihat lauk yang ada di dalamnya.

"Ada kertas didalamnya ini, Bu isi tulisannya minta doa supaya usahanya lancar,"

Hasna melihat kertas itu dan membaca tulisannya.

"Iya, ini Bu Haji sepertinya minta doa kepada tetangganya untuk kelancaran usahanya,"

"Kita doakan saja ya, Bu,"

Risa dan Raihan akhirnya mendoakan kelancaran usaha untuk Bu Haji.

Mereka menengadahkan tangannya sambil berdoa dan memohon kelancaran untuk usaha Bu Haji.

Tersenyum dan mengelus rambut kedua anaknya Mereka pun langsung menyimpan tiga dus itu ke atas lemari yang biasa menyimpan makanan.

***

Sementara itu di tempat lain di keluarga Bu Sadi, mereka sedang membicarakan tentang Hasna yang tidak ada kabarnya sama sekali.

"Gimana mau memberi kabar untuk memikirkan perut mereka saja sudah sangat pusing, Bu," ujar Ella sambil membersihkan kukunya.

Ella ini adalah kakaknya Farhan yang begitu membenci Hasna dengan tanpa alasan.

Ella ini merupakan panitia arisan yang memang tidak mau kalau Hasna ikut.

Ia pikir tidak penting bagi keluarganya untuk mengikutsertakan Hasna dalam kegiatan arisan mereka.

Karena sudah pasti untuk makan pun mereka sudah pusing apalagi untuk menyetori arisan yang ada.

Ella sangat membenci Hasna karena dulu ia tidak menyetujui hubungan Farhan dengan wanita itu.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rufi Ana
baru bab pertama sudah bikin sedih,tapi suka dengan kesederhanaan mereka
goodnovel comment avatar
seen_za
bagus tor... lanjutkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    2. Hasna dan Tetangga

    Angin dingin terasa merasuk hingga ke dalam tulang saat cuaca sedang begitu dingin. Rumah Hasna yang begitu kecil tampak seperti terombang ambing kena angin yang lumayan kencang.Ia menutup jendelanya dengan rapat kemudian mengepel lantai yang basah kena air tetesan hujan.Saat siang begini, Raihan dan Risa sedang tidur di kamarnya. Sedangkan Hasna tidak bisa tidur karena ia baru selesai mencuci pakaian.Karena di luar masih hujan maka ia putuskan untuk membiarkan dulu bilasan terakhir dan ia keringkan kemudian ditaruh di atas ember yang diberi penyangga di bawahnya agar airnya bisa tersaring.Nanti malam adalah malam pertama umat Islam melaksanakan salat tarawih bersama untuk pertama kalinya di tahun ini.Hasna sudah menyiapkan mukena dan juga sarung yang sudah dicuci dan diberi pewangi supaya anak-anaknya lebih bersemangat lagi melaksanakan salat tarawih.Sarung untuk Farhan juga sudah ia siapkan dan semuanya sudah bersiap-siap saat menjelang jam setengah tujuh.Risa lebih dulu bera

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    3. Hasna dan Ipar

    Hari ini hari kedua mereka berpuasa, Hasna sudah menyiapkan masakan untuk mereka berbuka dan juga minuman teh hangat sebagai pembukanya.Piring dan sendok sudah dijajarkan sedemikian rupa di atas meja yang mereka sebut dengan meja makan, meskipun bentuknya tidak seperti meja makan seperti umumnya."Risa, Raihan, ayo kita bersiap-siap untuk berbuka! Kalian duduk di depan meja makan ya, supaya kita bisa langsung berbuka nanti,"Kedua anaknya pun langsung mendekat dan duduk di kursi yang sudah disediakan oleh Hasna.Tetapi mereka bertanya-tanya kenapa ayah mereka belum pulang juga."Ayah kalian mendapat giliran sore hari sampai waktu isya nanti, sehingga sekarang belum pulang," jawab Hasna.Kedua anaknya pun mengangguk dan mengerti bahwa pekerjaan ayahnya itu memang kadang mendapat giliran untuk parkir saat pagi ataupun siang dan juga bisa sore hari.Risa menunggu sambil memukul-mukul meja, begitu juga dengan Raihan mereka berdua kompak saling membunyikan meja dengan ketukan-ketukan yang

