"Kamu yakin?" tanya Jonathan sambil memeluk Kaluna dan menahan hasrahnya yang sudah siap meledak."Untuk?" tanya Kaluna sambil mengusap telunjuknya di dada Jonathan dengan gerakan sensual yang mendidihkan birahinya sendiri karena rasa panas yang ia rasakan di ujung telunjuknya seolah menenggelamkan dirinya dalam gairah erotis yang berjalan liar di pikirannya."Ngelakuin tanpa pengaman." Jonathan berjuang untuk menelan ludahnya sendiri karena sumpah demi apa pun tatapan mata Kaluna seolah membakar gairahnya. Sebuah tatapan lugu namun Jonathan tahu dibalik itu semua ada sisi liar nan erotis yang Kaluna miliki, sebuah sisi yang hanya ditunjukan pada Jonathan saja dan Jonathan menyukainya.Kaluna melepaskan jemarinya dari dada Jonathan, ia mundur beberapa langkah hingga menabrak pintu. Dengan gerakan sensual ia menyilangkan tangannya di dada menyangga payudaranya hingga terangkat sempurna dan menunjukkan pemandangan erotis yang membuat Jonathan tidak mengalihkan pandangannya dari belahan
Kaluna hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil menahan air matanya yang entah sudah berapa lama membanjiri bantalnya. Capek, kesal, sakit hati, kecewa, marah dan sedih bercampur menjadi satu.Itu semua karena kelakuan Jonathan yang menurutnya sangat-sangat menyebalkan, ayolah ... dia sudah siap untuk memiliki anak dengan cara yang alami. Semuanya pun di kontrol oleh Dokter Fina, dan Dokter Fina sudah bilang kalau everthing is oke, mereka bisa melakukannya tanpa khawatir apa pun juga. "Argh!" Kaluna membenturkan kepala lalu membenamkan wajahnya ke bantal empuk hotel. "Rese sumpah kamu, Jo. Emang dia nggak mau punya anak apa? Ish ... dahlah ... terserah dia aja, mau punya anak atau nggak! Aku nggak peduli!"Gerutuan dan umpatan penuh kekecewaan terus keluar dari bibir Kaluna sampai ia tidak sadar kalau dari tadi Jonathan memperhatikan dirinya dari depan pintu kamar yang terhubung dengan pintu ke arena living room. Ruangan hotel yang terbatas membuat Jonathan bisa mendengar dan melihat
Kaluna memejamkan matanya saat merasakan ceruk kenikmatan miliknya terisi penuh dengan bagian sensitif milik Jonathan, napasnya tertahan sedang bibirnya terus menerus mendesah memanggil nama Jonathan disaat ia makin diseret kedalam gulungan kenikmatan yang Jonathan ciptakan di bawah sana.Saat Jonathan bergerak memasuki dirinya Kaluna terdiam dan menyadari satu hal, tanpa sadar kelopak matanya terbuka dan menatap pantulan dirinya di cermin. Jantungnya berdetak makin keras beriringan dengan suara napasnya yang berburu mengejar gairahnya yang makin terbuai dalam kenikmatan panuh candu yang Jonathan buat di bagian paling sensitif miliknya.Aneh ... satu kata itu yang saat ini Kaluna dapatkan dari gesekkan yang ia rasakan di setiap inci ceruk kenikmatan miliknya yang sudah penuh dan menyerah dalam sebuah gerakan erotis nan nikmat yang Jonathan berikan di setiap hunjamannya yang membuat Kaluna mendesah dalam gairah."Jo ... kamu ah ...." Belum sempat Kaluna menuntaskan perkataannya Jonatha
"Jo ...."Sayup-sayup terdengar suara Kaluna memanggil dirinya yang saat ini sedang membenamkan wajahnya ke bantal. Rasa lelah dan ngantuk benar-benar membuat Jonathan enggan membuka kelopak matanya."Jo, hai ... Jo," panggil Kaluna sambil mengusap bagian tengkuk Jonathan yang malah membuat suaminya itu makin merasa mengantuk. "Jo, Sayang ... jawab, ih."Alarm siaga Jonathan langsung berbunyi nyaring, ia tahu bila Kaluna sudah merajuk dirinya harus dengan sesegera mungkin merespin Kaluna atau dia harus berurusan dengan amukan Kaluna yang bisa membuat kepalanya pecah.Mungkin dulu dia bisa mengabaikannya dan kabur meninggalkan Kaluna dengan beribu alasan, tapi, sekarang Jonathan tidak bisa melakukannya ia sudah menikahi Kaluna. Sejauh apa pun dia kabur, dia akan berakhir kembali ke pelukan Kaluna di penghujung hari."Iya, Sayang kenapa?" Jonathan memaksakan kepalanya menoleh ke arah Kaluna dan mendapati wajah wanita yang baru saja ia nikahi kemarin itu sedang menatapnya penuh curiga."
