Romi mengantar Zimba pulang ke kost. Zimba mengajak Romi makan sate dulu sebelum pulang ke rumahnya. Mereka berjalan kaki dari gang menuju kost, Zimba ingin melarikan diri saat melihat Kakaknya namun ada juga Ibu dan Ayah Zimba di sana. Zimba menyuruh Romi untuk pulang saja.
“Mengapa kalian duduk di situ seperti menunggu sembako?” Ucap Zimba dengan suara datar. “Ibu ngapain datang ke sini? Tumben!” Ratna yang sangat kesal dengan sambutan cetus Zimba. “Dasar anak durhaka!” Menampar wajah kiri Zimba. “Bisa ngk sekali jangan mempermalukan aku di tempat umum? Ini tempat kost banyak orang. Kamu harus sedikit paham!” Jawab Zimba nada tinggi. “Berani kau sekarang yah!” Menjambak rambut Zimba. Suasana semakin riuh. Mereka berdua saling menjambak rambut satu sama lain. Orang tuanya berusaha memisahkan tetapi tidak mempan karena bantuan Romi ikut menarik Zimba baru berhasil. “Kenapa kamu belum pulang?” Bisik Zimba kepada Romi. Romi tidak menjawab. Romi menyuruh Zimba untuk segera masuk ke dalam kost untuk menyelesaikan kekeluargaan mereka. Ibunya menarik tangan Zimba untuk segera membuka kamar kostnya. Zimba tidak mau menunjukkan arah kamarnya. Zimba memegang erat tangan Romi memberi kode bahasa nonverbal mengarahkan telunjuknya ke arah pagar. Langkah kaki yang sudah siaga untuk berlari. Romi yang hampir tersungkur saat berlari membuat kecepatan untuk melarikan diri menjadi lambat. Ratna yang cepat kilat membuka sepatu hak tingginya untuk menghentikan mereka. Ratna yang ingin sengaja memukul kepala Zimba dengan hak tingginya terpleset ke kepala Romi. Zimba mendorong Ratna lalu meraih tangan Romi meninggalkan kost itu. Zimba tidak peduli membuka kemejanya hanya memakai tanktop demi menutup luka kepala Romi. Zimba cepat-cepat memesan go car membawa Romi ke rumah sakit. Romi dibawa suster ke ruang UGD karena luka di kepala Romi lumayan dalam. Morgan pun langsung datang ke rumah sakit sudah dikabari oleh Zimba sebelumnya. Semakin melihat raut wajah Morgan terlukis dengan kekhawatiran yang dalam terhadap adiknya, Zimba pun semakin bersalah. Setelah dokter selesai mengobati luka Romi. Mereka berdua diperbolehkan masuk ke dalam. Zimba meminta maaf sebesar-besarnya kepada Morgan telah membuat adiknya terluka. Romi juga ikut meminta maaf karena sudah ikut campur dengan urusan keluarganya. Zimba justru sangat berterima kasih kepada Romi sudah membantunya. Suasana di ruangan itu seperti canggung karena saling menyalahkan diri masing-masing. Morgan menghentikan mereka berdua untuk tidak saling merasa bersalah. Zimba merasa dirinya tidak berguna selalu membawa temanya ke lubang bersama. Zimba berpamitan untuk meninggalkan rumah sakit. Romi menghentikan Zimba pulang ke kost, mengajak untuk tinggal sementara di rumahnya. Morgan yang masih kebingungan karena belum tau masalah yang terjadi. Morgan mengajak Zimba keluar dari ruang pasien. Zimba menceritakan semua kejadian itu kepada Morgan. Mendengar semua cerita Zimba membuat emosinya semakin marah. Zimba menangis karena tidak tau mau berbuat apa lagi. Morgan memeluk Zimba menupuk-nepuk pundaknya. Morgan juga ikut mengajak Zimba untuk ikut pulang bersama ke rumah mereka. Romi langsung bisa pulang ke rumah karena tidak perlu di operasi. Mereka bertiga pergi meninggalkan rumah sakit. Romi meminta abangnya untuk menjemput Bob dan Irwan terlebih dahulu. Romi masih merasa pusing menggunakan kesempatanya bermanja kepada Zimba. Romi membaringkan tubuhnya ke pangkuan Zimba. Zimba tidak bisa mengalah walau