“Kaluna,” panggil Jonathan.Kaluna memasang earphonenya di telinga lalu ia mencoba memesan taksi online melalui ponselnya, namun sebelum ia bisa memesan taksi online ponselnya sudah diambil dari tangannya oleh Jonathan. "Lah ... kok bisa ponsel melayang?" tanya Kaluna sambil menunjuk ponselnya yang saat ini sedang Jonathan pegang."Kaluna, dengerin aku," pinta Jonathan sambil menyentuh bahu Kaluna namun langsung mendapatkan tepisan. "Eh ... kok kaya yang ada colek-colek aku? Ih ... apa sih, masih pagi udah ada setan?" ucap Kaluna sambil pura-pura bergidik lalu mengambil ponselnya secara cepat dari Jonathan. "Kaluna, nggak lucu, yah," ucap Jonathan sambil menahan emosinya karena tidak dianggap oleh wanita itu."Ya ampun udah jam segini, aku harus buru-buru ke restoran," ucap Kaluna sambil berbalik dan berjalan menjauhi Jonathan."Kaluna!" seru Jonathan sambil mengejar Kaluna dan menarik tubuhnya lalu mendorong tubuh Kaluna yang hanya setengah tubuhnya ke arah samping pintu mobil. Jo
Tubuh Kaluna membeku, pikirannya kacau saat lidah Jonathan menggodanya untuk membuka mulutnya. Meminta izin untuk meliuk sensual dan menggelitik setiap inci mulutnya seolah mencium Kaluna adalah hal paling nikmat bagi Jonathan. Tangan Kaluna bergerak menyelusuri dada Jonathan yang terasa hangat walaupun terhalang kemeja. Saat Jonathan menggerakkan lidahnya di langit-langit mulut Kaluna tanpa sadar Kaluna mendesah karena ledakan rasa nikmat yang memenuhi mulutnya. Kaluna tidak bisa memungkiri kalau Jonathan masih ahli dalam hal berciuman.Jonathan mengurai ciumannya sambil mengusap bibir Kaluna yang terbuka, basah, bengkak dan sensual akibat ciuman darinya. Jonathan berjuang untuk tidak kembali mendaratkan bibirnya ke bibir Kaluna dan kembali menyesap hangatnya bibir wanita itu lalu menarik seluruh pakaian Kaluna untuk ia kecupi."Jo-Jonathan," desah Kaluna sambil mengusap bibir bawahnya dengan lidahnya, sebuah gerakan kecil yang membuat Jonathan mengalihkan pandangannya untuk mempert
“Kaluna,” panggil Okhe dari arah dapur saat melihat Kaluna menjejakkan kakinya di dalam dapur. “Hmm,” jawab Kaluna sekenangnya. Mood-nya sedang tidak baik-baik saja setelah berkelahi dengan Jonathan tadi pagi tapi, ia tidak mungkin memuntahkan amarahnya pada Okhe. “Eh buset, empet amat mukanya, kenapa?” tanya Okhe sambil mengambil piring lalu menumpahkan nasi goreng yang baru saja dia buat. “Nih, makan ini dulu. Aku tadi di kosan bikin nasi goreng kampung ini aku angetin lagi.” Okhe mendorong piring berisikan nasi goreng ke arah Kaluna, ia mengambil sendok dan mengarahkan sendok itu ke depan Kaluna, “Makanlah.” “Nggak lapar, Khe,” tolak Kaluna sambil memaksakan diri untuk tersenyum, “kenyang aku ama masalah hidup.” “Masalah hidup macam apa yang bisa kasih nutrisi buat badan kamu? Nggak ada kurasa, makanlah dulu … jangan mikir yang ribet-ribet, cukup presiden aja yang mikir ribet,” bujuk Okhe sambil mengambil tangan Kaluna dan menjejalkan sendok ke tangan wanita itu. Kaluna denga
Gendis mengaduk minumannya sambil menatap ke arah pintu, hatinya berbunga saat mendapatkan telepon dari Jonathan tadi pagi. Lelaki itu minta bertemu, awalnya Gendis meminta Jonathan untuk datang ke rumahnya tapi, lelaki itu menolak padahal Gendis sudah mengkhayalkan hal-hal berbau intim bersama Jonathan di rumahnya. Akhirnya Jonathan meminta untuk bertemu di salah satu cafe yang ada di dekat rumah Gendis. Gendis mengiyakan dan langsung berdandan sebaik mungkin dan mengenakan dress rok pendek dipadankan dengan cardigan, jenis pakaian yang Jonathan sukai. "Gendis."Gendis mengangkat kepalanya dan mendapati Jonathan yang sedang berdiri menjulang, gagah dan selalu tampan dalam situasi juga kondisi apa pun bahkan dalam kondisi saat ini di mana lelaki itu terlihat asal mengenakan pakaian dan rambut yang tidak tersisir dengan baik namun malah menambah nilai ketampanannya."Jonathan," ucap Gendis riang seraya berdiri dan hendak memeluk lelaki itu tapi, tubuhnya langsung didorong kasar oleh
"Hahaha ...." Gendis tepuk tangan sambil mengambil martininya lagi dan meminumnya. "Ya ampun, ternyata itu yang bikin kamu nggak bisa lupain Kaluna ... hahaha, aku nggak nyangka Jonathan Baskoro itu seorang lelaki bertanggung jawab," ejek Gendis sambil mengusap air mata yang megalir di pipinya akibat tertawa terlalu keras."Gendis aku pacarin kamu awalnya juga karena aku merasa bertanggung jawab atas diri kamu, awalnya aku mau mencoba untuk menerima kamu di dalam hidup aku. Tapi ... kamu malah rusak itu semua dengan kelakuan kamu yang menghancurkan masa depan kita berdua!" Jonathan mengingatkan Gendis."Aku udah minta maaf, Jo! Nggak cukup? Aku sampai sujud di bawah kaki Mamih dan kaki kamu dulu! Nggak cukup?" tanya Gendis yang seolah kesal karena Jonathan kembali mengungkit kisah masa lalu dan perbuatannya."Kamu itu sumber dari segala sumber masalah buat hidup aku dan aku nggak mau kamu jadi sumber masalah buat Kaluna juga!" "Kaluna lagi ... astaga!" Gendis membanting serbet kesal.
