"Lo kenapa sih?" tanya Raka yang dari tadi pusing melihat Jonathan berjalan hilir mudik ke kanan dan ke kiri hingga membuat dirinya pusing."Kaluna Dayana ...." Jonathan hilir mudik tak tentu arah seolah mencoba untuk menghapalkan sesuatu hal yang sangat sulit, sesulit soal olimpiade matematika."Wah, udah nggak beres otak sobat gue," ucap Raka yang kesal karena tidak dihiraukan oleh Jonathan, ingin rasanya ia mengkeplak kepala Jonathan dan menyadarkannya tapi, karena ini adalah hari penting bagi sobat sumber uangnya tersebut maka Raka akan mencoba untuk lebih bersabar. "Dengan ...." Sekali lagi Jonathan terus berkata-kata tanpa lelah sambil berjalan hilir mudik. Tangannya berkali-kali membolak balik kertas yang terlihat sudah koyak dan rapuh karena sudah sering dibolal balik."Jo ... hoi, Jo ... Raka pada Jonathan Baskoro! Hoi!" terika Raka sambil menepuk kedua tangannya hingga menghasilkan suara yang sangat keras berharap Jonathan mengalihkan perhatiannya pada dirinya. Namun, nihi
"Aku mau ke kamar mandi," pekik Kaluna kalut sambil menarik-narik gaun pengantinnya panik."Nggak ... mana ada kamu mau ke kamar mandi, kamu itu tadi udah pipis berapa kali, Nak. Tolong lah jangan bikin riasan dan gaun pengantin kamu porak poranda," ucap Emma sambil memperbaiki gaun pengantin Kaluna supaya terlihat kembali rapi."Sama saya aja, Tante," ucap Joya sambil membantu Emma memperbaiki gaun pengantin Kaluna."Aduh, makasih yah, Nak Joya. Maaf juga tiba-tiba diminta jadi bridesmaid." Emma menepuk bahu Joya, "maklum anak Ibu introvert jadi jarang punya temen, temennya Jonathan doang." Joya hanya bisa tersenyum manis, "Nggak papa, bukannya suami itu calon teman kita seumur hidup, Tante. Jadi, wajar kalau Kaluna temenannya ama Jonathan.""Ya ampun, kamu ramah, cantik dan baik pula. Kenapa nggak dari dulu sih kamu deket sama Kaluna," ucap Emma sambil sekali lagi menepuk bahu Joya, "Ibu permisi dulu yah, mau panggil Papa Wisnu," lanjut Emma sambil undur diri dari sana."Joy, makas
Suara tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Kaluna dan Jonathan memasuki ballroom pernikahan, semua orang seolah memberikan berkat dan juga restu untuk pernikahan Kaluna dan Jonathan. Mereka berdua hanya bisa tersenyum sambil sesekali melambaikan tangannya pada beberapa orang kolega yang mereka kenal dan hampir semua orang yang Kaluna kenal ada di sana. Baik yang Kaluna kenal secara personal maupun yang hanya bisa Kaluna kenal lewat layar kaca, Kaluna yakin itu adalah teman-teman Jonathan."Astaga, Jo," bisik Kaluna saat ekor matanya melihat satu sosok yang ia kenal dan mungkin idolalan."Kenapa Sayang?" "Kok bisa ada Chef Hordon Hamsey di sini? Dia kan eksekutif Chef Moon pusat? Dan lagi dia kan terkenal banget, dia jarang banget mau datang ke acara-acara pernikahan atau apa pun juga," cerocos Kaluna dengan mata berbinar. Jujur dia mengidolakan Chef Hordon tapi, dia malu untuk mengakuinya di depan Jonathan."Yah gimana yang nikah sih, kamu nikahnya sama aku anak kesayangan dia pas
Gendis menegak gelas martininya dengan kesal dan membantingnya di meja. Napasnya memburu dan rasa kesal dengan cepat menjalar disekujur tubuhnya bila mengingat omongan Kaluna!Sumpah demi apa pun itu kali pertama Kaluna menyerangnya dengan cara mirroring. Kaluna benar-benar lihai mengikuti prilaku yang biasanya Gendis lakukan pada Kaluna saat Gendis akan memanipulasi sahabatnya itu. Sial! Tujuh tahun tidak bertemu dengan Kaluna membuat, Gendis tidak tahu perkembangan mental dari sahabatnya itu."Ampun! Stop, Ndis ...."Gendis langsung menoleh untuk melihat ke sumber suara setelah menegak gelas martininya."Karin?" tanya Gendis bingung kenapa wanita itu ada di sana, "kamu ngapain di sini? Please jangan bilang kamu diundang Kaluna."Karin mengangguk sambil menghela napas dan menyilangkan tangangnya di dada dan melihat ke arah suaminya yang saat ini sedang menatap Kaluna seperti orang linglung. Rese!"Mau apa dia undang kamu?" tanya Gendis yang kembali meminum martini yang sudah diisi ke
"Kaluna ...."Sebuah suara menghentikan langkah Kaluna, "Dokter Fina, hai ... kalian akhirnya bisa ketemu juga," ucap Kaluna dengan mata berbinar saat melihat Andrea dan Marco, kedua anak Fina yang sangat menggemaskan. Andrea dan Marco langsung mencium tangan Kaluna dengan sopan, "Wow ... manis banget anak-anak Dokter," pekik Kaluna yang amazing melihat betapa sopan dan sangat menganut budaya ketimuran sikap juga prilaku Andrea dan Marco padahal wajah mereka terlihat sangat Italia."Kalian ke Daddy dulu yah, nanti Ibu nyusul. Ibu mau ngobrol sesuatu sama Tante Cantik," ucap Fina sambil menunjuk seorang pria tampan bertubuh tegap yang sedang tersenyum ke arah mereka."Bye Tante Cantik," ucap Andrea sambil melambaikan tangannya dan berlari menyusul Marco yang sudah berdiri di samping Aldo."Mereka semua sehat dan ...." Kaluna tersenyum tipis seolah paham keinginan Jonathan yang tidak mau memiliki keturunan sama sekali. Perih rasanya dihari bahagiannya dia harus sedikit kesal karena haru
“Yang … Ayang ….” Jonathan yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel langsung memanggil Kaluna. Ia berjalan ke arah kamar melintasi ruangan yang dibuat seperti ruang duduk tamu, kamar dengan tipe sweet honeymoon ini memang dibuat seperti tipe studio sebuah apartemen kecil.Jonathan membuka jasnya dan mencoba melonggarkan dasinya, rasa sesak dan lelah langsung menerpa Jonathan. Rasanya kakinya rontok bukan main dan matanya mengantuk. Tanpa sadar Jonathan melihat ke arah jam di tangannya.“Jam 12 malam, astaga malem banget … Yang,” panggil Jonathan sambil masuk ke dalam kamar dan mendapati baju pengantin Kaluna di atas ranjang sedangkan dirinya tidak mendapati batang hidung Kaluna.Jonathan terlalu asik berbincang dengan beberapa rekan sejawatnya saat ia berada di New Zealand hingga lupa waktu dan akhirnya ia baru sampai kamar ditengah malam, itu pun setelah ia berkali-kali undur diri karena selalu dicegah oleh kawan-kawannya.“Ayang, di mana kamu? Kamar mandi?” tanya Jonathan berharap
"Kamu yakin?" tanya Jonathan sambil memeluk Kaluna dan menahan hasrahnya yang sudah siap meledak."Untuk?" tanya Kaluna sambil mengusap telunjuknya di dada Jonathan dengan gerakan sensual yang mendidihkan birahinya sendiri karena rasa panas yang ia rasakan di ujung telunjuknya seolah menenggelamkan dirinya dalam gairah erotis yang berjalan liar di pikirannya."Ngelakuin tanpa pengaman." Jonathan berjuang untuk menelan ludahnya sendiri karena sumpah demi apa pun tatapan mata Kaluna seolah membakar gairahnya. Sebuah tatapan lugu namun Jonathan tahu dibalik itu semua ada sisi liar nan erotis yang Kaluna miliki, sebuah sisi yang hanya ditunjukan pada Jonathan saja dan Jonathan menyukainya.Kaluna melepaskan jemarinya dari dada Jonathan, ia mundur beberapa langkah hingga menabrak pintu. Dengan gerakan sensual ia menyilangkan tangannya di dada menyangga payudaranya hingga terangkat sempurna dan menunjukkan pemandangan erotis yang membuat Jonathan tidak mengalihkan pandangannya dari belahan
Kaluna hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil menahan air matanya yang entah sudah berapa lama membanjiri bantalnya. Capek, kesal, sakit hati, kecewa, marah dan sedih bercampur menjadi satu.Itu semua karena kelakuan Jonathan yang menurutnya sangat-sangat menyebalkan, ayolah ... dia sudah siap untuk memiliki anak dengan cara yang alami. Semuanya pun di kontrol oleh Dokter Fina, dan Dokter Fina sudah bilang kalau everthing is oke, mereka bisa melakukannya tanpa khawatir apa pun juga. "Argh!" Kaluna membenturkan kepala lalu membenamkan wajahnya ke bantal empuk hotel. "Rese sumpah kamu, Jo. Emang dia nggak mau punya anak apa? Ish ... dahlah ... terserah dia aja, mau punya anak atau nggak! Aku nggak peduli!"Gerutuan dan umpatan penuh kekecewaan terus keluar dari bibir Kaluna sampai ia tidak sadar kalau dari tadi Jonathan memperhatikan dirinya dari depan pintu kamar yang terhubung dengan pintu ke arena living room. Ruangan hotel yang terbatas membuat Jonathan bisa mendengar dan melihat