ada Morgan di depan sedang menyetir. Zimba mengelus pelan-pelan kepala Romi sesekali menghembus-hembus luka Romi. Dunia seperti milik berdua ketika Romi haus Zimba sigap memberikan minum. Ketika merasa lapar Zimba menyuapi makanan ke mulut Romi. Begitulah sepanjang perjalanan menuju ke rumah tingkah Romi sangat manja. Membuat Irwan, Bob, dan Morgan geleng-geleng kepala. Morgan yang sudah memendam cemburu juga ikut pura-pura bahagia saja asalkan adiknya senang. Sesampainya di rumah Romi membawa baskom berisi air hangat untuk menyeka keringat-keringat dari badan Romi. Masih tahap mengelap muka, Morgan masuk ke dalam meminta dirinya saja yang melanjutkan. Selesai membersihkan tubuh Romi. Morgan mengajak Zimba untuk ke lantai 3. Zimba melihat-lihat sekitar dulu agar tidak terjadi kecurigaan. Saat waktunya sudah pas Zimba menuju kamar Morgan. Morgan mencurahkan dendam cemburunya semua di sana. Zimba malah tertawa lalu mencubit hidung Morgan. “Dasar tukang cemburu.” Keluar meninggalkan Morgan sendiri. Morgan menarik tangan Zimba dari pintu memeluk dan mencium bibirnya. “Aku kangen sama mu sayang.” “Kangen dibelaianku ku atauuuuu” Ucap Zimba menggoda Morgan. “Kangen kamu dan semuanya.” Jawab Morgan memeluk erat kekasihnya. Mereka turun ke bawah karena masih banyak pekerjaan yang masih di kerjakan. Zimba mengajak Morgan untuk memasak bubur dan juga makan malam. Sebenarnya pembantu mereka ada tetapi Zimba ingin memasak sendiri karena tau Romi sangat suka dengan masakannya. Memasak bareng pacar itu kencan yang sangat romantis menurut Zimba. Pertama kalinya Morgan melihat Zimba memasak semakin menggemaskan. Terkadang Morgan mencuri kesempatan mencium dan menjahili Zimba. Zimba pun tidak mau kalah ikut juga menjahili Morgan. Saat kedua tangan Morgan aktif bekerja di situlah Zimba memainkan aksi tangan nakalnya memegang kemaluan Morgan. Morgan juga menunggu aksi nakalnya tetapi Zimba tetap memantau supaya tidak terjerat terkaman Morgan. Zimba membalikkan ikan yang di goreng, Morgan siap memangsa menggesek itunya ke bokong Zimba. Sudah tidak tertahan lagi saat bibir mereka ingin mendarat Irwan tiba-tiba nongol mengambil air minum. Untung masih bisa terkendali. Mereka berdua hampir terciduk. Zimba dan Morgan pura-pura melanjutkan proses masakannya. Setelah Irwan pergi mereka melanjutkan cumbunya karena nafsu sudah tidak tertahan lagi. Morgan duduk dibawah meja sedangkan Zimba memotong-motong sayur di atas meja. Morgan mengambil alih mengaduk rawa-rawa Zimba dengan jarinya. Tak hanya sampai di situ juga lidah Morgan sudah tenggelam menyusuri samudra milik Zimba. Selalu ada saja gangguan. Romi tiba-tiba nongol. “Masak apa Zim?” Tanya Romi masih dalam keadaan ngantuk-ngantuk karena masih baru bangun tidur. “Masak bubur untuk mu. Bentar lagi mau siap kok. Tunggu saja di kamar mu. Nanti aku akan membawanya ke sana.” Bujuk Zimba. “Enggak mau. Pengen lihat kamu masak.” Menghampiri Zimba. Zimba langsung bergerak mendekati Romi sebelum ia mendekatinya karena Morgan sedang bersembunyi di bawah. Zimba memaksa Romi membawanya ke kamar kembali untuk istrahat saja. Semua sudah hampir selesai. Zimba menghidangkan semua di atas meja untuk makan bersama. Morgan memanggil adiknya begitu juga Irwan dan Bob. Mereka berkumpul menikmati makanan masing-masing tidak puas kalua mereka berempat makan sembari bercerita baik itu tentang gosip kadang curhatan. Morgan yang beda circle pertemanan hanya sebagai pendengar saja. Irwan mengajak Zimba dan Bob berenang sedangkan Romi belum bisa karena lukanya masih diperban. Sebenarnya Zimba ingin menolak karena tidak pintar berenang tetapi karena Zimba juga ingin merasakan kolam berenang orang kaya seperti apa rasanya. Morgan ingin memberikan baju renangnya ternyata Zimba sudah memakai baju renang milik Romi. Mereka sudah masuk ke dalam kolam. Romi hanya duduk di pinggir kolam sembari memvideokan temannya. Morgan yang memantau Zimba dari kamarnya. Zimba masih takut-takut tidak berani ke tengah kolam. Bob memberikan tanganya untuk membantu Zimba berenang.Rasa cemburu Morgan semakin menyala. Morgan ikut turun berenang. Romi sempat tidak menyangka abangnya mau ikut bergabung dengan mereka karena yang ia tau abangnya tidak suka berenang dengan siapa pun. Zimba sudah menduga kalua Morgan akan datang. Zimba pura-pura biasa saja melanjutkan latihan berenangnya bersama Bob. Jiwa perempuan Irwan muncul saat melihat tubuh Morgan yang kekar dan seksi. Irwan menggoda Morgan yang pikiranya sedang dilanda cemburu.Bob kewalahan saat menyokong Zimba berenang membuat Zimba hampir tenggelam. Morgan yang secepat kilat langsung menolong Zimba sebenarnya tidak begitu parah hanya Morgan yang terlalu panik saja. Mereka bertiga sampai heran melihat aksi dari Morgan.Zimba melepaskan tangan Morgan melanjutkan renangnya. Zimba yang salah tingkah tidak sadarkan diri berenang ke area kolam yang dalam membuatnya tenggelam lagi. Lagi-lagi semua temanya terkejut untung saja Morgan selalu ada menolongnya. Morgan menyuruh mereka untuk tidak berenang lagi. Semua k
Melihat isi surat, Romi mengambil ponselnya untuk menghubungi Zimba sedangkan Morgan mengambil kunci mobil bergegas mencari Zimba. Bob dan Irwan ikut kebingan melihat mereka berdua seperti takut kehilangan padahal hanya ke pasar saja.........Morgan selalu mendapat nilai yang bagus orang tuanya menghadiahkan vila. Untuk merayakannya, mereka sekeluarga pergi jalan-jalan ke vila. Saat itu Romi masih kelas 2 SMP, Morgan Kelas 3 SMA karena belum banyak tau daerah vila itu Romi dan Morgan pergi jalan-jalan tanpa berpamitan. Lama kemudian mereka nyasar bukan hanya itu saja mereka berdua kena rampok barang-barang dan duit habis diambil. Semenjak kejadian itu Morgan dan Romi truma tidak pernah pergi ke area pasar. Morgan bergegas menyetir mobilnya Romi yang tidak sempat ikut hanya menunggu di vila berharap Zimba tidak kenapa-kenapa. Sepanjang perjalanan Morgan melihat kiri dan kanan jalan ternyata Zimba tidak ada. Sesampainya di pasar ikan masih saja belum ketemu. Morgan semakin khawatir di
Morgan menyuruh Romi dan Irwan segera memersihkan diri ke kamar mandi. Mereka berdua memutuskan mandi bersama bukan hanya di wajah saja penuh tinta pakaian juga ikut mengenainya. Romi dan Irwan tertawa-tawa di dalam kamar mandi saling membandingkan satu sama lain piala siapa paling besar. Suara dari kamar mandi umum terdegar ke dapur juga kamar Zimba membuat mereka ikut tertawa mendengar cerita Irwan dan Romi. “Dasar bocil!” Ucap Morgan menggeleng-geleng kepalanya. Morgan mengambil alih memasak dibantu oleh Bob. Zimba yang ingin keluar hanya saja merasa enggan masih berharap dirinya dipanggil. Romi dan Irwan membuat kompetisi di kamar mandi. “Pertandingan akan segera kita mulai. Babak final ini dihadiri oleh dua peserta yaitu Romi dan Irwan….. Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah.” Sambut Irwan berperan sebagai pembawa acara. “Hadiah yang akan direbutkan ada gayung, sabun mandi, handuk, gosok gigi, dan lain-lain. Para dewan juri kami persilahkan untuk memulai p
Morgan mengeluarkan obat kuat dari kopernya yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Morgan melakukan aksinya mengikat tangan Zimba ke area tempat tidur. Melebarkan selangkangan Zimba. Morgan mulai mengarungi lembah milik Zimba dengan mulutnya. Ujung lidahnya menari-nari di gua Zimba. Morgan sudah merasa puas dilanjut aksi berikutnya memasukkan buah pisangnya. Goyangan itu semakin terasa membuat Zimba terbangun. Zimba bukan marah justru ikut menikmatinya. Zimba malah menyuruh Morgan lebih kuat lagi menggoyang. Mereka sangat berkesempatan di saat yang lain sedang tidur karena mabuk. Tidak akan kedengaran dari lantai satu. Suara au au au au au mereka semakim kencang. Posisi atas di ganti oleh Zimba. Bagian ini adalah part yang sangat disukai Morgan karena goyangan Zimba sangat enak sampai menusuk ke ubun-ubun. Posisi diganti dengan gaya gunting mengambil klimaks namun tak kunjung puas juga posisi diganti dengan gaya helikopter baru sangat memuaskan. Malam ini adalah malam terpanjang merek
Bob dan Irwan sangat panik segera menghentikan Romi memukul abangnya. “Dasar dua saudara yang bodoh!” Kata Zimba keluar dari mobil pergi meninggalkan mereka.Romi ikut berlari mengikuti Zimba. Bob dan Irwan mengekor juga dari belakang. Zimba tiba-tiba berhenti sampai mereka tersungkur di punggung Zimba. “Kamu kenapa sih Rom? Kamu bodoh juga yah sama seperti abang kamu?” Mengalihkan tangan Zimba ingin juga memukul Romi.“Sudahlah Zim. Kita di sini main-main loh.” Bob menghentikan Zimba.“Kalian yang memulai inikan?” Zimba semakin mengamuk.“Kalian pulang saja aku mau sendiri saja di sini.” Lanjut Zimba.“Tidak usah bertengkar lagi. Kalian mau menyia-nyiakan waktu ini? Sebelum datang ke sini impian kita apa? Bermain jetski barengkan? Apa lagi kamu Zim itu mimpi mu sudah lama. Kamu mau membatalkan?” Bujuk Irwan menenangkan mereka.“Tidak mau.” Serentak Zimba, Romi dan Bob menjawab. Suasan itu pun kembali mereda. Sebelum melanjutkan permainan mereka. Romi meminta maaf sangat menyesal
“Ibu sekarang sudah di mana Rom?” “Ibu sudah tinggal di luar negeri bersama selingkuhan bulenya. Tidak usah ditanya lagi sudah lama tidak kabar dengan Ibu.” Romi membuka pintu mobil.“Lama tidak bertemu yah Pak Dona. Maaf baru bisa salam sekarang tadi tidak sempat saat berada di dalam. Wahh…. sudah lama juga yah sampai anak saya kuliah masih tetap setia mengemban tugas.” Ujarnya ke supir yang sudah menemani dari Romi mulai dari SD hingga sekarang. Sepanjang perjalanan Ayah Romi dan Pak Dona bercerita masa lalu. Mereka berempat hanya sebagai pendengar.Tiba di pusat perbelanjaan Romi juga ikut mengajak teman-temanya keluar. Romi menyuruh Ayahnya memilih pakaian, sepatu dan semua kebutuhan yang diperlukan. Ayahnya tidak banyak memilih hanya satu pasang pakaian dan sandal saja. Romi justru memborong banyak untuk Ayahnya selagi masih berjumpa. Romi tidak tau hari berikutnya akan jarang bertemu. Romi menanyakan Ayahnya kebutuhan apa lagi yang kurang tetapi tetap jawaban Ayahnya tidak ad