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    4. Hasna dan Mertua

    Siang hari yang begitu terik membuat keringat bercucuran di saat Hasna harus menyalakan kipas anginnya.Kedua anaknya baru saja bangun tidur dan mereka langsung bermain bersama.Tetapi teman Risa datang sehingga Raihan kini bermain sendirian saja. Seperti biasanya, ia tidak mau untuk bermain di luar, paling nanti ada temannya yang datang untuk mengajaknya bermain dan dia akan mengajaknya bermain di dalam rumah saja.Begitulah Raihan sifatnya agak susah dibandingkan dengan Risa yang mudah bergaul dengan temannya.Hasna menyalakan kipas angin untuk kemudian diputar ke segala arah supaya anaknya juga mendapatkan angin yang lumayan agar tidak kepanasan.Sudah hari ke-4 mereka berpuasa dan semuanya belum ada yang bolong ataupun batal puasanya.Hasna masih ingat betul ketika siang hari kemarin ini saat ibu mertuanya datang bagaimana mereka mengatakan bahwa rumah mereka ini sangatlah kecil.Tapi meskipun begitu Hasna sangat bersyukur ia masih memiliki rumah yang bisa ia tinggali dan miliki da

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    5. Hasna dan Kehidupannya

    Hari ini, Hasna pergi ke pasar untuk membeli ber macam-macam bahan untuk keperluan memasak besok di hari lebaran. Ia telah memiliki tabungan yang telah ia kumpulkan selama hampir sebulan ini. Uang yang telah ia kumpulkan memang sengaja ia gunakan untuk hari ini supaya bisa membeli keperluan untuk hari lebaran besok. Ia pergi dari rumah dari pukul 05.00 pagi agar ia bisa kebagian semuanya, semua harga sayuran dan juga bumbu serta sesuatu yang akan ia beli harganya sudah pada naik. Pertama masuk pasar, ia membeli sayuran, bumbu-bumbu, barulah ia membeli ayam meskipun dengan harga yang cukup tinggi tetapi ia membelinya juga. Hasna telah merencanakan jauh-jauh hari, belanjaan apa saja yang akan ia beli dan hasilnya semuanya bisa sesuai dengan rencananya. Ia bisa membeli semua yang ada dalam daftar keinginannya dan uang yang ia bawa melebihi dari cukup. Ia hanya membeli ayam sebanyak 1 kg saja karena memang harganya sudah termasuk cukup tinggi dan tabungannya hampir menipis. Setelah

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    6. Hasna Dan Hari Lebaran

    Malam ini Hasna dan kedua anaknya dan juga bersama dengan suaminya, pergi ke toko baju untuk memilih beberapa baju yang telah dijanjikan kepada kedua anaknya.Mereka pergi ke sana dengan berjalan kaki, karena meski jaraknya sedikit jauh tetapi untuk menaiki motor sepertinya tidak cukup mengingat anak-anaknya sudah besar.Farhan hanya memiliki sebuah motor saja dan itu tidak mungkin mereka membawa keempat penumpang dalam satu motor. Maka diputuskan lah mereka hanya jalan kaki saja.Risa dan juga Raihan sangat menikmati perjalanannya menuju ke toko baju. Mereka terlihat sangat bersemangat mengingat tujuan mereka pergi adalah untuk membeli baju lebaran.Hasna memilih satu toko baju yang menurutnya harganya benar-benar murah dan terjangkau dengan isi dompetnya.Ia menanyakan kepada Risa mengenai warna dan model baju yang akan ia pilih untuk hari besok saat mereka bersilaturahmi."Risa, kamu mau yang mana, Nak. Coba pilih satu atau dua supaya Ibu bisa memilih dan menentukan mana yang cocok

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    7. Hasna dan Kue Lebaran