Kring … kring ….Suara dering telepon membuat Jonathan mengalihkan pandangannya dari lampu merah. Ia dengan cepat mengankat teleponnya yang langsung tersambung pada bluetooth.“Ada apa, Ka?”“Lo di mana?” tanya Raka to the point.“Jalan.”“Jalan mana? Jalan di Jakarta banyak, Bro.”“Sebentar lagi gue sampe Moon, tapi, gue mau beli sesuatu dulu. Ada apa?” tanya Jonathan sambil membelokkan mobilnya memasuki gedung salah satu mall terbesar di Jakarta. “Ada apa, ada apa, ini gimana tiba-tiba Gendis mau datang ke acara besok?” tanya Raka kaget karena baru saja mendapatkan chat dari Gendis, sebuah foto undangan acara ulang tahun Moon.“Gue yang undang.” Jonathan memarkirkan mobilnya dengab ahli.“Lah … katanya lo nggak mau ketemu dia lagi, lo bahkan larang dia buat ke restoran ampe gue pajang tuh foto si Gendis di dalam pos satpam buat antisipasi tapi, malah lo undang.” Raka terdengar kesal dengan kelakuan Jonathan yang plin plan, pantas saja Kaluna sering darah tinggi menghadapi Jonathan.
Kaluna mengambil napas sebanyak-banyaknya, rasa lelah membalut tubuhnya yang saat ini berkutat dengan pekerjaannya di dapur yang super panas. “Behind,” teriak Ibram yang berjalan melintasi bagian belakang tubuh Kaluna sambil membawa pure brokoli.Kaluna mengambil sendok dan memutar tubuhnya lalu menghentikan Ibram dan mencicipi sedikit pure brokoli buatan Ibram, “more salt, Bram.”Ibram mengangguk dan berjalan melewati Kaluna kembali ke station garnish miliknya. Kaluna melihat sekeliling dan mulai memperhitungkan apa lagi yang harus ia lakukan selama menunggu masakan ready dan menu baru yang harus mereka olah.“Lun … dipanggil Pak Raka,” ucap Okhe sambil mengambil pena di tangan Kaluna, yang mengartikan ia sudah siap untuk menggantikan pekerjaan Kaluna selama wanita itu dipanggil Raka.“Hah? Ngapain?” tanya Kaluna sambil melepaskan celemeknya.“Kayanya mau ngomongin masalah besok, katanya sih ada penambahan jumlah guest,” ucap Okhe.“Ya ampun, kerja rodi kita,” teriak Ibram yang tanp
"Bu, besok bangunin aku pagi banget, yah," pinta Kaluna sambil melihat beberapa loyang chesse cake yang ada di dalam lemari es khusus di rumahnya."Mau acara?" tanya Emma."Iya, besok. Ibu doain aku acaranya sukses, lancar dan nggak ada yang aneh-aneh," pinta Kaluna sambil mengeluarkan salah satu loyang cheese cake."Ibu doain yang terbaik buat kamu, eh ... itu kenapa dikeluari? Nanti nggak jadi, loh.""Mau Kaluna cobain, Bu, kalau enak Kaluna mau telepon Pak Raka dan minta izin buat jadiin kue ini hidangan pencuci mulut." Kaluna memotong cheese cakenya lalu mengambil sesendok besar dan melahapnya. "E-ena-k.""Duh ... anak gadis makannya seenaknya, makan dulu, dikunyah telen baru ngomong. Jangan sekaligus, Lun." Emma membawa tisu dan melap pinggiran bibir Kaluna, "gimana kamu mau punya pacar kalau makan aja belepotan gini, sih.""Hubungannya apa sih, Bu, makan belepotan sama punya pacar? Nggak ada hubungannya," protes Kaluna sambil kembali menyuapkan cheese cake ke mulutnya, "ini enak
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend