"Ngeliat muka lo yang secerah harapan orang tua, gue yakin malam pertama lo sangat-sangat menyenangkan," canda Raka setelah ia melihat Jonathan duduk di sampingnya. "Diem," ucap Jonathan sambil membuka botol air mineral dan meminumnya hingga tandas."Capek bener kayanya ampe satu botol langsung abis, emang semenyenangkan apa sih malam pertama lo ama Kaluna? Gue rasa ini juga bukan malem pertama lo banget-banget deh," canda Raka lagi sambil menaikan sebelah alisnya."Just shut up, Raka," ucap Jonathan sambil tersenyum kecil saat mendengar candaan Raka yang penuh dengan fakta. Memang tadi malam, subuh dan pagi tadi bukan lah kali pertama Jonathan bercinta dengan Kaluna tapi, itu kali pertama ia bisa merasakan kembali setiap inci ceruk kenikmatan Kaluna tanpa menggunakan kondom dan sialnya Jonathan sangat menyukainya."Beuh ... beuh ... yakin panas!" seru Raka sambil mengipas-ngipas tangannya dan tertawa penuh arti pada Jonathan."Lumayan," jawab Jonathan singkat. Jonathan seolah engan
"Kamu bisa duduk nggak?" tanya Kaluna pusing karena melihat Jonathan berjalan hilir mudik di depannya, "pusing aku liat kamu, Jo."Brak!!!Entah sudah berapa kali Kaluna mendengar Jonathan menggebrak meja, Kaluna berharap meja itu tetap kokoh bertahan ditengah gempuran pukulan dari Jonathan. Setelah Gendis membuat ulah Jonathan meminta Kaluna beres-beres dan pulang ke rumah.Sepanjang jalan pulang Jonathan hanya diam dan sesekali menghela napas seolah ada batu seberat sepuluh ton menimpa bahunya. Sekarang setelah sampai di rumah, Jonathan hanya hilir mudik."Kenapa Gege nggak bisa nemuin ponselnya sih?" tanya Jonathan kesal. Ia ingat saat meminta Kaluna beres-beres dirinya mencari Gege dan menanyakan apakah ada barang hilang lalu meminta Gege untuk mencari ponsel sialan Gendis."Kan Gege udah bilang semua staf dan crew EO-nya nggak ada satu pun yang nemuin ponsel.""Harusnya mereka bisa nemuin itu semuanya, apa coba kerjaan mereka kalau mereka nggak bisa nemuin itu semua," ucap Jonath
"Cakra ... aku butuh bantuan kamu," ucap Kaluna sambil menggigit bagian bawah bibirnya untuk menahan egonya yang saat ini sedang memakinya karena meminta tolong Cakra."Aku nggak salah denger, Kaluna? Kamu minta tolong ke aku setelah kemarin seharian kamu bersikap dingin ke aku?" tanya Cakra kaget."Kemarin aku nikah, kamu mau aku ngapain? Meluk kamu di depan tamu undangan?" tanya Kaluna ketus. "Kalau bisa bagus.""Sinting! Aku tadinya ngundang kamu dan bikin acara di tempat kamu itu biar kamu sadar kalau aku udah bukan milik kamu lagi. Tapi, kayanya semuanya sia-sia," ucap Kaluna kesal. Seandainya dia tidak membutuhkan pertolongan Cakra mungkin saat ini ia sudah memaki-maki dengan seluruh kata kotor yang ada di muka bumi kepada Cakra."Nggak sia-sia juga sih," sahut Cakra dengan suara sedikit bergetar seolah ingin meredam rasa kecewa."Jadi?" tanya Kaluna penasaran lalu tiba-tiba ia teringat maksud dan tujuan dia menelepon Cakra, "ah ... udahlah, aku nggak peduli. Sekarang aku mau m
Karin membenturkan kepalanya pelan ke lemari sambil sesekali menyentuh ponsel Gendis. Tiba-tiba saja dia ingat saat dia mengambil ponsel Gendis, dia ingat setelah merekam video pengakuan Gendis yang membuat tubuhnya bergidik dia mendapati ponsel Gendis yang tertinggal.Awalnya Karin ingin mengenbalikannya tapi ada perasaan menggelitik saat mendapati secarik kertas di bagian belakang ponsel Gendis. Secarik kertas yang bertuliskan password ponsel milik Gendis.Dia ingat kebiasaan Gendis yang sangat suka mabuk hingga terkapar tak tentu arah di New Zaeland hingga membuat bartender kebingungan harus menghubungi siapa membuat Gendis memutuskan menuliskan password di secarik kertas lalu di sisipkan di bagain belakang ponselnya. Sinting! Tapi, itu lumayan membantu dan hany beberapa kawan dekatnya saja yang mengetahui hal tersebut, termasuk dirinya.Dengan bodohnya Karin mengutak atik ponsel Gendis mencari sesuatu yang bisa membuat ia menjungkirbalikkan dunia Kaluna. Semua galeri, chat dan lai
"Jo ... Jonathan, hei ... Jo," panggil Kaluna saat masuk ke dalam kamar dan tidak mendapati Jonathan di atas ranjang.Sayup-sayup Kaluna mendengar suara orang di kamar mandi, dengan cepat ia membuka kamar mandi dan mendapati Jonathan yang sedang mengenakan handuk di bagian pinggangnya."Astaga, Yang ... jangan kagetin bisa nggak?" tanya Jonathan kaget saat melihat Kaluna yang tiba-tiba ada di sana hingga membuat handuknya terlepas. "Jatuh kan.""Mau jatuh, mau terbang, mau nggak kamu pakai juga itu anduk aku nggak peduli, Jo," ucap Kaluna santai, "aku udah liat isinya, dan aku nggak pernah kecewa dengan performanya.""Yang!" Kadang Jonathan jantungan mendengar perkataan Kaluna yang terkadang tidak senonoh dan mungkin bisa didakwa karena melakukan tindakan pelecehan seksual."Lah emang bener kok, nggak sia-sia aku keras kepala ke ibu buat nikah sama kamu dan pacaran lagi sama kamu karena aku mendapatkan sesuatu yang spekta," goda Kaluna sambil mengedipkan sebelah matanya.Jantung Jonat
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung