"Mbak aku nggak nyangka bakal ketemu sama Mbak lagi," ucap Fia penuh semangat saat melihat Kaluna yang datang ke hotelnya."Aku juga nggak nyangka bakal ketemu kamu lagi, Fia," ucap Kaluna sambil berjalan mengiringi Fia.Fia tersenyum manis sambil menunjukkan beberapa ruangan yang bisa Kaluna gunakan, "Aku kaget pas liat Mbak dateng sama Pak Gege, aku sangka Mbak mau nginap di sini. Ternyata Mbak yang mau nyewa ballroom kami," ucap Fia bersemangat."Iya, abis udah nggak ada venue lagi. Jadi, yah kita ambil di hotel ini dan lagi tempat ini sesuai sama konsep yang aku mau, Fi.""Konsep lama?" tanya Fia dan langsung mengutuki kebodohannya saat ia mendapatkan lirikan maut dari Gege. "Ah .. maksud saya ... maksudnya ....""Nggak papa, udah lewat juga kejadiannya," ucap Kaluna mencoba memahami Fia."Maaf Mbak, saya lancang," ucap Fia penuh dengan penyesalan."Mbak Kaluna gimana sama ruangan ini?" Gege mencoba mengalihkan pembicaraan.Kaluna mengangguk, ia memang suka ruangan itu dan dulu di
"Mau ke mana?" tanya Kaluna saat melihat Jonathan berdiri dari duduknya. "Jangan tinggalin aku sendirian, nanti aku diculik kucing loh.""Hahaha ... aku malah kasihan sama kucing yang nyulik kamu.""Kenapa?""Badan kamu berat, kamu gen ...." "Jo," rengek Kaluna geram sambil mencubit paha Jonathan kesal, "aku gendutan? Ish gimana kalau baju nikahan aku nggak muat? Aku nikah pake apa?""Pake bajulah, Yang ... atau pake bath rope aja, biar kita bisa langsung ke kamar dan gampang bu ... aw ... Yang, sakit," pekik Jonathan yang merasakan rasa panas di pahanya."Rese sumpah, udah ah aku nggak mau makan," ucap Kaluna sambil mendorong makanannya walau perutnya sedang melakukan orkestra karena merasa lapar.Jonathan menghela napas pelan sambil mengambil piring Kaluna, "Aa ...."Kaluna menggeleng, "Nggak aku gendut kaya babi terbang."Jonathan tergelak mendengar perkataan Kaluna, "Yang, mana ada babi terbang. Nggak ada Yang.""Ya udah, nanti aku gendut kaya babi air.""Hahaha ... babi gelondon
"Cakra! Stop udah, stop," pekik Kaluna kesal saat tubuhnya terus Cakra dorong hingga ke depan mobil berwarna hitam yang Kaluna tidak kenali.Cakra membuka pintu dan mendorong Kaluna hingga masuk ke mobilnya, "Masuk, Baby. Aku mau ngomong berdua sama kamu, empat mata dan privat tanpa ada campur tangan Jonathan atau siapa pun juga.""Nggak, aku mau keluar. Aku nggak mau cuman berdua sama kamu, aku nggak suka," ucap Kaluna sambil mencoba untuk keluar dari mobil tapi, dengan capat Cakra menutup pintu mobilnya."Cakra buka!" sentak Kaluna sambil membuka pintu namun sia-sia, Cakra mengaktifkan children lock hingga Kaluna tidak bisa membuka pintu dari dalam mobil. Kaluna pun berusaha membuka kaca mobil namun, nihil. Cakra juga mengaktifkan lock window."Cakra! Aku mau keluar!" sentak Kaluna sambil berbalik dan menatap Cakra yang sudah ada di sampingnya."Aku mau ngomong Baby, empat mata." Cakra mencengkeram tangan Kaluna dan menekan tangan Kaluna ke dadanya, "please Baby, aku butuh berbicara
Jonathan mengatur napasnya untuk meredam amarahnya karena melihat Cakra dan Kaluna di dalam mobil berduaan. Tadi saat ia kembali dari kamar mandi, jantungnya hampir melompat keluar karena tidak mendapati Kaluna dan mendapatkan info kalau Kaluna pergi dengan lelaki yang ciri-ciri fisiknya sangat sesuai dengan Cakra.Jonathan berjalan ke arah jendela Kaluna lalu mengetuknya, "Buka Yang, berantem lagi kita kalau kamu nggak buka ini jendela mobil sialan."Kaluna dari dalam mobil membuka kunci pintu mobil dan menarik-nariknya dengan kesal. Mulutnya bergerak seperti mengucapkan kata children lock.Jonathan yang paham langsung membuka pintu mobil Cakra dari luar dan berhasil. Saat pintu mobil itu terbuka, Kaluna langsung menghambur ke pelukan Jonathan."Jo, sumpah aku takut sama dia," ucap Kaluna dengan tubuh bergetar karena selama berbincang dengan Cakra, Kaluna menyembunyikan rasa takutnya.Jonathan melihat wajah Kaluna lalu mengecup bibirnya. "Diem di belakang aku dan nggak usah ikut camp
"Yang tadi bener?" tanya Kaluna sesaat mereka menginjakkan kakinya di rumah Jonathan. Jonathan mengambil gelas lalu meminum isinya sampai tandas, "Yang mana?" tanya Jonathan acuh."Karin pengedar?" tanya Kaluna yang masih sedikit kaget dengan informasi yang baru saja ia dapatkan."Kamu udah liat beritanya, kan. Kamu paham bahasa inggris kan?" tanya Jonathan lagi sambil berjalan ke arah ruang keluarga dan menghempaskan bokongnya di sofa. Lelah."Tapi, aku ... aku ....""Sini duduk," pinta Jonathan sambil menepuk sofa di sampingnya dan dengan patuh Kaluna duduk di sana.Jonathan dengan cepat merebahkan kepalanya di paha Kaluna. Rasa lelah dengan cepat terangkat dari tubuhnya saat kepalanya menyentuh paha hangat Kaluna. Lembut."Jo," bisik Kaluna sambil mengusap rambut tunangannya pelan, "maaf, gara-gara aku buat ulah kamu jadi kelimpungan."Jonathan menepuk paha Kaluna pelan, "Aku ada buat bantu kamu nyelesain masalah kok. Walau satu dunia bilang kamu salah, aku akan selalu anggap kamu
"Jonathan," desah Kaluna sambil merasakan kejantanan Jonathan menghunjam dirinya tanpa ampun dan menggelitik tiap inci ceruk kenikmatan miliknya hingga menggulungnya dalam rasa nikmat nan candu yang terus menjalar dari cerik kenikmatan miliknya keseluruh tubuhnya hingga membuat Kaluna menggelinjang."Suka Sayang? Mau lebih liar?" tanya Jonathan sambil mengentak Kaluna liar dan tanpa sadar ia menggemeretakkan giginya saat merasakan batang kenikmatan miliknya dicengkeram tanpa ampun oleh Kaluna hingga membuat kejantanannya makin mengeras dan dibalut oleh rasa puas nan nikmat setiap ia mengeluar masukkan batang kenikmatan miliknya."Sempit, Yang," bisik Jonathan sambil menarik rambut Kaluna ke kiri hingga membuat Jonathan melihat wajah Kaluna yang sedang merasakan rasa nikmat. Birahi Jonathan terpecut saat ia melihat bibir Kaluna yang terbuka sedikit.Tangan kanan Jonathan membelai garis badan Kaluna dan berakhir di payudara Kaluna yang dari tadi bergerak erotis seolah menggoda dirinya.
"Akhirnya kamu datang juga Tuan Jonathan," sindir Raka yang kesal karena Jonathan baru datang saat jarum pendek menunjuk ke angka sebelas."Sorry, tadi aku kejebak macet," ucap Jonathan sambil duduk di kursi yang berada telat di depan Raka. Tangannya langsung mengambil beberapa berkas di sana."Kejebak macet atau kejebak di ranjang, hah?" tanya Raka yang sudah paham kelakuan Jonathan semenjak berhubungan dengan Kaluna lelaki itu sangat sulit dan jarang sekali mau keluar rumah. "Kejebak macet," jawab Jonathan santai sambil membaca pembukuan rekapan stock opname dari bulan lalu dan ia bandingkan dengan bulan sekarang, "tapi, sebelumnya kejebak di ranjang.""Rese lo!" ucap Raka kesal sambil duduk di depan Jonathan, "tenang semua aman, kekacauan yang si Mcflurry udah dapat dikendalikan walau kita sedikit rugi.""Lo udah cari lagi itu manusia? Atau dia menghilang tanpa jejak?" tanya Jonathan yang penasaran kemana rimbanya si Mcflurry setelah keluar dari Moon."Nggak tau, tapi menurut bebe
"Gendis!""Aw ... aw ...." Gendis berusaha menggapai tangan yang saat ini sedang menjambak rambutnya dengan kencang ke belakang hingga mau tidak mau ia mundur menjauhi Jonathan."Mau kamu apa sih! Rese banget jadi perempuan! Gatel hah? Mau aku garuk? Sini aku garuk kamu pake garpu daging!"Gendis terhuyung ke belakang dan terduduk dilantai, ia meringgis keras dan mendongah lalu kaget saat mendapati Kaluna menatapnya dengan pandangan penuh kebencian yang baru kali ini ia lihat. Kaluna si penyabar, ramah, pengalah dan selalu tersenyum itu berubah menjadi Kaluna yang siap menebas lehernya dengan menggunakan pisau koleksi miliknya. "Kaluna sakit, bisa rada lembutan nggak?" tanya Gendis seraya berdiri dan menepuk-nepuk pahanya dengan kesal. "Lembut? Lo bilang gue harus lembut!" maki Kaluna, "cuman cewe gila yang tetap tenang saat melihat calon suaminya dipeluk-peluk ama sundal betina nggak tau diri kaya kamu!" sentak Kaluna geram sambil mengepalkan tanganya berusaha untuk menahan hasrat
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend