Kaluna yang sedang tertidur tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang menggelitik payudaranya, gelitikan itu tiba-tiba saja berubah menjadi rasa nikmat yang menjalar dari puting payudaranya hingga keseluruh tubuh Kaluna. "Ah ... apa?" tanya Kaluna sambil mengusap dadanya dengan mata yang masih tertutup. Tangannya langsung mengenai rambut yang sangat tebal, dengan cepat Kaluna membuka matanya dan melihat ke arah payudaranya."Jo ... kamu ngapain?" tanya Kaluna bingung sambil mencoba mendorong kepala Jonathan untuk menjauh payudaranya. "Nggak ngapa-ngapain," jawab Jonathan santai sambil membalas tatapan Kaluna. "Nggak ngapa-ngapain gimana? Ini kamu ngapain buka kancing baju tidur aku? Kamu mau ngapain?" Sekali lagi Kaluna bertanya sambil menjauhkan badannya.Nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul membuat Kaluna berusaha keras untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Dia ingat setelah makan, Jonathan meminta izin untuk keluar rumah. Kaluna pun mandi dan merebahkan diri di ranjang,
"Keluar dari rumah Jonathan atau kuledakan itu rumah!""Ibu!" teriak Kaluna. Kaluna spontan terduduk dan menggerakkan pinggulnya."Ayang," erang Jonathan yang langsung saja merasakan cengkeraman di bagian kejantanan miliknya yang sialnya membuat batang kenikmatannya kembali bangun seolah meraung meminta kembali dipuja oleh Kaluna.Kaluna membulatkan matanya dan menutup mulut Jonathan supaya tidak mengeluarkan suara sama sekali. Bisa mati dia bila ketahuan sedang berbuat hal penuh birahi oleh Emma.Ibunya mungkin tahu kelakuan Kaluna bersama Jonathan tapi, tidak etis rasanya kalau Emma memergoki dirinya sedang berduaan seperti ini. Lebih tepatnya ia takut dicekik oleh Emma."Keluar nggak dari rumah Jonathan!" seru Emma lagi dengan suara keras hingga membuat Kaluna menyerngitkan kupingnya."Bu, ini jam dua subuh. Aku keluar pun mau ke mana malam-malam dan lagi Jonathan juga udah tidu ... r." Kaluna membulatkan matanya sambil menekan tangannya menutupi bibir Jonathan. Tubuhnya bergetar s
"Bu ... ini gimana?" tanya Kaluna kelabakan sambil melihat pakaiannya."Tenang, Kaluna. Kamu kenapa sih kaya yang stress gitu," ucap Emma yang menahan tawanya karena dari pagi sudah melihat Kaluna yang kebingungan."Sempit Ibu, ini baju nikah aku jadi sempit." Kaluna makin stress karena mendapati kalau baju pengantinnya tiba-tiba sempit bukan main padahal ia akan menikah tiga hari lagi."Kamu makan apa aja sih? Kamu naik berat badan?" tanya Emma dengan suara selembut mungkin padahal di dalam hatinya ia juga sama-sama waswas karena melihat baju pengantin Kaluna yang tidak bisa diresleting."Nggak Bu, sumpah aku nggak makan seenaknya dan aku juga nggak tau kenapa bisa mengecil gini." Kaluna hampir menangis saat kembali melihat orang yang membantunya mengenakan baju pernikahan tampak ke susahan menresletingkan gaun pengantinnya."Badan kamu kali yang membesar karena nggak mungkin bajunya ngecilin," ucap Emma sambil menepuk bokong Kaluna, "apa kamu ....""Apa?" tanya Kaluna sambil melihat
"Lo kenapa sih?" tanya Raka yang dari tadi pusing melihat Jonathan berjalan hilir mudik ke kanan dan ke kiri hingga membuat dirinya pusing."Kaluna Dayana ...." Jonathan hilir mudik tak tentu arah seolah mencoba untuk menghapalkan sesuatu hal yang sangat sulit, sesulit soal olimpiade matematika."Wah, udah nggak beres otak sobat gue," ucap Raka yang kesal karena tidak dihiraukan oleh Jonathan, ingin rasanya ia mengkeplak kepala Jonathan dan menyadarkannya tapi, karena ini adalah hari penting bagi sobat sumber uangnya tersebut maka Raka akan mencoba untuk lebih bersabar. "Dengan ...." Sekali lagi Jonathan terus berkata-kata tanpa lelah sambil berjalan hilir mudik. Tangannya berkali-kali membolak balik kertas yang terlihat sudah koyak dan rapuh karena sudah sering dibolal balik."Jo ... hoi, Jo ... Raka pada Jonathan Baskoro! Hoi!" terika Raka sambil menepuk kedua tangannya hingga menghasilkan suara yang sangat keras berharap Jonathan mengalihkan perhatiannya pada dirinya. Namun, nihi
"Aku mau ke kamar mandi," pekik Kaluna kalut sambil menarik-narik gaun pengantinnya panik."Nggak ... mana ada kamu mau ke kamar mandi, kamu itu tadi udah pipis berapa kali, Nak. Tolong lah jangan bikin riasan dan gaun pengantin kamu porak poranda," ucap Emma sambil memperbaiki gaun pengantin Kaluna supaya terlihat kembali rapi."Sama saya aja, Tante," ucap Joya sambil membantu Emma memperbaiki gaun pengantin Kaluna."Aduh, makasih yah, Nak Joya. Maaf juga tiba-tiba diminta jadi bridesmaid." Emma menepuk bahu Joya, "maklum anak Ibu introvert jadi jarang punya temen, temennya Jonathan doang." Joya hanya bisa tersenyum manis, "Nggak papa, bukannya suami itu calon teman kita seumur hidup, Tante. Jadi, wajar kalau Kaluna temenannya ama Jonathan.""Ya ampun, kamu ramah, cantik dan baik pula. Kenapa nggak dari dulu sih kamu deket sama Kaluna," ucap Emma sambil sekali lagi menepuk bahu Joya, "Ibu permisi dulu yah, mau panggil Papa Wisnu," lanjut Emma sambil undur diri dari sana."Joy, makas
Suara tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Kaluna dan Jonathan memasuki ballroom pernikahan, semua orang seolah memberikan berkat dan juga restu untuk pernikahan Kaluna dan Jonathan. Mereka berdua hanya bisa tersenyum sambil sesekali melambaikan tangannya pada beberapa orang kolega yang mereka kenal dan hampir semua orang yang Kaluna kenal ada di sana. Baik yang Kaluna kenal secara personal maupun yang hanya bisa Kaluna kenal lewat layar kaca, Kaluna yakin itu adalah teman-teman Jonathan."Astaga, Jo," bisik Kaluna saat ekor matanya melihat satu sosok yang ia kenal dan mungkin idolalan."Kenapa Sayang?" "Kok bisa ada Chef Hordon Hamsey di sini? Dia kan eksekutif Chef Moon pusat? Dan lagi dia kan terkenal banget, dia jarang banget mau datang ke acara-acara pernikahan atau apa pun juga," cerocos Kaluna dengan mata berbinar. Jujur dia mengidolakan Chef Hordon tapi, dia malu untuk mengakuinya di depan Jonathan."Yah gimana yang nikah sih, kamu nikahnya sama aku anak kesayangan dia pas
Gendis menegak gelas martininya dengan kesal dan membantingnya di meja. Napasnya memburu dan rasa kesal dengan cepat menjalar disekujur tubuhnya bila mengingat omongan Kaluna!Sumpah demi apa pun itu kali pertama Kaluna menyerangnya dengan cara mirroring. Kaluna benar-benar lihai mengikuti prilaku yang biasanya Gendis lakukan pada Kaluna saat Gendis akan memanipulasi sahabatnya itu. Sial! Tujuh tahun tidak bertemu dengan Kaluna membuat, Gendis tidak tahu perkembangan mental dari sahabatnya itu."Ampun! Stop, Ndis ...."Gendis langsung menoleh untuk melihat ke sumber suara setelah menegak gelas martininya."Karin?" tanya Gendis bingung kenapa wanita itu ada di sana, "kamu ngapain di sini? Please jangan bilang kamu diundang Kaluna."Karin mengangguk sambil menghela napas dan menyilangkan tangangnya di dada dan melihat ke arah suaminya yang saat ini sedang menatap Kaluna seperti orang linglung. Rese!"Mau apa dia undang kamu?" tanya Gendis yang kembali meminum martini yang sudah diisi ke
"Kaluna ...."Sebuah suara menghentikan langkah Kaluna, "Dokter Fina, hai ... kalian akhirnya bisa ketemu juga," ucap Kaluna dengan mata berbinar saat melihat Andrea dan Marco, kedua anak Fina yang sangat menggemaskan. Andrea dan Marco langsung mencium tangan Kaluna dengan sopan, "Wow ... manis banget anak-anak Dokter," pekik Kaluna yang amazing melihat betapa sopan dan sangat menganut budaya ketimuran sikap juga prilaku Andrea dan Marco padahal wajah mereka terlihat sangat Italia."Kalian ke Daddy dulu yah, nanti Ibu nyusul. Ibu mau ngobrol sesuatu sama Tante Cantik," ucap Fina sambil menunjuk seorang pria tampan bertubuh tegap yang sedang tersenyum ke arah mereka."Bye Tante Cantik," ucap Andrea sambil melambaikan tangannya dan berlari menyusul Marco yang sudah berdiri di samping Aldo."Mereka semua sehat dan ...." Kaluna tersenyum tipis seolah paham keinginan Jonathan yang tidak mau memiliki keturunan sama sekali. Perih rasanya dihari bahagiannya dia harus sedikit kesal karena haru