    "Risa, Raihan kuenya dicicipi, kalian beli baju baru berapa?" tanya Bu Sadi.Risa pun menjawab pertanyaan neneknya, "Alhamdulillah, kemarin beli dua, Nek," jawab Risa dengan riang.Raihan mencolek tangan adiknya supaya tidak terlalu sombong meskipun mereka membeli dua baju lebaran."Risa nggak boleh gitu meskipun bajunya ada dua tetapi kamu tidak boleh sombong,"Bu Sadi hanya tertawa melihat keduanya, ia pun mengambil sepotong kue kemudian memakannya.Ia melirik tajam ke arah Hasna yang sedang terduduk diam di ujung kursi tanpa ia tawari sedikitpun kue-kue yang ada di depan matanya.Matanya tak mau memberikan kesempatan pada menantunya untuk melihatnya tersenyum, karena ia terus menatap tajam.Kue lebaran yang banyak disajikan di atas meja tamu sepertinya tak ingin sampai menantunya menyentuhnya meski sekedar untuk mencicipi saja. "Pekerjaan mu bagaimana, Han?" tanyanya pada sang putra yang mengajaknya bicara.Farhan menunduk dan mengatakan jika untuk menjelang lebaran mendapatkan ha

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    8. Hasna dan Suaminya

    Pagi itu setelah satu bulan mereka berlebaran, Hasna kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa. Ia mulai mencari pekerjaan sampingan karena ternyata Farhan mulai sepi hasil parkirnya. Hari ini bahkan suaminya tak mendapat hasil apapun padahal listrik dan air belum dibayarkan. Ia banyak bertanya pada temannya tentang info lowongan kerja bagi seorang ibu rumah tangga sepertinya.Ada satu pekerjaan yang menurutnya sangat sesuai dan ia rencananya akan minta ijin pada Farhan tentang pekerjaan yang akan ia daftarkan besok.Ketika hari sudah sore, ia menunggu suaminya pulang dan kedua anaknya baru saja pulang mengaji. Mereka mengatakan padanya kalau mendapat nilai yang bagus dan diberi hadiah berupa uang lima ribu rupiah."Kalian diberi uang?" tanya Hasna tak percaya.Risa mengangguk dan tersenyum memamerkan uangnya. Begitu juga dengan Raihan, ia malah lebih besar lagi, sepuluh ribu rupiah katanya."Alhamdulillah, simpan uang kalian. Oh ya, makan dulu, ya. Ibu masak sayur asem,""Bu, ini

Bab terbaru

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    8. Hasna dan Suaminya

    Pagi itu setelah satu bulan mereka berlebaran, Hasna kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa. Ia mulai mencari pekerjaan sampingan karena ternyata Farhan mulai sepi hasil parkirnya. Hari ini bahkan suaminya tak mendapat hasil apapun padahal listrik dan air belum dibayarkan. Ia banyak bertanya pada temannya tentang info lowongan kerja bagi seorang ibu rumah tangga sepertinya.Ada satu pekerjaan yang menurutnya sangat sesuai dan ia rencananya akan minta ijin pada Farhan tentang pekerjaan yang akan ia daftarkan besok.Ketika hari sudah sore, ia menunggu suaminya pulang dan kedua anaknya baru saja pulang mengaji. Mereka mengatakan padanya kalau mendapat nilai yang bagus dan diberi hadiah berupa uang lima ribu rupiah."Kalian diberi uang?" tanya Hasna tak percaya.Risa mengangguk dan tersenyum memamerkan uangnya. Begitu juga dengan Raihan, ia malah lebih besar lagi, sepuluh ribu rupiah katanya."Alhamdulillah, simpan uang kalian. Oh ya, makan dulu, ya. Ibu masak sayur asem,""Bu, ini

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    7. Hasna dan Kue Lebaran

    "Risa, Raihan kuenya dicicipi, kalian beli baju baru berapa?" tanya Bu Sadi.Risa pun menjawab pertanyaan neneknya, "Alhamdulillah, kemarin beli dua, Nek," jawab Risa dengan riang.Raihan mencolek tangan adiknya supaya tidak terlalu sombong meskipun mereka membeli dua baju lebaran."Risa nggak boleh gitu meskipun bajunya ada dua tetapi kamu tidak boleh sombong,"Bu Sadi hanya tertawa melihat keduanya, ia pun mengambil sepotong kue kemudian memakannya.Ia melirik tajam ke arah Hasna yang sedang terduduk diam di ujung kursi tanpa ia tawari sedikitpun kue-kue yang ada di depan matanya.Matanya tak mau memberikan kesempatan pada menantunya untuk melihatnya tersenyum, karena ia terus menatap tajam.Kue lebaran yang banyak disajikan di atas meja tamu sepertinya tak ingin sampai menantunya menyentuhnya meski sekedar untuk mencicipi saja. "Pekerjaan mu bagaimana, Han?" tanyanya pada sang putra yang mengajaknya bicara.Farhan menunduk dan mengatakan jika untuk menjelang lebaran mendapatkan ha

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    6. Hasna Dan Hari Lebaran

    Malam ini Hasna dan kedua anaknya dan juga bersama dengan suaminya, pergi ke toko baju untuk memilih beberapa baju yang telah dijanjikan kepada kedua anaknya.Mereka pergi ke sana dengan berjalan kaki, karena meski jaraknya sedikit jauh tetapi untuk menaiki motor sepertinya tidak cukup mengingat anak-anaknya sudah besar.Farhan hanya memiliki sebuah motor saja dan itu tidak mungkin mereka membawa keempat penumpang dalam satu motor. Maka diputuskan lah mereka hanya jalan kaki saja.Risa dan juga Raihan sangat menikmati perjalanannya menuju ke toko baju. Mereka terlihat sangat bersemangat mengingat tujuan mereka pergi adalah untuk membeli baju lebaran.Hasna memilih satu toko baju yang menurutnya harganya benar-benar murah dan terjangkau dengan isi dompetnya.Ia menanyakan kepada Risa mengenai warna dan model baju yang akan ia pilih untuk hari besok saat mereka bersilaturahmi."Risa, kamu mau yang mana, Nak. Coba pilih satu atau dua supaya Ibu bisa memilih dan menentukan mana yang cocok

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    5. Hasna dan Kehidupannya

    Hari ini, Hasna pergi ke pasar untuk membeli ber macam-macam bahan untuk keperluan memasak besok di hari lebaran. Ia telah memiliki tabungan yang telah ia kumpulkan selama hampir sebulan ini. Uang yang telah ia kumpulkan memang sengaja ia gunakan untuk hari ini supaya bisa membeli keperluan untuk hari lebaran besok. Ia pergi dari rumah dari pukul 05.00 pagi agar ia bisa kebagian semuanya, semua harga sayuran dan juga bumbu serta sesuatu yang akan ia beli harganya sudah pada naik. Pertama masuk pasar, ia membeli sayuran, bumbu-bumbu, barulah ia membeli ayam meskipun dengan harga yang cukup tinggi tetapi ia membelinya juga. Hasna telah merencanakan jauh-jauh hari, belanjaan apa saja yang akan ia beli dan hasilnya semuanya bisa sesuai dengan rencananya. Ia bisa membeli semua yang ada dalam daftar keinginannya dan uang yang ia bawa melebihi dari cukup. Ia hanya membeli ayam sebanyak 1 kg saja karena memang harganya sudah termasuk cukup tinggi dan tabungannya hampir menipis. Setelah

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    4. Hasna dan Mertua

    Siang hari yang begitu terik membuat keringat bercucuran di saat Hasna harus menyalakan kipas anginnya.Kedua anaknya baru saja bangun tidur dan mereka langsung bermain bersama.Tetapi teman Risa datang sehingga Raihan kini bermain sendirian saja. Seperti biasanya, ia tidak mau untuk bermain di luar, paling nanti ada temannya yang datang untuk mengajaknya bermain dan dia akan mengajaknya bermain di dalam rumah saja.Begitulah Raihan sifatnya agak susah dibandingkan dengan Risa yang mudah bergaul dengan temannya.Hasna menyalakan kipas angin untuk kemudian diputar ke segala arah supaya anaknya juga mendapatkan angin yang lumayan agar tidak kepanasan.Sudah hari ke-4 mereka berpuasa dan semuanya belum ada yang bolong ataupun batal puasanya.Hasna masih ingat betul ketika siang hari kemarin ini saat ibu mertuanya datang bagaimana mereka mengatakan bahwa rumah mereka ini sangatlah kecil.Tapi meskipun begitu Hasna sangat bersyukur ia masih memiliki rumah yang bisa ia tinggali dan miliki da

