Kaluna yang kebingungan karena sudah mengenakan baju tidur dengan cepat membawa kardigan dan mengenakannya secara asal. Ia bergegas ke pintu keluar rumahnya.Kaluna dengan cepat melihat sosok Jonathan setelah ia membuka pintu rumahnya, "Ngapain kamu ke sini?" tanya Kaluna bingung bercampur panik."Mau liat kamu sekalian aku sepedaan," jawab Jonathan sambil menunjuk sepedanya yang sudah ia parkirkan di pekarangan rumah Kaluna."Kamu gila? Rumah kamu itu jauh! Ngapain kamu ke rumah aku pake sepeda, pula? Mau jadi atlit?" tanya Kaluna yang tidak habis pikir dengan kelakuan Jonathan. Mungkin kalau Jonathan datang dengan menggunakan mobil, Kaluna masih bisa memakluminya dan mengusirnya secepat mungkin.Tapi, menggunakan sepeda? Ya Tuhan, bisa dimaki satu Kadipaten dirinya kalau mengusir Jonathan."Olah raga," jawab Jonathan pendek sambil membuka sarung tangan khusus sepeda dan duduk di kursi yang ada di sana. Jonathan menatap Kaluna."Apa?" tanya Kaluna bingung."Kamu nggak ngasih aku minu
Tubuh Kaluna merosot dan langsung Jonathan tahan, "Lun ....""Bentar ... aku butuh udara, hmm ... aku butuh udara," ucap Kaluna sambil mengkibas-kibaskan kedua tangannya di depan wajahnya. Ia berjuang untuk bernapas sebaik mungkin walau saluran pernapasannya tiba-tiba kesulitan untuk bekerja."Turun ... aku mau turun," bisik Kaluna berusaha untuk turun dari paha Jonathan namun, lelaki itu menahannya, "Jo ... aku mau turun.""Tenang, Lun ... dengerin aku dulu," pinta Jonathan sambil menahan tubuh Kaluna agar tidak terjatuh."Aku mau turun ... aku nggak bisa napas, aku ...." Kaluna melihat sekelilingnya dengan panik."Kaluna, hei ...," panggil Jonathan sambil mengguncang badan Kaluna agar wanita itu melihatnya. "Jo aku mau turun, aku ...." Kaluna mendorong tubuh Jonathan lalu turun dari paha lelaki itu kemudian berjongkok di lantai sambil menunduk dan menarik-narik rambutnya dengan kedua tangannya, mencoba untuk tenang tapi, sulit."Lun ... Kaluna, liat sini. Liat sini," bisik Jonathan
"Behind," teriak Okhe sambil membawa daging ke arah Kaluna yang sedang melap pinggiran piring, "Medium well, Chef."Kaluna mengambil garpu dan menekannya pelan, setelah yakin tingkat kematangannya sesuai dengan pesanan gadis itu berteriak, "Ibram ... garnish."Ibram datang dan mengambil piring lalu mulai menggarnis piring tersebut, "Mash potato, mushroom sauce dan spinach."Kaluna mengangguk dan mulai melap pinggiran piring lalu menekan bel untuk memanggil pelayan, "Table 14."Pelayan menggambil piring sambil tersenyum pada Kaluna, "Semangat Chef, terakhir ini. Semua bilang makanannya enak." Kaluna membalas senyuman pelayan itu, "Makasih Mbak, kasih tau aku kalau ada yang nggak sesuai."Pelayan itu mengangguk, "Ah ... kata Pak Raka, Chef ditunggu di depan. Bisa ganti baju atau nggak, bebas katanya karena mau dikenalin sama tamu." Kaluna mengangguk lalu manarik simpul tali apronnya, "Semuanya, done ... servise is closed," ucap Kaluna sambil bertepuk tangan dan disambut teriakkan juga
"Mana aku tahu, mending kamu tanya sendiri ke Ayang kamu itu. Rada goyang aku rasa pikirannya itu!" maki Kaluna sambil menunjuk Gendis."Dia bukan Ayang aku dan sumpah demi apa pun, aku nggak tahu dia pakai baju yang sama kaya kamu dan ....""Mungkin kamu amnesia dan LU-PA kalau kamu beli dua dress dan dua sepatu lalu berpikir PIN-TAR. Wah ... lucu sekali kalau aku buat mantan-mantanku mengenakan pakaian yang sama! Berasa aku raja minyak yang punya istri dua! You wish, Jo!" maki Kaluna sambil menjentikkan jemarinya di depan Jonathan seolah membangunkan seseorang yang sedang dihipnotis."Aku nggak segila itu, Yang," ucap Jonathan sambil mengangkat kedua bahunya."Dibilang jangan panggil aku Yang! Noh, Ayang kamu yang lagi minum Martini di jam 2 siang!" maki Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat menyesap Martini dengan gaya yang sangat anggun. "Orang gila kurasa jam 2 siang udah minum martini! Orang minum shirley tample lah, dia minum martini!""Aku nggak pernah ngasih gaun ke Gen
"Kamu nggak bisa apa, nggak bikin ulah?" tanya Jonathan saat Gendis dan dirinya sudah berada di tempat yang sepi."Aku?" tanya Gendis sambil menunjuk hidungnya, "aku bikin ulah apa? Aku salah apa? Lah ... aku cuman kasih kamu dan Kaluna selamat, loh. Aku nggak ada maksud apa-apa," lanjut Gendis sambil tersenyum polos."Kamu pakai baju sama kaya yang dipakai Kaluna dan ngapain kamu teriak-teriak tadi? Aku minta kamu di sini buat clear-in masalah setelah acara selesai kamu aku minta buat klarifikasi ke seluruh pegawai, Ndis." Jonathan hanya bisa berkacak pinggang dan menatap Gendis yang masih tersenyum dengan wajah tanpa dosa."Ampuni aku Tuhan seandainya aku kelepasan dan memukul wanita ini!" batin Jonathan yang benar-benar tak habis pikir kenapa ada manusia semenyebalkan Gendis. Apa karena wanita ini terlalu lama minum minuman keras sampai-sampai otaknya tidak sinkron?"Aku bakal bilang kok nanti pas acara udah selesai, atau ...." Gendis menunjuk pintu lalu berjalan ke arahnya dengan
Brak ....Gendis melempar tas tangannya ke dinding dengan sadis, ia sama sekali tidak peduli betapa mahal harga tasnya yang ia inginkan saat ini hanya menyalurkan kemarahannya. Harga dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya saat satpam Moon Restoran mengusirnya dari restoran itu. Tapi, harga dirinya paling hancur saat mendengar perkataan Kaluna kalau wanita sialan itu telah menjadi kekasih Jonathan.Kenapa bisa! Sialan! Kenapa bisa Kaluna kembali menjadi kekasih Jonathan? Kenapa wanita sialan itu menjadi kekasih Jonathan?! "Shit! Shit! Shit!" Gendis melempar sepatunya dengan serampangan ke arah dinding dan lantai secara kasar dan urakan. Gendis berjalan ke arah dapur dan mengambil gelas lalu mengisinya dengan salah satu minuman keras yang ia miliki, wanita itu menegak habis minumannya dengan sekali tegak. Prang!Gendis melempar gelas itu ke atas bak cuci piring hingga pecah menjadi berkeping-keping, salah satu kepingannya mengenai lengan Gendis hingga berdarah."Kenapa bisa? Kenapa bisa Kal
Tuk ....Jonathan mengalihkan pandangannya dari tablet ke arah atas dan mendapati Kaluna menyimpan paper bag, segelas air putih dan pisang di depannya. Entah bagaimana Kaluna bisa membawa itu semuanya dengan tangan kecil miliknya."Ini apa?" tanya Jonathan sambil menunjuk barang-barang yang Kaluna simpan di mejanya."Ini sepatu sama dress dari kamu aku balikin." Kaluna menunjuk paper bag, "ini air putih dan pisang buat kamu minum obat, ini udah jam 3 sore."Jonathan meluruskan tubuhnya, ia baru sadar setelah acara kemarin yang berjalan dengan lancar asalkan tidak mengingat kejadian bersama Gendis. Kaluna seolah menghilang dari pantauannya, bahkan saat pulang wanita itu benar-benar tidak dapat ia temukan sama sekali.Hanya sebuah chat dari Kaluna yang mengatana dia sudah pulang terlebih dahulu yang Jonathan dapatkan, itu pun setelah dirinya membombardir Kaluna dengan rentetan chat dan misscall."Dari kemarin kamu nggak tau rimbanya ke mana, sekarang tiba-tiba datang bawa ini semuanya b
"Kalian ngapain?" Kaluna langsung mendorong Jonathan agar melepaskan tubuhnya, hingga membuat pria itu terjengkang ke belakang."Ya Tuhan," ucap Jonathan."Raka, Jo ... bukan Tuhan," canda Raka sambil menahan tawanya melihat Jonathan berusaha untuk menyeimbangkan badannya agar berdiri tegak."Pak Raka ngapain di sini?" tanya Kaluna salah tingkah sambil menarik baju chefnya berusaha untuk merapikannya."Ngapain?" tanya Raka bingung sambil menunjuk sekelilingnya, "Ini restoran punya saya, yah, wajar saya di sini, Kaluna. Kamu nggak lupa kan, saya boss-nya?" tanya Raka sambil menahan tawa karena melihat wajah Kaluna yang memerah, "kamu sama Jonathan, ngapain?""Ciuman," jawab Jonathan santai sambil menatap Raka dingin seolah menantang lelaki itu untuk membantah perkataannya."Jo!" seru Kaluna yang kaget dengan jawaban Jonathan yang seenaknya. Seingatnya baru beberapa saat lalu dia meminta Jonathan menyembunyikan hubungan mereka tapi, kenapa lelaki itu menjawab pertanyaan Raka seenaknya.