Zimba menyuapi Morgan sampai kenyang sembari juga ikut makan. Badan Morgan sangat kegerahan meminta bantuan ke Zimba untuk membantunya memandikan. Zimba membuka semua pakaian Morgan membawa ke kamar mandi. “Sayang pengen…” Dengan manjanya Morgan membujuk Zimba untuk membuka pakaianya juga.Zimba menyentil kening Morgan. “Pikirkan dulu kesehatan mu baru nanti aku kasih.” Zimba mengelap badan Morgan dengan hati-hati agar tidak mengenai lukanya, karena pakaian Morgan tidak ada di situ Zimba harus ke lantai tiga mengambilnya.Siapa yang tidak tergoda ketika melihat Morgan terbaring di atas tempat tidur buah pisangnya menjulang tinggi. Zimba menghilangkan pikiran itu dulu fokus dengan kesembuhan Morgan. Zimba memakaikan celana dalam Morgan. Morgan menolak, dirinya ingin telanjang bulat saja. Zimba memberikan obat Morgan. Entah kenapa tangan nakal Morgan selalu meraba-raba bokong Zimba yang montok. Batas kesabaran Zimba tidak tahan juga. Zimba membuka pakaianya. Mereka berdua mulai melaks
“Bob bonceng kamu yah Zim. Aku sama Irwan enggak searah ke kost mu. Kami dari jalan tikus. Takut macet dari jalan biasa.” Romi menghidupkan motornya siap-siap berangkat pulang.“Tidak usah. Duluan aja kalian pulang. Aku mau ke pasar dulu.” Zimba mencari alasan tidak pulang ke kostnya lagi.“Kami antar saja kamu ke pasar.” Romi tidak mau membiarkan Zimba pergi sendirian melihat Julius seperti ingin mengikutinya.“Dekat kok Rom. Tinggal jalan kaki.” “Yah sudah Zim. Aku juga rencana mau jemput pacarku.” Kata Bob.“Hati-hati yah kalian.” Ujar Zimba.“Oke. Kamu juga Zim.” Serentak mereka bertiga menjawabnya.Zimba masih menunggu grabnya datang. Julius samperin Zimba mengajak supaya diantar ke tujuannya. Zimba menolak karena sudah memesan grabnya. Julius tetap bersikeras menawarkan untuk diantar. “Grabnya sudah jalan menuju ke sini tidak bisa ditolak lagi bang.” Zimba melepaskan tangan Julius dari genggamannya.“Biar aku yang bayar kerugiannya jika grabnya sudah sampai.” Julius memaksa Zi
Zimba termenung seandainya Morgan hadir pasti akan semakin seru lagi. Sampai kapan kerinduannya itu terus tertahan. Zimba tidak sadar sudah meminum beberapa gelas sampai kepalanya sudah mulai pusing. Irwan dan Romi masih asyik berjoget. Ini kesempatan besar untuk pria gatal itu menggodanya. Zimba tidak memberontak tetapi tertelan dengan godaan pria licik itu. "Kamu lagi kesepian yah???" Kata pria itu menyodorkan minuman ke Zimba. "Kamu????? Kamu siapa????" Zimba sudah mabuk. "Aku di sini mau menolong mu." Pria itu mengajak Zimba ke tempat lain. "Kita ke mana?" "Ke tempat paling nyaman." Pria itu membawa ke tempat khusus di mana para laki-laki dan wanita sedang mabuk-mabukan dan juga bermain-main kuda-kudaan. Pintu terbuka. Kumpulan mereka sangat terpana, kali ini mangsanya berbeda sangat mulus, cantik dan montok. Zimba diletakkan di tengah para laki-laki untuk menggodanya diajak minum sampai benar-benar mabuk jika bisa sampai pingsan. Berjalannya acara salah sa
Zimba merasakan belaian itu di seluruh tubuhnya. Nafsu Zimba sangat berapi-api ia juga membalas belaian itu ke Morgan. Mereka beradu cumbu mesra. Saatnya mereka akan beradu adegan. Bunyi-bunyi itu sangat nyaring terdengar. Zimba membuka matanya ternyata semua itu hanya mimpi. Zimba sangat berharap itu semua nyata. Zimba mengelus-elus wajah Morgan lewat ponselnya untuk melepas kerinduan. Untuk memulai aktivitasnya Zimba mandi terlebih dahulu. Kebiasaan di kostnya dulu setiap hari libur selalu merapikan tempat tidurnya. Zimba sudah terbiasa walau tinggal di rumah Morgan tetap jiwa itu melekat. Pagi yang cerah sangat cocok memasak pancake. Zimba mencari semua bahan-bahan yang dibutuhkan di kulkas dan lemari. Zimba mengerjakan semua dari pada mengajak mereka berdua nanti malah menambah pekerjaan lagi. Sedikit melelehkan tetapi Zimba sangat senang dalam hal memasak. Setelah pencakenya matang Zimba melanjutkan membuat susu. Semua sudah kelar Zimba membangunkan Romi dan Irwan. Mer
