Share

4. Hasna dan Mertua

Penulis: Kilau Cantika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Siang hari yang begitu terik membuat keringat bercucuran di saat Hasna harus menyalakan kipas anginnya.

Kedua anaknya baru saja bangun tidur dan mereka langsung bermain bersama.

Tetapi teman Risa datang sehingga Raihan kini bermain sendirian saja. Seperti biasanya, ia tidak mau untuk bermain di luar, paling nanti ada temannya yang datang untuk mengajaknya bermain dan dia akan mengajaknya bermain di dalam rumah saja.

Begitulah Raihan sifatnya agak susah dibandingkan dengan Risa yang mudah bergaul dengan temannya.

Hasna menyalakan kipas angin untuk kemudian diputar ke segala arah supaya anaknya juga mendapatkan angin yang lumayan agar tidak kepanasan.

Sudah hari ke-4 mereka berpuasa dan semuanya belum ada yang bolong ataupun batal puasanya.

Hasna masih ingat betul ketika siang hari kemarin ini saat ibu mertuanya datang bagaimana mereka mengatakan bahwa rumah mereka ini sangatlah kecil.

Tapi meskipun begitu Hasna sangat bersyukur ia masih memiliki rumah yang bisa ia tinggali dan miliki daripada masih mengontrak.

Hasna belum masak siang ini, ia akan mulai memasak nanti pukul 03.00 sore.

Sedangkan suaminya Farhan, ia seperti biasa masih berada di tempat parkiran, tetapi kali ini ia bekerja hingga sore hari.

Ia mulai berangkat tadi sekitar pukul 07.00 pagi dan nanti pulang sekitar pukul 03.00 sore.

Kemudian untuk yang shift sore berangkat sekitar pukul 03.00 sore hingga jam 10.00 malam.

Hasna bersyukur sekali karena untuk tiga hari ini suaminya mendapat bayaran yang lumayan, sekitar tiga puluh ribu per harinya.

Ia pun akhirnya bisa menyisihkan sedikit untuk beberapa hari ini dan ia tetap memasak seperti biasa dan tidak menghambur-hamburkan uangnya.

Hasna banyak-banyak berhemat karena ia harus bersiap-siap saat lebaran nanti, pasti anaknya akan meminta baju baru.

Mau tidak mau ia juga harus tetap membelikan mereka baju baru.

Hasna agak sedikit mengantuk, ia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Setelah beberapa menit kemudian, ia pun tertidur hingga terbangun pada pukul setengah tiga sore.

Saat bangun, Hasna bergegas untuk menyiapkan racikan yang tadi pagi ia buat untuk membuat sayur oseng pare dan juga tempe.

Sedikit demi sedikit ia bisa membeli bumbu dan minyak juga. Meskipun begitu Ia tetap mengatur keuangan supaya bisa tetap membeli dengan murah bahan makanan agar ia tetap bisa memasak setiap hari.

Sambil meniriskan bumbu untuk memasak sayur pare, ia mendengarkan musik dari ponsel mini yang ia miliki yang di dalamnya terdapat banyak pilihan musik.

Hasna sangat senang sekali ketika ia mendengarkan lagu sambil memasak. Ia menjadi lebih bersemangat saat memasak sambil mendengarkan lagu kesukaannya dan bila menghayati ia pun ikut menyanyikannya.

Anak-anak Hasna satu persatu bangun dari tidurnya, mereka duduk di depan dapur sambil termenung.

Hasna tersenyum melihat Risa yang duduk sambil masih mengantuk dan matanya pun terantuk-antuk menahan untuk tetap terbuka dan tidak terpejam lagi.

Begitu juga dengan Raihan yang tampak menguap lebar-lebar namun karena ibunya melihatnya ia segera menutup mulut dengan tangannya.

"Kalau menguap, tangannya menutup mulut supaya nanti tidak masuk lalat ke dalam mulut!"

Suasana rumah yang tadinya sepi menjadi sedikit ramai karena Risa membuka matanya dan tertawa mendengar ucapan ibunya barusan.

"Risa, kamu bantu Ibu saja ya daripada kamu hanya bengong saja di situ!"

"Bantu apa, Bu?" tanya Risa pada Hasna, ibunya yang sedang yang sedang memasak sayur pare.

"Bantu ibu membuat kolak pisang ya kamu mau, kan?'

"Alhamdulillah, benar Bu kalau kita akan masak kolak pisang?" tanya Risa hampir tidak percaya.

"Benar, Risa, ibu akan membuat kolak pisang,"

"Pisang dan ubinya sudah ada belum, Bu?" tanya Risa lagi.

"Sudah, sudah ada semua kok, tinggal Ibu buat saja ini, santannya juga sudah beli,"

"Alhamdulillah, kalau begitu mana Bu sini Risa bantuin?"

"Ini di sebelah sini ya, biar lebih mudah mengambilnya,"

"Iya, Bu semoga bisa ya, Bu, nanti diajari mengupas ya Bu?"

"Iya, Ibu nanti ajari,"

"Ini pisang sama ubinya ibu beli?"

"Ibu mendapatkan pisang ini dari tetangga kita dan Alhamdulillahnya ibu ada sedikit ubi tadi dikasih juga dari ibu Inah,"

Risa sangat senang mendengar penuturan Hasna mengenai pisang dan ubinya itu.

Mereka memasak hingga sampai pukul 04.30 sore.

Ayah Risa sedang tidur di kamarnya setelah tadi pulang pukul 03.00 sore ini. Setelah mereka selesai memasak, satu persatu mandi secara bergantian dengan yang lainnya.

Semuanya dilakukan berurutan, setelah Risa kemudian Raihan dan setelah semuanya mandi barulah Hasna juga mandi.

Saat-saat waktunya hendak berbuka itulah, suasana rasanya begitu hangat dan juga tentram. Hasna melihat keluarganya begitu bahagia meski mereka hanya bisa berbuka dengan ala kadarnya.

Semuanya berkumpul di depan ruang tv untuk menonton acara televisi tentang siraman rohani.

Kadang Risa dan Raihan tidak sama, mereka kadang berbeda channel saat menonton TV.

Dan itu sering menjadi bahan keributan di antara keduanya. Namun kali ini sangat berbeda keduanya tampak akur dan saling diam.

Mereka menonton TV dengan begitu tenang tanpa ada rebutan channel ataupun remote. Hasna tahu mereka sedang merasakan sama-sama lemas, dan menunggu berbuka puasa satu jam lagi.

"Bu, besok bikin pisang goreng, ya? Kayaknya enak banget itu di TV, Bu, mumpung pisangnya masih ada," ujar Raihan.

Ia menunjuk ke arah layar TV yang menunjukkan seorang artis sedang membuat pisang goreng dengan tepung yang baru di promosikan.

"Itu tepung baru, Kak jadinya lebih terlihat enak juga lebih praktis. Iya kan, Bu?"

Risa bertanya kepada Hasna yang duduk dekat dengannya saat menonton TV bersama.

"Iya itu bisa terlihat enak karena tepungnya juga mahal, jadi kalau kita mau membuat pisang goreng seperti itu harusnya memang membeli tepung yang seperti ada di TV,"

Hasna mencoba menjelaskan kepada Raihan dan juga Risa bahwa gambar di TV bisa lebih terlihat bagus dan enak karena mereka menampilkan makanan untuk promosi.

"Jadi tidak harus dengan memakai tepung yang seperti itu supaya bisa menjadi enak gorengan pisangnya," ucap Hasna menjelaskan.

"Tuh, kan bener kata Ibu, Kak, Ibu punya tepung sendiri jadi tidak harus membeli tepung yang seperti di TV,"

Risa kemudian berdiri dan mengambil sebuah tepung yang dimiliki oleh ibunya di atas lemari.

"Ini punyanya tepung yang seperti ini Kak Raihan jadi tidak apa-apa jika ingin menggoreng pisang dengan tepung ini,"

Hasna tersenyum melihat tingkah Risa yang begitu dewasa menjelaskan kepada kakaknya tentang tepung yang ia miliki.

"Jadi, besok Ibu akan membuat pisang gorengnya dengan tepung ini saja, dan tidak usah beli lagi," sahut Risa lagi.

Hasna terkekeh mendengar anak perempuannya itu berkata dengan cerewetnya.

Ia memang benar-benar sangat cerewet, apalagi ketika menjelaskan sesuatu yang baginya itu benar dan ia perlu menjelaskannya kepada orang lain.

***

Setelah mereka melakukan shalat Maghrib, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara dari ibu mertua Hasna.

Rupanya Bu Sadi datang lagi ke rumah, kali ini tidak dengan Ella, tetapi bersama Luna adik Farhan.

Luna dan Ella sama-sama juga tidak menyukai Hasna, mereka memang telah membenci semenjak dari pertama Farhan menikahi Hasna.

Tetapi bagi Hasna, yang paling penting adalah setelah menikah langsung pindah di rumah sendiri karena waktu itu Farhan memang berkecukupan.

Posisi Hasna sendiri waktu itu sedang sangat kekurangan, ia berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Ketika keluarga Farhan melamarnya, mereka menjadi tahu bagaimana rumah orang tuanya yang sesungguhnya.

Hasna tidak tahu kalau ternyata kedua saudara Farhan begitu sangat membencinya karena tidak menyukai kemiskinannya.

Saat itu Farhan juga tidak tahu kalau Farhan dan adiknya akan memandang sinis ada istrinya.

"Ibu, kalian dari mana saja?"

Farhan keluar dari ruang mushala kecil dan menemui ibunya. Ibunya hanya berbicara dengan Farhan saja, sama seperti kemarin saat mereka datang kesini.

Hasna duduk agak menjauh karena ia tidak mau merasa risih saat ia mendekati mereka.

Hasna cukup tahu diri dengan keadaan dirinya, ia sama sekali tidak berbasa-basi ataupun dengan adik iparnya.

"Ibu jelas dari rumah, sengaja ke sini untuk melihat keadaanmu,"

"Ibu lihat kan, Farhan baik-baik saja?"

Farhan melirik pada istrinya yang duduknya berjauhan dengan ibunya dan juga adiknya.

Ia menyuruh Hasna untuk datang mendekat dan duduk di sampingnya.

"Sini, Na, kamu duduk disini dekat aku!" panggil Farhan pada istrinya.

Luna melirik dengan sinis pada kakak iparnya, dia pun memilih untuk duduk di luar karena melihat Hasna berdiri dan berjalan ke arah ibunya duduk.

"Luna, kamu mau ke mana? Di sini saja, lho sama Ibu?"

"Luna mau cari angin Bu, di dalam gerah,"

"Ya sudah, kalau tidak mau di dalam, kamu tunggu dulu di situ! Ibu mau bicara sama kakakmu sebentar,"

"Iya, Bu yang penting jangan kelamaan lho, ya?"

Hasna tersenyum mendengarnya tetapi ternyata Bu Sadi tidak menyukai senyuman menantunya itu.

"Farhan, kamu sudah dapat pekerjaan lagi belum selain menjadi tukang parkir?"

"Belum, Bu memangnya ada pekerjaan lainnya? Apakah ada lowongan, ya Bu?"

"Kebetulan sekali ibu ada kenalan seorang teman yang sedang membutuhkan tenaga marketing, mungkin kamu cocok dan bisa lanjut kalau kerjamu bagus,"

"Marketing di mana itu, Bu?"

"Nah, yang tahu alamatnya ya teman ibu itu, kalau kamu mau, besok kamu ke rumah Ibu, libur dulu barang sehari jangan menjadi tukang parkir!"

Setelah ibunya berkata demikian lalu berpamitan pulang dan seperti biasa tanpa mengajak bicara Hasna ataupun menyapanya.

"Risa Dan Raihan mana Ibu mau ketemu sebentar?"

Bu Sadi sebenarnya sudah sangat rindu sekali dengan kedua cucunya itu. Saat mereka keluar dari kamar dengan malu-malu, Bu Sadi melihat keduanya dan ingin memeluknya.

Farhan menyuruh anak-anaknya itu untuk memeluk neneknya dan mengucapkan salam.

"Risa Raihan, cium tangan nenek ya!"

Kedua anaknya saling berpandangan kemudian mereka bergantian mencium tangan neneknya.

"Kalian berdua sehat saja, kan? Besok kalau Ayah kalian datang ke rumah nenek kalian ikut ya nanti nenek kasih sesuatu untuk kalian!"

Risa dan Raihan diam saja mereka saling berpandangan dan bingung harus menjawab apa.

"Risa, Raihan, dijawab pertanyaan Nenek! Iya ,Nek, begitu,"

Hasna ikut bicara tetapi tidak didengarkan oleh Bu Sadi.

Setelah itu akhirnya Bu Sadi berpamitan untuk pulang, Luna juga ikut pulang tanpa menyapa Hasna ataupun mengucapkan salam.

Risa dan Raihan berpandangan melihat ibunya saat melihat nenek mereka keluar dari rumah.

"Ibu nggak usah sedih, kan ada Risa, kalau memang Nenek tidak suka kepada Ibu, tidak apa-apa, jangan dipikirkan, ya Bu?"

Hasna mengangguk dan tersenyum, ia mengelus rambut Risa.

Raihan hanya diam saja melihat ibunya bersedih, ia bukannya tidak peduli tetapi ia melihat sendiri bagaimana Neneknya memperlakukan Ibu mereka dengan begitu buruk.

"Sudah, kamu tidak usah bersedih, sebaiknya kamu bersiap-siap untuk berangkat tarawih, hari ini sudah hari keempat tetapi masjid masih penuh, kan?"

Kedua anaknya pun bergegas untuk ke ruang shalat mini. Risa mengambil mukena, sedangkan Raihan ia langsung berwudhu dan memakai sarungnya sebelum pergi ke masjid.

Mereka berempat kemudian langsung pergi ke masjid untuk salat tarawih bersama-sama.

Dalam doanya Hasna mengucapkan rasa syukur karena telah diberikan beberapa rezeki yang berlebih untuk hari ini.

Ia juga mendoakan suaminya, agar pekerjaan yang ditawarkan Ibu mertuanya bisa di isi oleh suaminya dan mendapatkan pekerjaan yang layak selain menjadi tukang parkir.

Hasna meminta juga satu hal kepada penciptanya supaya ia diberikan satu kali kesempatan untuk bisa meluluhkan hati keluarga suaminya.

Bab terkait

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    5. Hasna dan Kehidupannya

    Hari ini, Hasna pergi ke pasar untuk membeli ber macam-macam bahan untuk keperluan memasak besok di hari lebaran. Ia telah memiliki tabungan yang telah ia kumpulkan selama hampir sebulan ini. Uang yang telah ia kumpulkan memang sengaja ia gunakan untuk hari ini supaya bisa membeli keperluan untuk hari lebaran besok. Ia pergi dari rumah dari pukul 05.00 pagi agar ia bisa kebagian semuanya, semua harga sayuran dan juga bumbu serta sesuatu yang akan ia beli harganya sudah pada naik. Pertama masuk pasar, ia membeli sayuran, bumbu-bumbu, barulah ia membeli ayam meskipun dengan harga yang cukup tinggi tetapi ia membelinya juga. Hasna telah merencanakan jauh-jauh hari, belanjaan apa saja yang akan ia beli dan hasilnya semuanya bisa sesuai dengan rencananya. Ia bisa membeli semua yang ada dalam daftar keinginannya dan uang yang ia bawa melebihi dari cukup. Ia hanya membeli ayam sebanyak 1 kg saja karena memang harganya sudah termasuk cukup tinggi dan tabungannya hampir menipis. Setelah

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    6. Hasna Dan Hari Lebaran

    Malam ini Hasna dan kedua anaknya dan juga bersama dengan suaminya, pergi ke toko baju untuk memilih beberapa baju yang telah dijanjikan kepada kedua anaknya.Mereka pergi ke sana dengan berjalan kaki, karena meski jaraknya sedikit jauh tetapi untuk menaiki motor sepertinya tidak cukup mengingat anak-anaknya sudah besar.Farhan hanya memiliki sebuah motor saja dan itu tidak mungkin mereka membawa keempat penumpang dalam satu motor. Maka diputuskan lah mereka hanya jalan kaki saja.Risa dan juga Raihan sangat menikmati perjalanannya menuju ke toko baju. Mereka terlihat sangat bersemangat mengingat tujuan mereka pergi adalah untuk membeli baju lebaran.Hasna memilih satu toko baju yang menurutnya harganya benar-benar murah dan terjangkau dengan isi dompetnya.Ia menanyakan kepada Risa mengenai warna dan model baju yang akan ia pilih untuk hari besok saat mereka bersilaturahmi."Risa, kamu mau yang mana, Nak. Coba pilih satu atau dua supaya Ibu bisa memilih dan menentukan mana yang cocok

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    7. Hasna dan Kue Lebaran

    "Risa, Raihan kuenya dicicipi, kalian beli baju baru berapa?" tanya Bu Sadi.Risa pun menjawab pertanyaan neneknya, "Alhamdulillah, kemarin beli dua, Nek," jawab Risa dengan riang.Raihan mencolek tangan adiknya supaya tidak terlalu sombong meskipun mereka membeli dua baju lebaran."Risa nggak boleh gitu meskipun bajunya ada dua tetapi kamu tidak boleh sombong,"Bu Sadi hanya tertawa melihat keduanya, ia pun mengambil sepotong kue kemudian memakannya.Ia melirik tajam ke arah Hasna yang sedang terduduk diam di ujung kursi tanpa ia tawari sedikitpun kue-kue yang ada di depan matanya.Matanya tak mau memberikan kesempatan pada menantunya untuk melihatnya tersenyum, karena ia terus menatap tajam.Kue lebaran yang banyak disajikan di atas meja tamu sepertinya tak ingin sampai menantunya menyentuhnya meski sekedar untuk mencicipi saja. "Pekerjaan mu bagaimana, Han?" tanyanya pada sang putra yang mengajaknya bicara.Farhan menunduk dan mengatakan jika untuk menjelang lebaran mendapatkan ha

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    8. Hasna dan Suaminya

    Pagi itu setelah satu bulan mereka berlebaran, Hasna kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa. Ia mulai mencari pekerjaan sampingan karena ternyata Farhan mulai sepi hasil parkirnya. Hari ini bahkan suaminya tak mendapat hasil apapun padahal listrik dan air belum dibayarkan. Ia banyak bertanya pada temannya tentang info lowongan kerja bagi seorang ibu rumah tangga sepertinya.Ada satu pekerjaan yang menurutnya sangat sesuai dan ia rencananya akan minta ijin pada Farhan tentang pekerjaan yang akan ia daftarkan besok.Ketika hari sudah sore, ia menunggu suaminya pulang dan kedua anaknya baru saja pulang mengaji. Mereka mengatakan padanya kalau mendapat nilai yang bagus dan diberi hadiah berupa uang lima ribu rupiah."Kalian diberi uang?" tanya Hasna tak percaya.Risa mengangguk dan tersenyum memamerkan uangnya. Begitu juga dengan Raihan, ia malah lebih besar lagi, sepuluh ribu rupiah katanya."Alhamdulillah, simpan uang kalian. Oh ya, makan dulu, ya. Ibu masak sayur asem,""Bu, ini

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    1. Hasna dan Keluarga

    Hari ini ia tidak bisa memasak apapun kecuali hanya bisa membeli kecap satu sachet, tempe satu potong berukuran sedang dan juga garam untuk menambah rasa pada bumbu.Hasna menahan sakit perutnya karena ia belum makan sedari tadi.Dari kemarin ia sudah berpuasa dan hari ini ia tidak bisa berpuasa karena sedang datang bulan yang baru saja keluar tadi pagi.Hasna pulang dengan disambut teriakan kedua anaknya yang masih kecil-kecil mereka melompat kegirangan mengira dia membawa makanan.Kedua anak Hasna yaitu Raihan yang berumur 7 tahun dan Risa yang berumur 5 tahun."Hore! Ibu pulang ... Ibu pulang."Kedua anak Hasna sangat senang ketika ia pulang tetapi ketika melihat kantong plastik yang berisi bumbu dan juga tempe saja mereka langsung cemberut dan meninggalkan kantong plastik itu di atas meja."Yahh ... Ibu nggak bawa makanan padahal kami sudah lapar, Bu,"Hasna tersenyum menanggapi ucapan Raihan barusan. Sedangkan anak perempuannya Risa mau nasehati kakaknya agar tidak mengeluh karen

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    2. Hasna dan Tetangga

    Angin dingin terasa merasuk hingga ke dalam tulang saat cuaca sedang begitu dingin. Rumah Hasna yang begitu kecil tampak seperti terombang ambing kena angin yang lumayan kencang.Ia menutup jendelanya dengan rapat kemudian mengepel lantai yang basah kena air tetesan hujan.Saat siang begini, Raihan dan Risa sedang tidur di kamarnya. Sedangkan Hasna tidak bisa tidur karena ia baru selesai mencuci pakaian.Karena di luar masih hujan maka ia putuskan untuk membiarkan dulu bilasan terakhir dan ia keringkan kemudian ditaruh di atas ember yang diberi penyangga di bawahnya agar airnya bisa tersaring.Nanti malam adalah malam pertama umat Islam melaksanakan salat tarawih bersama untuk pertama kalinya di tahun ini.Hasna sudah menyiapkan mukena dan juga sarung yang sudah dicuci dan diberi pewangi supaya anak-anaknya lebih bersemangat lagi melaksanakan salat tarawih.Sarung untuk Farhan juga sudah ia siapkan dan semuanya sudah bersiap-siap saat menjelang jam setengah tujuh.Risa lebih dulu bera

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    3. Hasna dan Ipar

    Hari ini hari kedua mereka berpuasa, Hasna sudah menyiapkan masakan untuk mereka berbuka dan juga minuman teh hangat sebagai pembukanya.Piring dan sendok sudah dijajarkan sedemikian rupa di atas meja yang mereka sebut dengan meja makan, meskipun bentuknya tidak seperti meja makan seperti umumnya."Risa, Raihan, ayo kita bersiap-siap untuk berbuka! Kalian duduk di depan meja makan ya, supaya kita bisa langsung berbuka nanti,"Kedua anaknya pun langsung mendekat dan duduk di kursi yang sudah disediakan oleh Hasna.Tetapi mereka bertanya-tanya kenapa ayah mereka belum pulang juga."Ayah kalian mendapat giliran sore hari sampai waktu isya nanti, sehingga sekarang belum pulang," jawab Hasna.Kedua anaknya pun mengangguk dan mengerti bahwa pekerjaan ayahnya itu memang kadang mendapat giliran untuk parkir saat pagi ataupun siang dan juga bisa sore hari.Risa menunggu sambil memukul-mukul meja, begitu juga dengan Raihan mereka berdua kompak saling membunyikan meja dengan ketukan-ketukan yang

Bab terbaru

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    8. Hasna dan Suaminya

    Pagi itu setelah satu bulan mereka berlebaran, Hasna kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa. Ia mulai mencari pekerjaan sampingan karena ternyata Farhan mulai sepi hasil parkirnya. Hari ini bahkan suaminya tak mendapat hasil apapun padahal listrik dan air belum dibayarkan. Ia banyak bertanya pada temannya tentang info lowongan kerja bagi seorang ibu rumah tangga sepertinya.Ada satu pekerjaan yang menurutnya sangat sesuai dan ia rencananya akan minta ijin pada Farhan tentang pekerjaan yang akan ia daftarkan besok.Ketika hari sudah sore, ia menunggu suaminya pulang dan kedua anaknya baru saja pulang mengaji. Mereka mengatakan padanya kalau mendapat nilai yang bagus dan diberi hadiah berupa uang lima ribu rupiah."Kalian diberi uang?" tanya Hasna tak percaya.Risa mengangguk dan tersenyum memamerkan uangnya. Begitu juga dengan Raihan, ia malah lebih besar lagi, sepuluh ribu rupiah katanya."Alhamdulillah, simpan uang kalian. Oh ya, makan dulu, ya. Ibu masak sayur asem,""Bu, ini

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    7. Hasna dan Kue Lebaran

    "Risa, Raihan kuenya dicicipi, kalian beli baju baru berapa?" tanya Bu Sadi.Risa pun menjawab pertanyaan neneknya, "Alhamdulillah, kemarin beli dua, Nek," jawab Risa dengan riang.Raihan mencolek tangan adiknya supaya tidak terlalu sombong meskipun mereka membeli dua baju lebaran."Risa nggak boleh gitu meskipun bajunya ada dua tetapi kamu tidak boleh sombong,"Bu Sadi hanya tertawa melihat keduanya, ia pun mengambil sepotong kue kemudian memakannya.Ia melirik tajam ke arah Hasna yang sedang terduduk diam di ujung kursi tanpa ia tawari sedikitpun kue-kue yang ada di depan matanya.Matanya tak mau memberikan kesempatan pada menantunya untuk melihatnya tersenyum, karena ia terus menatap tajam.Kue lebaran yang banyak disajikan di atas meja tamu sepertinya tak ingin sampai menantunya menyentuhnya meski sekedar untuk mencicipi saja. "Pekerjaan mu bagaimana, Han?" tanyanya pada sang putra yang mengajaknya bicara.Farhan menunduk dan mengatakan jika untuk menjelang lebaran mendapatkan ha

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    6. Hasna Dan Hari Lebaran

    Malam ini Hasna dan kedua anaknya dan juga bersama dengan suaminya, pergi ke toko baju untuk memilih beberapa baju yang telah dijanjikan kepada kedua anaknya.Mereka pergi ke sana dengan berjalan kaki, karena meski jaraknya sedikit jauh tetapi untuk menaiki motor sepertinya tidak cukup mengingat anak-anaknya sudah besar.Farhan hanya memiliki sebuah motor saja dan itu tidak mungkin mereka membawa keempat penumpang dalam satu motor. Maka diputuskan lah mereka hanya jalan kaki saja.Risa dan juga Raihan sangat menikmati perjalanannya menuju ke toko baju. Mereka terlihat sangat bersemangat mengingat tujuan mereka pergi adalah untuk membeli baju lebaran.Hasna memilih satu toko baju yang menurutnya harganya benar-benar murah dan terjangkau dengan isi dompetnya.Ia menanyakan kepada Risa mengenai warna dan model baju yang akan ia pilih untuk hari besok saat mereka bersilaturahmi."Risa, kamu mau yang mana, Nak. Coba pilih satu atau dua supaya Ibu bisa memilih dan menentukan mana yang cocok

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    5. Hasna dan Kehidupannya

    Hari ini, Hasna pergi ke pasar untuk membeli ber macam-macam bahan untuk keperluan memasak besok di hari lebaran. Ia telah memiliki tabungan yang telah ia kumpulkan selama hampir sebulan ini. Uang yang telah ia kumpulkan memang sengaja ia gunakan untuk hari ini supaya bisa membeli keperluan untuk hari lebaran besok. Ia pergi dari rumah dari pukul 05.00 pagi agar ia bisa kebagian semuanya, semua harga sayuran dan juga bumbu serta sesuatu yang akan ia beli harganya sudah pada naik. Pertama masuk pasar, ia membeli sayuran, bumbu-bumbu, barulah ia membeli ayam meskipun dengan harga yang cukup tinggi tetapi ia membelinya juga. Hasna telah merencanakan jauh-jauh hari, belanjaan apa saja yang akan ia beli dan hasilnya semuanya bisa sesuai dengan rencananya. Ia bisa membeli semua yang ada dalam daftar keinginannya dan uang yang ia bawa melebihi dari cukup. Ia hanya membeli ayam sebanyak 1 kg saja karena memang harganya sudah termasuk cukup tinggi dan tabungannya hampir menipis. Setelah

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    4. Hasna dan Mertua

    Siang hari yang begitu terik membuat keringat bercucuran di saat Hasna harus menyalakan kipas anginnya.Kedua anaknya baru saja bangun tidur dan mereka langsung bermain bersama.Tetapi teman Risa datang sehingga Raihan kini bermain sendirian saja. Seperti biasanya, ia tidak mau untuk bermain di luar, paling nanti ada temannya yang datang untuk mengajaknya bermain dan dia akan mengajaknya bermain di dalam rumah saja.Begitulah Raihan sifatnya agak susah dibandingkan dengan Risa yang mudah bergaul dengan temannya.Hasna menyalakan kipas angin untuk kemudian diputar ke segala arah supaya anaknya juga mendapatkan angin yang lumayan agar tidak kepanasan.Sudah hari ke-4 mereka berpuasa dan semuanya belum ada yang bolong ataupun batal puasanya.Hasna masih ingat betul ketika siang hari kemarin ini saat ibu mertuanya datang bagaimana mereka mengatakan bahwa rumah mereka ini sangatlah kecil.Tapi meskipun begitu Hasna sangat bersyukur ia masih memiliki rumah yang bisa ia tinggali dan miliki da

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    3. Hasna dan Ipar

    Hari ini hari kedua mereka berpuasa, Hasna sudah menyiapkan masakan untuk mereka berbuka dan juga minuman teh hangat sebagai pembukanya.Piring dan sendok sudah dijajarkan sedemikian rupa di atas meja yang mereka sebut dengan meja makan, meskipun bentuknya tidak seperti meja makan seperti umumnya."Risa, Raihan, ayo kita bersiap-siap untuk berbuka! Kalian duduk di depan meja makan ya, supaya kita bisa langsung berbuka nanti,"Kedua anaknya pun langsung mendekat dan duduk di kursi yang sudah disediakan oleh Hasna.Tetapi mereka bertanya-tanya kenapa ayah mereka belum pulang juga."Ayah kalian mendapat giliran sore hari sampai waktu isya nanti, sehingga sekarang belum pulang," jawab Hasna.Kedua anaknya pun mengangguk dan mengerti bahwa pekerjaan ayahnya itu memang kadang mendapat giliran untuk parkir saat pagi ataupun siang dan juga bisa sore hari.Risa menunggu sambil memukul-mukul meja, begitu juga dengan Raihan mereka berdua kompak saling membunyikan meja dengan ketukan-ketukan yang

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    2. Hasna dan Tetangga

    Angin dingin terasa merasuk hingga ke dalam tulang saat cuaca sedang begitu dingin. Rumah Hasna yang begitu kecil tampak seperti terombang ambing kena angin yang lumayan kencang.Ia menutup jendelanya dengan rapat kemudian mengepel lantai yang basah kena air tetesan hujan.Saat siang begini, Raihan dan Risa sedang tidur di kamarnya. Sedangkan Hasna tidak bisa tidur karena ia baru selesai mencuci pakaian.Karena di luar masih hujan maka ia putuskan untuk membiarkan dulu bilasan terakhir dan ia keringkan kemudian ditaruh di atas ember yang diberi penyangga di bawahnya agar airnya bisa tersaring.Nanti malam adalah malam pertama umat Islam melaksanakan salat tarawih bersama untuk pertama kalinya di tahun ini.Hasna sudah menyiapkan mukena dan juga sarung yang sudah dicuci dan diberi pewangi supaya anak-anaknya lebih bersemangat lagi melaksanakan salat tarawih.Sarung untuk Farhan juga sudah ia siapkan dan semuanya sudah bersiap-siap saat menjelang jam setengah tujuh.Risa lebih dulu bera

  • Sepuluh Ribu Terakhir Untuk Hasna    1. Hasna dan Keluarga

    Hari ini ia tidak bisa memasak apapun kecuali hanya bisa membeli kecap satu sachet, tempe satu potong berukuran sedang dan juga garam untuk menambah rasa pada bumbu.Hasna menahan sakit perutnya karena ia belum makan sedari tadi.Dari kemarin ia sudah berpuasa dan hari ini ia tidak bisa berpuasa karena sedang datang bulan yang baru saja keluar tadi pagi.Hasna pulang dengan disambut teriakan kedua anaknya yang masih kecil-kecil mereka melompat kegirangan mengira dia membawa makanan.Kedua anak Hasna yaitu Raihan yang berumur 7 tahun dan Risa yang berumur 5 tahun."Hore! Ibu pulang ... Ibu pulang."Kedua anak Hasna sangat senang ketika ia pulang tetapi ketika melihat kantong plastik yang berisi bumbu dan juga tempe saja mereka langsung cemberut dan meninggalkan kantong plastik itu di atas meja."Yahh ... Ibu nggak bawa makanan padahal kami sudah lapar, Bu,"Hasna tersenyum menanggapi ucapan Raihan barusan. Sedangkan anak perempuannya Risa mau nasehati kakaknya agar tidak mengeluh karen

DMCA.com Protection Status