"Kamu cantik pakai baju itu, Lun," ucap Jonathan sambil melihat Kaluna dari seberang meja."Makasih," sahut Kaluna kikuk karena tiba-tiba dipuji Jonathan, padahal ia hanya menggunakan dress pendek dan cardigan yang selalu ia pakai di saat santai."Ngapain kita makan di restoran steak, sih? Kamu nggak muak liat steak setiap hari?" tanya Kaluna mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Jujur semenjak bekerja di Moon yang lebih banyak menyajikan masakan western, Kaluna lebih suka memakan makanan khas Indonesia, buatan Emma atau mie instan ditambah nasi.Jonathan menutup buku menunya dan melihat ke sekeliling restoran yang cukup penuh, "Anggap study banding," jawab Jonathan santai."Disangka study tour anak SMA," sahut Kaluna sambil menggaruk belakang kepalanya, "kalau steaknya nggak enak, jangan sampai piringnya kamu lempar," canda Kaluna."Aku nggak sekejam itu, Lun. Kalau nggak enak atau tingkat kematangannya beda tipis is oke, aku masih mau makan. Yah, kecuali parah banget salahnya baru
"Aku? Kenapa alasan kamu aku?" tanya Jonathan bingung. Entah kenapa steak yang ada di piringnya tidak lagi menarik, ia lebih tertarik dengan apa yang akan Kaluna ucapkan. "Karena dulu, aku masih berharap kamu nyari aku. Aku masih berharap kamu tiba-tiba ada di depan pintu rumah aku dan ...." Kaluna melap mulutnya dengan serbet, "yah ... gitulah, pikiran masa muda yang masih naif dan bodoh.""Lun ... aku nggak ta—"Kaluna mengangkat salah satu tangannya ke arah Jonathan meminta lelaki itu untuk tidak berkata apa pun juga, dia sudah tidak mau mendengar penjelasan apa pun mengenai masa lalunya dan kenapa hubungannya berakhir, "Udah nggak apa-apa, nggak ada yang harus dibicarakan. Yang lalu biarlah berlalu, semuanya udah usai, kan." Kaluna menatap manik mata Jonathan mencoba mencari sesuatu di sana yang menolak ucapannya. Pikirannya sadar kalau Jonathan tidak akan membantah perkatannya tapi, hati kecilnya yang tolol mengharapkan hal yang berlawanan. Hati Kaluna ingin lelaki di depannya
"Nggak usah maju gitu bibirnya," ucap Jonathan sambil melirik Kaluna yang semenjak mereka keluar ruangan bioskop menekuk wajahnya dan memajukan bibirnya."Bibir aku nggak maju, bibir aku masih stay and slay di sini," ucap Kaluna sambil menunjuk bagian bibirnya kesal. Kaluna sejujurnya malu tapi, entah mengapa dia tidak mau minta maaf atau mengakuinya sama sekali. Harga dirinya tiba-tiba meninggi dan tidak mau mengakui kesalahannya pada Jonathan hingga akhirnya membuat dia marah-marah."Aku mau pulang," ucap Kaluna sambil mencoba menarik tangannya yang Jonathan genggam."Iya, emang mau pulang, Lun. Emang mau ke mana kita?" tanya Jonathan sambil berjalan ke arah pintu keluar bioskop."Ya udah lepas, aku mau pulang," pinta Kaluna sambil menarik-narik tangannya, "ini kenapa sih, aku digandeng mulu ke mana-mana, kita ini nggak lagi pacaran, Jo, nggak usah kamu tarik-tarik," ucap Kaluna kesal. Perasaannya hari ini benar-benar bercampur aduk karena kelakuan Jonathan yang sangat manis pada di
"Semuanya sudah diurus?" tanya Raka sambil melihat kesekeliling ruangan."Sudah, Pak ... semuanya sudah saya urus, bahan makanan sudah selesai saya siapkan semuanya." Kaluna memberikan laporan ke tangan Raka.Saat ini mereka sedang mengurus persiapan acara yang akan mereka lakukan lusa. Acara ulang tahun Moon yang akan diselengarakan dengan sangat meriah di mana Kaluna yang akan menjadi penanggung jawabnya. "Kamu yakin semuanya sudah siap? Saya nggak mau ada kesalahan sedikit pun, Kaluna." Raka memperingati Kaluna sambil membaca laporan yang Kaluna berikan."Bagaimana dengan minumannya?" tanga Jonathan."Besok beberapa botol wine akan datang, saya pilihkan red wine agar sesuai dengan daging kita tapi, saya juga menyiapkan white wine untuk cadangan." Kaluna menunjuk sebuah rak yang beluk terisi apa-apa karena wine tersebut baru datang besok, "untuk minuman non alkohol saya sudah menyiapkan sparkling water, infuse water dan minuman yang saat ini sedang digemari, kombucha.""Selain minum
Emma yang sedang tertidur kaget saat merasakan pelukkan dari arah belakang dan suara tangis sesenggukkan yang membuat kesadaran dirinya terkumpul penuh. "Hei ... hei, kenapa ini malam-malam nangis?" tanya Emma sambil menepuk-nepuk punggung tangan yang sedang melingkar di pinggangnya, selain untuk menenangkan Emma melakukannya untuk meyakinkan kalau yang memeluknya adalah orang asli bukan dedemit."Ibu ... Ibu, sakit," isak Kaluna sambil membenamkan wajahnya yang basah di punggung Emma yang hangat. Kaluna terus menangis sambil memeluk Emma lebih erat lagi mencoba untuk menyalurkan rasa sakit di dadanya."Kamu sakit apa? Eh ... kamu kenapa?" tanya Emma yang mulai panik, apalagi saat ini sudah jam 1 subuh kalau terjadi sesuatu pada Kaluna siapa yang bisa Emma mintai bantuan?"Ibu ... dada Kaluna sakit, Kaluna ...." Kaluna melepaskan pelukkannya sambil mengusap air mata yang terus mengalir seperti keran air. Semenjak dia pergi dari parkiran dan naik taksi hingga ia sampai ke rumahnya ai
"Kaluna ayo makan dulu," pinta Emma saat melihat Kaluna yang berjalan menyeret kakinya melewati meja makan.Rasanya sedih melihat anak gadisnya itu lesu dan matanya saat ini bengkak akibat menangis semalaman. Ia ingat terakhir kali Kaluna menangis sampai separah ini adalah saat melihat dirinya dipukuli oleh mantan suaminya. Tubuh Emma tiba-tiba bergidik saat mengenang masa lalunya. "Kaluna nggak lapar, Bu," bisik Kaluna sambil mengambil susu yang Emma sudah siapkan di meja makan. Mulutnya terasa tidak enak dan tenggorokkannya kering membuat Kaluna enggan memakan makanan apa pun juga. "Kebiasaan kamu, kamu kalau ada pikiran atau apa pun juga jadi males makan." Emma memaksa Kaluna duduk dan mengambilkan nasi goreng, "makan dulu, kamu nggak makan. Ibu nggak bakal izini kamu kerja dan Ibu nggak peduli kamu dipecat sekali pun!"Kaluna hanya bisa menghela napasnya pelan. Ia sadar kalau ancaman Emma ini benar adanya dan lebih baik ia menurut. "Iya, Bu.""Ibu ke toko dulu, hari ini banyak p
“Kaluna,” panggil Jonathan.Kaluna memasang earphonenya di telinga lalu ia mencoba memesan taksi online melalui ponselnya, namun sebelum ia bisa memesan taksi online ponselnya sudah diambil dari tangannya oleh Jonathan. "Lah ... kok bisa ponsel melayang?" tanya Kaluna sambil menunjuk ponselnya yang saat ini sedang Jonathan pegang."Kaluna, dengerin aku," pinta Jonathan sambil menyentuh bahu Kaluna namun langsung mendapatkan tepisan. "Eh ... kok kaya yang ada colek-colek aku? Ih ... apa sih, masih pagi udah ada setan?" ucap Kaluna sambil pura-pura bergidik lalu mengambil ponselnya secara cepat dari Jonathan. "Kaluna, nggak lucu, yah," ucap Jonathan sambil menahan emosinya karena tidak dianggap oleh wanita itu."Ya ampun udah jam segini, aku harus buru-buru ke restoran," ucap Kaluna sambil berbalik dan berjalan menjauhi Jonathan."Kaluna!" seru Jonathan sambil mengejar Kaluna dan menarik tubuhnya lalu mendorong tubuh Kaluna yang hanya setengah tubuhnya ke arah samping pintu mobil. Jo
Tubuh Kaluna membeku, pikirannya kacau saat lidah Jonathan menggodanya untuk membuka mulutnya. Meminta izin untuk meliuk sensual dan menggelitik setiap inci mulutnya seolah mencium Kaluna adalah hal paling nikmat bagi Jonathan. Tangan Kaluna bergerak menyelusuri dada Jonathan yang terasa hangat walaupun terhalang kemeja. Saat Jonathan menggerakkan lidahnya di langit-langit mulut Kaluna tanpa sadar Kaluna mendesah karena ledakan rasa nikmat yang memenuhi mulutnya. Kaluna tidak bisa memungkiri kalau Jonathan masih ahli dalam hal berciuman.Jonathan mengurai ciumannya sambil mengusap bibir Kaluna yang terbuka, basah, bengkak dan sensual akibat ciuman darinya. Jonathan berjuang untuk tidak kembali mendaratkan bibirnya ke bibir Kaluna dan kembali menyesap hangatnya bibir wanita itu lalu menarik seluruh pakaian Kaluna untuk ia kecupi."Jo-Jonathan," desah Kaluna sambil mengusap bibir bawahnya dengan lidahnya, sebuah gerakan kecil yang membuat Jonathan mengalihkan pandangannya untuk mempert