BRAK!!!Kaluna hanya bisa diam dengan tubuh bergetar dan terduduk sambil menahan tangisnya. Kepalanya sakit bukan kepalang karena karena pikirannya dan memorinya menyeret dirinya ke keadaans saat bersama Pamungkas. Jijik.Tubuhnya melayang dan ia hanya menatap lurus ke depan tanpa menyadari apa yang ada di sekitarnya, ia diam tak berkata apa pun juga. Tubuhnya bergetar hebat dan air matanya terus mengalir tanpa ada satu kata pun keluar dari mulutnya. Takut."Lepas," bisik Kaluna lemah sambil menangis dan memeluk tubuhnya sendiri. Tanpa sadar ia menggerakkan tubuhnya ke depan dan ke belakang sambil mengusap-usap bahunya dengan kasar. "Lepas."Kaluna terus menangis dan mulai menggaruki lehernya dengan keras saat ia makin tergulung dalam memori bejat yang sudah sangat dalam Pamungkas torehkan pada dirinya. Saking dalamnya Kaluna tidak sanggup lagi untuk menyembuhkan luka itu, luka itu terlalu menyakitkan."Lepas ... nggak mau, lepas ...." Kaluna kembali mengulang perkatannya sambil mengg
"Jonathan!""Iya sayang aku di sini, kenapa Sayang?" tanya Jonathan yang dengan cepat bangun dari tidurnya dan duduk di ranjang Kaluna. "Jo ... peluk aku ... Cakra ...." Kaluna menggaruk lehernya dengan kencang lalu menatap liar ke seluruh kamarnya. "Jo."Jonathan dengan cepat mengambil tangan Kaluna lalu mengecupinya, ia berusaha keras agar Kaluna tidak menyakiti dirinya sendiri. "Aku di sini Sayang, kamu aman."Kaluna menangis histeris lalu memeluk Jonathan seerat mungkin. Sedetik setelah Kaluna melabuhkan kepalanya di dada Jonathan, Kaluna langsung mencium wangi tubuh Jonathan yang terasa menenangkan dirinya. "Aku nggak paham kenapa Cakra bisa semenakutkan itu, sumpah dia nggak kaya gitu, Jo," bisik Kaluna sambil mencengkeram erat baju Jonathan dengan tangan yang bergetar akibat menahan amarah bercampur takut."Cowo bedebah nggak punya otak kaya Cakra mending nggak usah kamu deketin lagi, nggak usah kamu ketemu dia lagi," ucap Jonathan sambil mengusap leher Kaluna pelan. Kesal ra
Brak ... brak ....Karin mengerjapkan matanya, rasa kantuknya tiba-tiba berganti dengan rasa takut. Dengan susah payah dia mencoba memicingkan matanya untuk melihat ada apa di sumber suara keras yang ada di pojok kamarnya."Siapa?" tanya Karin takut sambil menyalakan saklar lampu, saat lampu kamarnya menyala jantungnya berdetak keras."Cakra, ngapain kamu?" Karin makin kaget dan meloncat dari kasur saat melihat wajah Cakra yang tak karu-karuan, "Cakra kamu kenapa? Kenapa muka kamu jadi kaya gini? Kamu berantem sama siapa?" tanya Karin sambil berlari mendekati Cakra."Bukan urusan kamu," ucap Cakra sambil duduk di sofa dan mencoba memejamkan matanya. Tanpa sadar ingatannya menyeret dirinya ke ingatan yang baru saja terjadi. Ingatannya pada sisi rapuh Kaluna yang belum pernah Cakra liat."Tuhan ... kamu kenapa, Baby? Apa yang salah? Kamu kenapa bisa sampai setakut itu? Aku salah apa?" tanya Cakra di dalam hatinya sambil menekan kedua matanya. Lelah.Cakra ingat setelah Jonathan memakiny
"Mbak aku nggak nyangka bakal ketemu sama Mbak lagi," ucap Fia penuh semangat saat melihat Kaluna yang datang ke hotelnya."Aku juga nggak nyangka bakal ketemu kamu lagi, Fia," ucap Kaluna sambil berjalan mengiringi Fia.Fia tersenyum manis sambil menunjukkan beberapa ruangan yang bisa Kaluna gunakan, "Aku kaget pas liat Mbak dateng sama Pak Gege, aku sangka Mbak mau nginap di sini. Ternyata Mbak yang mau nyewa ballroom kami," ucap Fia bersemangat."Iya, abis udah nggak ada venue lagi. Jadi, yah kita ambil di hotel ini dan lagi tempat ini sesuai sama konsep yang aku mau, Fi.""Konsep lama?" tanya Fia dan langsung mengutuki kebodohannya saat ia mendapatkan lirikan maut dari Gege. "Ah .. maksud saya ... maksudnya ....""Nggak papa, udah lewat juga kejadiannya," ucap Kaluna mencoba memahami Fia."Maaf Mbak, saya lancang," ucap Fia penuh dengan penyesalan."Mbak Kaluna gimana sama ruangan ini?" Gege mencoba mengalihkan pembicaraan.Kaluna mengangguk, ia memang suka ruangan itu dan dulu di
