Gendis menegak gelas martininya dengan kesal dan membantingnya di meja. Napasnya memburu dan rasa kesal dengan cepat menjalar disekujur tubuhnya bila mengingat omongan Kaluna!Sumpah demi apa pun itu kali pertama Kaluna menyerangnya dengan cara mirroring. Kaluna benar-benar lihai mengikuti prilaku yang biasanya Gendis lakukan pada Kaluna saat Gendis akan memanipulasi sahabatnya itu. Sial! Tujuh tahun tidak bertemu dengan Kaluna membuat, Gendis tidak tahu perkembangan mental dari sahabatnya itu."Ampun! Stop, Ndis ...."Gendis langsung menoleh untuk melihat ke sumber suara setelah menegak gelas martininya."Karin?" tanya Gendis bingung kenapa wanita itu ada di sana, "kamu ngapain di sini? Please jangan bilang kamu diundang Kaluna."Karin mengangguk sambil menghela napas dan menyilangkan tangangnya di dada dan melihat ke arah suaminya yang saat ini sedang menatap Kaluna seperti orang linglung. Rese!"Mau apa dia undang kamu?" tanya Gendis yang kembali meminum martini yang sudah diisi ke
"Kaluna ...."Sebuah suara menghentikan langkah Kaluna, "Dokter Fina, hai ... kalian akhirnya bisa ketemu juga," ucap Kaluna dengan mata berbinar saat melihat Andrea dan Marco, kedua anak Fina yang sangat menggemaskan. Andrea dan Marco langsung mencium tangan Kaluna dengan sopan, "Wow ... manis banget anak-anak Dokter," pekik Kaluna yang amazing melihat betapa sopan dan sangat menganut budaya ketimuran sikap juga prilaku Andrea dan Marco padahal wajah mereka terlihat sangat Italia."Kalian ke Daddy dulu yah, nanti Ibu nyusul. Ibu mau ngobrol sesuatu sama Tante Cantik," ucap Fina sambil menunjuk seorang pria tampan bertubuh tegap yang sedang tersenyum ke arah mereka."Bye Tante Cantik," ucap Andrea sambil melambaikan tangannya dan berlari menyusul Marco yang sudah berdiri di samping Aldo."Mereka semua sehat dan ...." Kaluna tersenyum tipis seolah paham keinginan Jonathan yang tidak mau memiliki keturunan sama sekali. Perih rasanya dihari bahagiannya dia harus sedikit kesal karena haru
“Yang … Ayang ….” Jonathan yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel langsung memanggil Kaluna. Ia berjalan ke arah kamar melintasi ruangan yang dibuat seperti ruang duduk tamu, kamar dengan tipe sweet honeymoon ini memang dibuat seperti tipe studio sebuah apartemen kecil.Jonathan membuka jasnya dan mencoba melonggarkan dasinya, rasa sesak dan lelah langsung menerpa Jonathan. Rasanya kakinya rontok bukan main dan matanya mengantuk. Tanpa sadar Jonathan melihat ke arah jam di tangannya.“Jam 12 malam, astaga malem banget … Yang,” panggil Jonathan sambil masuk ke dalam kamar dan mendapati baju pengantin Kaluna di atas ranjang sedangkan dirinya tidak mendapati batang hidung Kaluna.Jonathan terlalu asik berbincang dengan beberapa rekan sejawatnya saat ia berada di New Zealand hingga lupa waktu dan akhirnya ia baru sampai kamar ditengah malam, itu pun setelah ia berkali-kali undur diri karena selalu dicegah oleh kawan-kawannya.“Ayang, di mana kamu? Kamar mandi?” tanya Jonathan berharap
"Kamu yakin?" tanya Jonathan sambil memeluk Kaluna dan menahan hasrahnya yang sudah siap meledak."Untuk?" tanya Kaluna sambil mengusap telunjuknya di dada Jonathan dengan gerakan sensual yang mendidihkan birahinya sendiri karena rasa panas yang ia rasakan di ujung telunjuknya seolah menenggelamkan dirinya dalam gairah erotis yang berjalan liar di pikirannya."Ngelakuin tanpa pengaman." Jonathan berjuang untuk menelan ludahnya sendiri karena sumpah demi apa pun tatapan mata Kaluna seolah membakar gairahnya. Sebuah tatapan lugu namun Jonathan tahu dibalik itu semua ada sisi liar nan erotis yang Kaluna miliki, sebuah sisi yang hanya ditunjukan pada Jonathan saja dan Jonathan menyukainya.Kaluna melepaskan jemarinya dari dada Jonathan, ia mundur beberapa langkah hingga menabrak pintu. Dengan gerakan sensual ia menyilangkan tangannya di dada menyangga payudaranya hingga terangkat sempurna dan menunjukkan pemandangan erotis yang membuat Jonathan tidak mengalihkan pandangannya dari belahan
Kaluna hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil menahan air matanya yang entah sudah berapa lama membanjiri bantalnya. Capek, kesal, sakit hati, kecewa, marah dan sedih bercampur menjadi satu.Itu semua karena kelakuan Jonathan yang menurutnya sangat-sangat menyebalkan, ayolah ... dia sudah siap untuk memiliki anak dengan cara yang alami. Semuanya pun di kontrol oleh Dokter Fina, dan Dokter Fina sudah bilang kalau everthing is oke, mereka bisa melakukannya tanpa khawatir apa pun juga. "Argh!" Kaluna membenturkan kepala lalu membenamkan wajahnya ke bantal empuk hotel. "Rese sumpah kamu, Jo. Emang dia nggak mau punya anak apa? Ish ... dahlah ... terserah dia aja, mau punya anak atau nggak! Aku nggak peduli!"Gerutuan dan umpatan penuh kekecewaan terus keluar dari bibir Kaluna sampai ia tidak sadar kalau dari tadi Jonathan memperhatikan dirinya dari depan pintu kamar yang terhubung dengan pintu ke arena living room. Ruangan hotel yang terbatas membuat Jonathan bisa mendengar dan melihat
Kaluna memejamkan matanya saat merasakan ceruk kenikmatan miliknya terisi penuh dengan bagian sensitif milik Jonathan, napasnya tertahan sedang bibirnya terus menerus mendesah memanggil nama Jonathan disaat ia makin diseret kedalam gulungan kenikmatan yang Jonathan ciptakan di bawah sana.Saat Jonathan bergerak memasuki dirinya Kaluna terdiam dan menyadari satu hal, tanpa sadar kelopak matanya terbuka dan menatap pantulan dirinya di cermin. Jantungnya berdetak makin keras beriringan dengan suara napasnya yang berburu mengejar gairahnya yang makin terbuai dalam kenikmatan panuh candu yang Jonathan buat di bagian paling sensitif miliknya.Aneh ... satu kata itu yang saat ini Kaluna dapatkan dari gesekkan yang ia rasakan di setiap inci ceruk kenikmatan miliknya yang sudah penuh dan menyerah dalam sebuah gerakan erotis nan nikmat yang Jonathan berikan di setiap hunjamannya yang membuat Kaluna mendesah dalam gairah."Jo ... kamu ah ...." Belum sempat Kaluna menuntaskan perkataannya Jonatha
"Jo ...."Sayup-sayup terdengar suara Kaluna memanggil dirinya yang saat ini sedang membenamkan wajahnya ke bantal. Rasa lelah dan ngantuk benar-benar membuat Jonathan enggan membuka kelopak matanya."Jo, hai ... Jo," panggil Kaluna sambil mengusap bagian tengkuk Jonathan yang malah membuat suaminya itu makin merasa mengantuk. "Jo, Sayang ... jawab, ih."Alarm siaga Jonathan langsung berbunyi nyaring, ia tahu bila Kaluna sudah merajuk dirinya harus dengan sesegera mungkin merespin Kaluna atau dia harus berurusan dengan amukan Kaluna yang bisa membuat kepalanya pecah.Mungkin dulu dia bisa mengabaikannya dan kabur meninggalkan Kaluna dengan beribu alasan, tapi, sekarang Jonathan tidak bisa melakukannya ia sudah menikahi Kaluna. Sejauh apa pun dia kabur, dia akan berakhir kembali ke pelukan Kaluna di penghujung hari."Iya, Sayang kenapa?" Jonathan memaksakan kepalanya menoleh ke arah Kaluna dan mendapati wajah wanita yang baru saja ia nikahi kemarin itu sedang menatapnya penuh curiga."
"Jonathan! Bisa nggak, nggak usah ngaco kalau ngomong! Ini kita baru nikah nggak ada dua hari bahkan belum dua hari tapi, omongan kamu itu udah ngaco banget, sumpah! Nggak suka,"maki Kaluna kesal dan dengan cepat melepaskan pelukan Jonathan lalu beranjak dari duduknya.Sumpah mendengar perkataan Jonathan membuat Kaluna menyesal sudah membangunkan suaminya itu dan meminta melakukan deep talk, kalau waktu bisa diputar ulang, Kaluna lebih baik melihat wajah Jonathan yang tertidur saja tadi, bukan mendengar ocehan tak masukan akal seperti sekarang."Hei ... kenapa ngambek aku cuman ngomong kenyataan." Jonathan bangun dari tidurnya dan duduk sambil melihat Kaluna."Tapi nggak gitu juga, rasanya kok sedih amat hidup kamu, Jo," ucap Kaluna gemas, "kayanya kalau dibuat cerita kisah kamu itu bakal masuk ke kategori sad ending yang bikin pembacanya ngamuk-ngamuk ke penulisnya," lanjut Kaluna."Mungkin, tapi ... siapa juga orang yang mau membaca cerita menjijikan kaya cerita hidup aku? Cerita me