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    3. Hasna dan Ipar

    Hari ini hari kedua mereka berpuasa, Hasna sudah menyiapkan masakan untuk mereka berbuka dan juga minuman teh hangat sebagai pembukanya.Piring dan sendok sudah dijajarkan sedemikian rupa di atas meja yang mereka sebut dengan meja makan, meskipun bentuknya tidak seperti meja makan seperti umumnya."Risa, Raihan, ayo kita bersiap-siap untuk berbuka! Kalian duduk di depan meja makan ya, supaya kita bisa langsung berbuka nanti,"Kedua anaknya pun langsung mendekat dan duduk di kursi yang sudah disediakan oleh Hasna.Tetapi mereka bertanya-tanya kenapa ayah mereka belum pulang juga."Ayah kalian mendapat giliran sore hari sampai waktu isya nanti, sehingga sekarang belum pulang," jawab Hasna.Kedua anaknya pun mengangguk dan mengerti bahwa pekerjaan ayahnya itu memang kadang mendapat giliran untuk parkir saat pagi ataupun siang dan juga bisa sore hari.Risa menunggu sambil memukul-mukul meja, begitu juga dengan Raihan mereka berdua kompak saling membunyikan meja dengan ketukan-ketukan yang

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    2. Hasna dan Tetangga

    Angin dingin terasa merasuk hingga ke dalam tulang saat cuaca sedang begitu dingin. Rumah Hasna yang begitu kecil tampak seperti terombang ambing kena angin yang lumayan kencang.Ia menutup jendelanya dengan rapat kemudian mengepel lantai yang basah kena air tetesan hujan.Saat siang begini, Raihan dan Risa sedang tidur di kamarnya. Sedangkan Hasna tidak bisa tidur karena ia baru selesai mencuci pakaian.Karena di luar masih hujan maka ia putuskan untuk membiarkan dulu bilasan terakhir dan ia keringkan kemudian ditaruh di atas ember yang diberi penyangga di bawahnya agar airnya bisa tersaring.Nanti malam adalah malam pertama umat Islam melaksanakan salat tarawih bersama untuk pertama kalinya di tahun ini.Hasna sudah menyiapkan mukena dan juga sarung yang sudah dicuci dan diberi pewangi supaya anak-anaknya lebih bersemangat lagi melaksanakan salat tarawih.Sarung untuk Farhan juga sudah ia siapkan dan semuanya sudah bersiap-siap saat menjelang jam setengah tujuh.Risa lebih dulu bera

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    1. Hasna dan Keluarga

    Hari ini ia tidak bisa memasak apapun kecuali hanya bisa membeli kecap satu sachet, tempe satu potong berukuran sedang dan juga garam untuk menambah rasa pada bumbu.Hasna menahan sakit perutnya karena ia belum makan sedari tadi.Dari kemarin ia sudah berpuasa dan hari ini ia tidak bisa berpuasa karena sedang datang bulan yang baru saja keluar tadi pagi.Hasna pulang dengan disambut teriakan kedua anaknya yang masih kecil-kecil mereka melompat kegirangan mengira dia membawa makanan.Kedua anak Hasna yaitu Raihan yang berumur 7 tahun dan Risa yang berumur 5 tahun."Hore! Ibu pulang ... Ibu pulang."Kedua anak Hasna sangat senang ketika ia pulang tetapi ketika melihat kantong plastik yang berisi bumbu dan juga tempe saja mereka langsung cemberut dan meninggalkan kantong plastik itu di atas meja."Yahh ... Ibu nggak bawa makanan padahal kami sudah lapar, Bu,"Hasna tersenyum menanggapi ucapan Raihan barusan. Sedangkan anak perempuannya Risa mau nasehati kakaknya agar tidak mengeluh karen

DMCA.com Protection Status