"Mau ke mana?" tanya Kaluna saat melihat Jonathan berdiri dari duduknya. "Jangan tinggalin aku sendirian, nanti aku diculik kucing loh.""Hahaha ... aku malah kasihan sama kucing yang nyulik kamu.""Kenapa?""Badan kamu berat, kamu gen ...." "Jo," rengek Kaluna geram sambil mencubit paha Jonathan kesal, "aku gendutan? Ish gimana kalau baju nikahan aku nggak muat? Aku nikah pake apa?""Pake bajulah, Yang ... atau pake bath rope aja, biar kita bisa langsung ke kamar dan gampang bu ... aw ... Yang, sakit," pekik Jonathan yang merasakan rasa panas di pahanya."Rese sumpah, udah ah aku nggak mau makan," ucap Kaluna sambil mendorong makanannya walau perutnya sedang melakukan orkestra karena merasa lapar.Jonathan menghela napas pelan sambil mengambil piring Kaluna, "Aa ...."Kaluna menggeleng, "Nggak aku gendut kaya babi terbang."Jonathan tergelak mendengar perkataan Kaluna, "Yang, mana ada babi terbang. Nggak ada Yang.""Ya udah, nanti aku gendut kaya babi air.""Hahaha ... babi gelondon
"Cakra! Stop udah, stop," pekik Kaluna kesal saat tubuhnya terus Cakra dorong hingga ke depan mobil berwarna hitam yang Kaluna tidak kenali.Cakra membuka pintu dan mendorong Kaluna hingga masuk ke mobilnya, "Masuk, Baby. Aku mau ngomong berdua sama kamu, empat mata dan privat tanpa ada campur tangan Jonathan atau siapa pun juga.""Nggak, aku mau keluar. Aku nggak mau cuman berdua sama kamu, aku nggak suka," ucap Kaluna sambil mencoba untuk keluar dari mobil tapi, dengan capat Cakra menutup pintu mobilnya."Cakra buka!" sentak Kaluna sambil membuka pintu namun sia-sia, Cakra mengaktifkan children lock hingga Kaluna tidak bisa membuka pintu dari dalam mobil. Kaluna pun berusaha membuka kaca mobil namun, nihil. Cakra juga mengaktifkan lock window."Cakra! Aku mau keluar!" sentak Kaluna sambil berbalik dan menatap Cakra yang sudah ada di sampingnya."Aku mau ngomong Baby, empat mata." Cakra mencengkeram tangan Kaluna dan menekan tangan Kaluna ke dadanya, "please Baby, aku butuh berbicara
Jonathan mengatur napasnya untuk meredam amarahnya karena melihat Cakra dan Kaluna di dalam mobil berduaan. Tadi saat ia kembali dari kamar mandi, jantungnya hampir melompat keluar karena tidak mendapati Kaluna dan mendapatkan info kalau Kaluna pergi dengan lelaki yang ciri-ciri fisiknya sangat sesuai dengan Cakra.Jonathan berjalan ke arah jendela Kaluna lalu mengetuknya, "Buka Yang, berantem lagi kita kalau kamu nggak buka ini jendela mobil sialan."Kaluna dari dalam mobil membuka kunci pintu mobil dan menarik-nariknya dengan kesal. Mulutnya bergerak seperti mengucapkan kata children lock.Jonathan yang paham langsung membuka pintu mobil Cakra dari luar dan berhasil. Saat pintu mobil itu terbuka, Kaluna langsung menghambur ke pelukan Jonathan."Jo, sumpah aku takut sama dia," ucap Kaluna dengan tubuh bergetar karena selama berbincang dengan Cakra, Kaluna menyembunyikan rasa takutnya.Jonathan melihat wajah Kaluna lalu mengecup bibirnya. "Diem di belakang aku dan nggak usah ikut camp
"Yang tadi bener?" tanya Kaluna sesaat mereka menginjakkan kakinya di rumah Jonathan. Jonathan mengambil gelas lalu meminum isinya sampai tandas, "Yang mana?" tanya Jonathan acuh."Karin pengedar?" tanya Kaluna yang masih sedikit kaget dengan informasi yang baru saja ia dapatkan."Kamu udah liat beritanya, kan. Kamu paham bahasa inggris kan?" tanya Jonathan lagi sambil berjalan ke arah ruang keluarga dan menghempaskan bokongnya di sofa. Lelah."Tapi, aku ... aku ....""Sini duduk," pinta Jonathan sambil menepuk sofa di sampingnya dan dengan patuh Kaluna duduk di sana.Jonathan dengan cepat merebahkan kepalanya di paha Kaluna. Rasa lelah dengan cepat terangkat dari tubuhnya saat kepalanya menyentuh paha hangat Kaluna. Lembut."Jo," bisik Kaluna sambil mengusap rambut tunangannya pelan, "maaf, gara-gara aku buat ulah kamu jadi kelimpungan."Jonathan menepuk paha Kaluna pelan, "Aku ada buat bantu kamu nyelesain masalah kok. Walau satu dunia bilang kamu salah, aku akan selalu anggap kamu