Ibu Bob sangat berharap Zimba berjodoh dengan anaknya. Sampai sekarang Ibunya masih salah paham terhadap Zimba dan Bob. Ibunya berpikir mereka pacaran. “Kapan kalian berdua minta restu sama Ibu? Selagi Ibu masih hidup.”“Restu apa mama? Tanya Bob.(Ibunya melirik ke Zimba.)“Mama jangan salah paham. Kami hanya sebatas teman saja.”“Ibu sudah ada calon menantu yang lain. He he he he.” Zimba tertawa supaya tidak tegang.“Siapa?”(Bob sudah membuat gerak-gerik untuk tidak diceritakan tentang pacarnya akan tetapi Zimba tetap membahasnya.)“Bob belum mengenalinya sama Ibu?” Lanjut Zimba.“Belum. siapa nak?.”"Ada Bu. Mahasiswa kam..." Bob menyumpal mulut Zimba untuk tidak melanjutkan perkataannya."Yah sudah tidak usah dilanjut." Ibunya menghentikan mereka.Bob masih belum ingin memperkenalkan pacarnya ke orang tuanya. Bob tidak ingin memberikan kekecewaan yang menurut dia itu masih dini untuk diberitahukan. Bob ingin orang tuanya hanya memandang kefokusannya dalam proses kuliah.....Mer
“Keren bangattttt.” Irwan tidak sabar membuka kotak kadonya. “Tas Hermes???” Irwan shok.“Yang ulang tahun siapa? Yang unboxing siapa?” Ibunya menarik telinga Irwan.“Iya iya Maaf mama.”“Oh iya. Ini anak pertama tante.” Memperkenalkan ke Zimba.Mereka saling salaman. Romi tidak perlu lagi karena sudah saling kenal. Jiwa kegatalan Zimba merana melihat saudara Irwan juga tak kalah dengan kagantengannya. “Kalian pasti sudah lapar kan? Tante tadi ada masak rendang sama ayam gulai.”“Tidak perlu repot-repot Tan. Kami tidak bisa lama-lama mau pergi ke rumah teman lagi. Orang tuanya lagi datang dari kampung jadi mau silaturahmi juga ke sana. Kamu ikut enggak?” Romi mengajak Irwan.“Ikutlah. Aku sekalian ke rumah Romi lagi nginap yah Ma. Tunggu dulu aku ganti baju” Irwan masuk ke dalam kamarnya.“Kalau begitu tante bungkus saja. Biasanya kamu suka rendang masakan tante.” “Iya. Tidak apa-apa Tan.”Ibu Irwan menyiapkan ke dapur. “Bagaimana pekerjaanya bang? Lancar?” Tanya Romi ke Ari abangn
Romi masih tetap membujuk Zimba agar tidak pulang.“Sampai besok saja kamu menemani aku. Nanti sore pekerja pulang karena besok libur.” Romi mengembalikan tas Zimba ke dalam kamar.“Kamu tinggal memerintahkan mereka. Sini tas ku.” Merampas tasnya.“Aku sudah bilang. Tidak perlu merasa bersalah. Pergi bukan jalan satu-satunya melupakan masalah ini. Kamu ngerti enggak??” Romi mengeluarkan sifat dewasanya.“Kamu tidak bisa pergi selama abang ku belum datang.” Tegas Romi lagi.(Zimba menangis.)“Sudah. Kamu tidak usah menangis.” Memeluk Zimba.“Hari ini kita lupakan saja Lebih baik kita memikirkan hari esok saja.” “Tumben kamu dewasa.” Zimba memukul pelan dada Romi.“Kamu istrahat saja. Nanti malam kita pergi ke rumah Irwan sekaligus ke tempat Bob.”“Ngapain ke sana?” “Mau kasih kado buat mama Irwan. Orang tua Bob kan sudah sampai, kita juga harus menyapanya. Aku mau istrahat juga yah.” Romi kembali ke kamarnya.……Sore menjelang malam pun tiba. Romi terbangun karena pembantu menggedor
Hari ini hari yang sangat membosankan. Zimba menyuguhkan susu dan roti untuk sarapan mereka. Romi sedang berenang Zimba pun membawanya ke sana. Cuaca yang gerah Zimba ingin ikut melompat ke kolam namun Zimba sedikit trauma dengan tragedi tenggelam.Romi sudah membujuk agar ikut saja nanti akan dibantu. Zimba masih tetap tidak mau. Semakin mendengar deruan air Zimba semakin ingin beranjak. Zimba pun mengganti pakaiannya ke rumah. Zimba hanya berenang di pingir-pinggir kolam yang terdangkal karena semakin ke tengah kolam akan semakin dalam. Romi memegang tangan Zimba melatihnya berenang. Pelan-pelan Romi membawa ke area terdalam kolam. Jika Zimba yang tenang tidak memikirkan hal negatif yang dapat mencelakainya semua bisa dilalui. Zimba heran kenapa dirinya bisa. Romi membanggakan dirinya semua berkat bantuannya. Zimba lagak berani sendiri berenang ehhhh masih belum jauh dirinya hampir tenggelam. Jika Romi tidak cepat menggapai tangannya bisa saja dia nyungsep.“Jangan berlagak pinta
Untuk menghentikan mereka Romi mengajak makan ramen kalau bukan mereka masih tetap berantam. “Siap makan kita belanja snack dulu yah.” Jajanan stok di rumah Romi sudah habis.“Oke.” Jawab mereka.“Main game dulu yok nanti.” Game yang Irwan maksud time zone.“Enggak! Capek!” Bentak Zimba.“Yah sudah kalau begitu.” Nada rendah Irwan menandakan takut kalau Zimba sudah serius marah.“Lain kali saja yah Wan.” Bob menolak lembut.Romi membayar ke kasir semua makanan yang mereka pesan. Romi memilih makanan ringan kesukaannya begitu juga Zimba membeli beberapa jenis kue-kuean. Bob dan Irwan tidak ikut lagi belanja. Mereka menunggu di kursi pembeli karena lumayan capek tidak sanggup lagi berjalan. Romi dan Zimba tidak berlama-lama karena kakinya juga sudah terasa kram.……..Mereka duluan mengantar Irwan pulang ke rumahnya. “Kalian tidak singgah dulu?” Irwan turun dari mobil.“Kapan-kapan yah Wan. Kami sangat kecapean.” Romi menolak karena kondisi mereka pun sudah mengantuk.“Jangan marah ya
“Kenapa marah? Bunga ditanam bukan hanya hiasan di luar saja, bisa kok di dalam rumah.” Protes Zimba karena bunga sebanyak itu sayang tidak manfaatkan. “Ceritanya panjang malas bahasnya.” Kata Romi tidak ingin mengungkit masa lalu.Bunga mawar itu sebagai tanda bukti kehancuran dan kebangkitan mereka. Awal kehancuran keluarga mereka karena Ibunya selingkuh dengan orang luar. Membuat mereka gempar. Ibunya hanya seorang wanita yang pendiam, pekerjaan setiap harinya selalu menghiasi isi rumah dengan bunga-bunga hidup, selain itu juga mengoleksi tanaman-tanaman hias di taman rumah mereka dulu.Tanpa sepengetahuan mereka Ibunya diam-diam mengenal pria itu lewat sosial media. Awal pertama Ayahnya belum juriga akan tetapi tidak lama kemudian ketahuan. Namun masih sama-sama memendam.Ibunya mulai sering meninggalkan rumah alasan pergi urusan ke luar kota. Ayah mereka yang sudah capek pulang kerja tanpa kehadiran istri sangatlah berat. Biasanya ada yang selalu memperhatikan.Terkadang Ibunya
Bob dan Romi kembali tenang setelah Zimba membuat ekspresi marahnya. Sebagai tamu Bob dan Zimba tidak mau tinggal diam, ikut serta membersihkan peralatan makan mereka. Romi sudah melarang tetapi mereka berdua tetap mengerjakan.Romi pun jadi ikut-ikutan membereskan semuanya biasanya hanya duduk tenang selesai makan. Romi anak yang sangat jarang beres-beres masih belum mengerti. Zimba pun mengarahkan bagaimana langkah-langkah mencuci piring yang bersih. Moment ini sangat lucu tidak lupa Bob memvideokan mereka berdua. Di sela-sela waktu jika mereka bersama selalu menyempatkan menyimpan ke memori kamera yang sudah khusus mentake aktivitas mereka berempat.Bob dan Romi mandi sebelum belajar. Zimba nonton dulu menunggu mereka siap. Beberapa menit kemudian Zimba kepikiran membuatkan air hangat untuk Irwan supaya cepat sembuh. Tanpa berpikir panjang Zimba langsung saja membuka pintu kamar, lagi-lagi Zimba melihat pemandangan yang menodai penglihatanya.Romi dan Bob dengan santainya telanjan