"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
“Mampus ... mampus,” maki Kaluna sambil memberikan uang kepada sopir taksi dan dengan cepat berlari seperti dikejar setan ke dalam restoran tempat ia bekerja.“Nah ... kan, mampus udah mulai pula acaranya,” bisik Kaluna sambil melirik ke arah pojok tempat parkir, “sepeda siapa pula itu? Tumben ada sepeda di sana? Udah soksoan pola hidup sehat kurasa karyawan di sini,” lanjut Kaluna sambil membuka pintu restoran secepat mungkin.Telinganya mendengar suara tepuk tangan di dalam ruangan yang menandakan dia sudah sangat terlambat, “Beneran mampus ini! Aku nggak ada waktu lagi buat naruh semua ini ke loker,” maki Kaluna dengan suara pelan karena takut ketahuan karyawan lain kalau dirinya terlambat.Matanya melihat sekelilingnya dan entah ide dari mana, Kaluna langsung memasukkan semua barangnya ke bawah meja kasir, “Masuk kamu, masuk ... nanti aku ambil, aku harus cepet. Si Raka pasti udah di sana. Duh ... Gusti selamatkanlah hambamu ini dari terpaan amukan Raka yang walau ganteng tapi kal
“Maaf, apa kita kenal?”Jleger ....Bagai petir disiang bolong pertanyaan Jonathan seolah menampar Kaluna dan mengempaskan rasa bahagia Kaluna yang sudah membumbung tinggi karena bisa bertemu kembali dengan lelaki yang pernah mencintai, melindungi dan menyayangi dirinya dulu."Hah?" Hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Kaluna saking kagetnya."Apa kita kenal?" ulang Jonathan sambil menatap langsung ke mata Kaluna."Itu ...." Kaluna salah tingkah, ia ingin berkata kalau mereka kenal dan membeberkan bukti-bukti yang ada kalau mereka dulunya adalah sepasang kekasih.Kaluna melihat sekelilingnya, ruangan itu mungkin sudah lebih kosong tapi, masih ada beberapa orang yang membereskan kursi dan bila Kaluna ngotot berkata kalau dia mengenal Jonathan lalu berakhir dengan adu mulut dengan Jonathan, Kaluna bisa pastikan peristiwa itu bisa menyebar dengan cepat ke semua pegawai Moon. Kaluna belum siap menjadi buah bibir di sana.“Kalau ditanya itu dijawab, Mbak Kaluna,” ucap Jonathan sambil me
Kaluna hanya bisa meremas kain lapnya dengan gemas setelah keluar dari ruangan Raka, saat ini dia membayangkan kain itu adalah leher Jonathan, lelaki menyebalkan yang membuat dirinya hari ini uring-uringan. Dengan kesal ia berjalan hingga meja kasir, ia ingin pulang sesegera mungkin. Ia ingat kalau tadi pagi ia menyembunyikan semua barangnya di bawah meja kasir karena ia terlambat datang dan tak sempat menyimpan semuanya ke loker khusus miliknya. “Kok ....” Wajah Kaluna berubah pias karena tidak menemukan barang-barang miliknya. “Astaga ... ke mana tas aku?” tanya Kaluna sambil memasukkan kepalanya ke dalam lemari yang ada di bawah meja kasir dengan cemas. Ampun ... sial sekali ia hari ini! Dimulai harus bertemu dengan Jonathan hingga harus kehilangan semua barang miliknya. “Kema ....” “Kamu ngapain di sana?” Kaluna terdiam saat sebuah suara maskulin yang sangat ia kenal memanggilnya, “Jonathan,” bisik Kaluna pelan sambil memutar tubuhnya dan berdiri menghadapi pria tampang yang
"Aku nggak ningalin kamu!" sentak Kaluna tidak terima dengan perkataan Jonathan.Jonathan tersenyum sinis sambil terus berjalan meninggalkan Kaluna, sampai tangannya ditarik, "Apa?" tanya Jonathan kasar namun detik itu juga ia langsung merasa bersalah karena melihat mata Kaluna yang sedih."Apa?" ulang Jonathan dengan nada yang lebih lembut."Aku nggak ningalin kamu begitu aja, Jonathan." Kaluna meremas tangan Jonathan.Jonathan menghela napas sambil menepis tangan Kaluna, "Semua udah berlalu, percuma kita obrolin sekarang.""Tapi, aku nggak ninggalin kamu, aku nggak mungkin tega ninggalin kamu gitu aja," bisik Kaluna masih merasa tidak enak dengan tuduhan yang Jonathan berikan."Mau kamu ninggalin aku atau bukan, waktu udah berjalan dan sekarang kita udah nggak ada hubungan sama sekali. Semua yang terjadi dulu, lebih baik kita lupain aja, kita fokus ke masa saat ini," ucap Jonathan sambil berjalan meninggalkan Kaluna."Maksud kamu dilupain?" tanya Kaluna sambil berjalan mengikuti Jon
"Ya ampun, Jo," pekik Kaluna panik dengan cepat ia mendekati Jonathan yang sudah terduduk di trotoar di samping sepedanya. "Astaga ... Jojo maaf." Kaluna dengan cepat mengeluarkan botol minum dari tasnya."Gila kamu Kaluna! Argh ... apa ini, panas!" teriak Jonathan sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas bukan main.Kaluna dengan cepat mengguyur wajah Jonathan dengan air lalu menyekanya dengan celemek yang selalu ia bawa di tasnya, sesekali dia meniup-niup wajah Jonathan entah untuk apa, berharap tiupannya bisa meredakan rasa panas yang Jonathan rasakan."Kaluna, ini apa?" tanya Jonathan lagi sambil mengambil celemek dari tangan Kaluna dan mengusap wajahnya, berusaha mengenyahkan rasa panas di wajahnya. "Kamu semprotin air apa?""Merica," bisik Kaluna pelan dengan wajah bersalah dan mengambil botol semprotannya lalu memasukkannya sedalam mungkin ke dalam tasnya, mencoba menghilangkan barang bukti."Bullshit!" seru Jonathan tidak percaya, "Kalau cuman merica nggak mungkin sepanas i
"Hah? Kapan? Kok bisa?" tanya Jonathan kaget, sebuah informasi baru membuat Jonathan keluar dari zona "Lelaki-Dingin-Tanpa-Hati". Kaluna menatap Jonathan sambil menahan tawanya, ia sekarang sadar kalau pria itu masih sama. Pria itu masih Jonathan yang hangat, perhatian dan sangat manis. "Ehem ...." Jonathan terbatuk lalu membenarkan posisi duduknya, "Kapan?" ulangnya dengan intonasi suara yang lebih kalem. Hampir saja Kaluna tertawa terbahak-bahak mendengar perubahan suara Jonathan, "Saat aku ninggalin kamu," bisik Kaluna sambil menatap langsung ke bola mata Jonathan, berusaha mencari sebuah pergerakan kecil yang menunjukkan kalau Jonathan masih mengingat apa yang telah mereka lakukan sehari sebelum Kaluna pergi meninggalkan Jonathan. Nihil, lelaki itu terlihat biasa saja. "Jadi, kamu ninggalin aku dulu itu karena ibu dan ayah cerai?" tanya Jonathan yang langsung dijawab anggukkan oleh Kaluna. "Ibu menggugat cerai ayah setelah kejadian itu, tapi, ayah ngamuk parah sampai harus dia