"Jonathan! Bisa nggak, nggak usah ngaco kalau ngomong! Ini kita baru nikah nggak ada dua hari bahkan belum dua hari tapi, omongan kamu itu udah ngaco banget, sumpah! Nggak suka,"maki Kaluna kesal dan dengan cepat melepaskan pelukan Jonathan lalu beranjak dari duduknya.Sumpah mendengar perkataan Jonathan membuat Kaluna menyesal sudah membangunkan suaminya itu dan meminta melakukan deep talk, kalau waktu bisa diputar ulang, Kaluna lebih baik melihat wajah Jonathan yang tertidur saja tadi, bukan mendengar ocehan tak masukan akal seperti sekarang."Hei ... kenapa ngambek aku cuman ngomong kenyataan." Jonathan bangun dari tidurnya dan duduk sambil melihat Kaluna."Tapi nggak gitu juga, rasanya kok sedih amat hidup kamu, Jo," ucap Kaluna gemas, "kayanya kalau dibuat cerita kisah kamu itu bakal masuk ke kategori sad ending yang bikin pembacanya ngamuk-ngamuk ke penulisnya," lanjut Kaluna."Mungkin, tapi ... siapa juga orang yang mau membaca cerita menjijikan kaya cerita hidup aku? Cerita me
"Ngeliat muka lo yang secerah harapan orang tua, gue yakin malam pertama lo sangat-sangat menyenangkan," canda Raka setelah ia melihat Jonathan duduk di sampingnya. "Diem," ucap Jonathan sambil membuka botol air mineral dan meminumnya hingga tandas."Capek bener kayanya ampe satu botol langsung abis, emang semenyenangkan apa sih malam pertama lo ama Kaluna? Gue rasa ini juga bukan malem pertama lo banget-banget deh," canda Raka lagi sambil menaikan sebelah alisnya."Just shut up, Raka," ucap Jonathan sambil tersenyum kecil saat mendengar candaan Raka yang penuh dengan fakta. Memang tadi malam, subuh dan pagi tadi bukan lah kali pertama Jonathan bercinta dengan Kaluna tapi, itu kali pertama ia bisa merasakan kembali setiap inci ceruk kenikmatan Kaluna tanpa menggunakan kondom dan sialnya Jonathan sangat menyukainya."Beuh ... beuh ... yakin panas!" seru Raka sambil mengipas-ngipas tangannya dan tertawa penuh arti pada Jonathan."Lumayan," jawab Jonathan singkat. Jonathan seolah engan
"Kamu bisa duduk nggak?" tanya Kaluna pusing karena melihat Jonathan berjalan hilir mudik di depannya, "pusing aku liat kamu, Jo."Brak!!!Entah sudah berapa kali Kaluna mendengar Jonathan menggebrak meja, Kaluna berharap meja itu tetap kokoh bertahan ditengah gempuran pukulan dari Jonathan. Setelah Gendis membuat ulah Jonathan meminta Kaluna beres-beres dan pulang ke rumah.Sepanjang jalan pulang Jonathan hanya diam dan sesekali menghela napas seolah ada batu seberat sepuluh ton menimpa bahunya. Sekarang setelah sampai di rumah, Jonathan hanya hilir mudik."Kenapa Gege nggak bisa nemuin ponselnya sih?" tanya Jonathan kesal. Ia ingat saat meminta Kaluna beres-beres dirinya mencari Gege dan menanyakan apakah ada barang hilang lalu meminta Gege untuk mencari ponsel sialan Gendis."Kan Gege udah bilang semua staf dan crew EO-nya nggak ada satu pun yang nemuin ponsel.""Harusnya mereka bisa nemuin itu semuanya, apa coba kerjaan mereka kalau mereka nggak bisa nemuin itu semua," ucap Jonath
"Cakra ... aku butuh bantuan kamu," ucap Kaluna sambil menggigit bagian bawah bibirnya untuk menahan egonya yang saat ini sedang memakinya karena meminta tolong Cakra."Aku nggak salah denger, Kaluna? Kamu minta tolong ke aku setelah kemarin seharian kamu bersikap dingin ke aku?" tanya Cakra kaget."Kemarin aku nikah, kamu mau aku ngapain? Meluk kamu di depan tamu undangan?" tanya Kaluna ketus. "Kalau bisa bagus.""Sinting! Aku tadinya ngundang kamu dan bikin acara di tempat kamu itu biar kamu sadar kalau aku udah bukan milik kamu lagi. Tapi, kayanya semuanya sia-sia," ucap Kaluna kesal. Seandainya dia tidak membutuhkan pertolongan Cakra mungkin saat ini ia sudah memaki-maki dengan seluruh kata kotor yang ada di muka bumi kepada Cakra."Nggak sia-sia juga sih," sahut Cakra dengan suara sedikit bergetar seolah ingin meredam rasa kecewa."Jadi?" tanya Kaluna penasaran lalu tiba-tiba ia teringat maksud dan tujuan dia menelepon Cakra, "ah ... udahlah, aku nggak peduli. Sekarang aku mau m