Serba salah emang jadi Kaluna, sabar, yah, Lun. Jonathan emang rada beda hahaha ....
"Lun ....""Apa?" sahut Kaluna sambil mencek daging-daging yang berada di dalam mesin dry aging."Ada yang nyari," ucap Okhe sambil menunjuk ke arah salah satu meja tamu.Kaluna yang awalnya berjongkok langsung berdiri dan menutup mesin dry aging, "Siapa? Mau apa? Mau aku yang masak?" tanya Kaluna yang paham kalau ada tamu yang mencarinya tak akan jauh dari meminta dirinya untuk masak.Okhe mengangkat kedua tangannya, "Nggak tau, tapi, tadi dia tanya ke anak waitres ada koki yang namanya Kaluna Dayana nggak," terang Okhe."Oke aku ke sana, aku mau kasih ini dulu ke Pak Jonathan," ucap Kaluna sambil mengangkat papan jalannya lalu berlalu dari sana meninggalkan Okhe. Saat ia berbelok Kaluna bertabrakan dengan Jonathan."Ya Tuhan, Lun," ucap Jonathan sambil menangkap tubuh Kaluna yang terhuyung akibat mereka bertabrakan, "kamu bisa liat-liat nggak kalau jalan?""Kamu jalan bisa nggak kalau liat-liat gitu? Udah tau badan setinggi tiang tower listrik, ini jalan maju terus pantang mundur,"
Plak ....Jonathan tidak bisa menahan tangannya hingga tanpa sadar menampar Gendis hingga wanita itu tersungkur ke lantai."Astaga, Jonathan!"Jonathan menoleh dan mendapati Kaluna kaget melihat ia menampar Gendis, Kaluna berlari mendekati Gendis dan memeluknya."Gendis kamu nggak apa-apa?" tanya Kaluna panik sambil melihat pipi gendis yang memerah akibat tamparan Jonathan."Sini kamu, Lun," perintah Jonathan sambil menarik tangan Kaluna agar menjauh dari Gendis. "Nggak usah dekat-dekat sama dia."Kaluna yang marah langsung menarik tangannya, dan tetap duduk memeluk Gendis, "Nggak mau, kamu kenapa nampar Gendis? Dia salah apa?" tanya Kaluna sambil melihat pipi Gendis yang makin bengkak dan memerah. "Kamu nggak apa-apa, Ndis?""Nggak apa-apa aku udah biasa, kok." Gendis berkata lirih sambil menoleh melihat Jonathan yang saat ini sedang menatapnya marah."Udah biasa gimana? Mana ada perempuan udah biasa ditampar? Kamu bukan artis sinetron azab, Gendis," ucap Kaluna gemas. Manusia macan
"Lun ... hai, Kaluna.""Hah? Apa?" tanya Kaluna sambil mengalihkan pandangannya dari rak bumbu dapur. "Kamu kenapa, sih?" tanya Emma."Nggak apa-apa, Bu, tadi Ibu minta apa sih? Minta mentega, kan?" tanya Kaluna sambil memberikan sebuah benda ke tangan Emma."Kan, ngaco ... ini butter bukan mentega, ampun ah kamu ngaco," protes Emma sambil mengembalikan sebungkus butter ke rak, "masa koki nggak bisa bedain butter ama mentega."Kaluna mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, "Maaf, Bu."Emma mengambil mentega dan melihat wajah Kaluna, entah kenapa insting keibuannya seolah berbunyi mengatakan kalau ada yang tidak beres dengan putri semata wayangnya itu. Hidup berdua hanya dengan Kaluna dan sudah mengalami hal-hal dari yang paling sulit hingga paling bahagia bersama Kaluna membuat Emma menjadi sangat peka. "Kamu kenapa? Coba cerita sama Ibu, jangan uring-uringan sendiri, sini berbagi bebannya sama Ibu," ucap Emma sambil menjawil hidung Kaluna.Kaluna mengerucutkan bibirnya, kedua tan
"Last order, done," teriak Kaluna yang langsung disambut dengan teriakkan rekan-rekan sejawatnya karena mereka sudah berhasil menyelesaikan orderan hari ini."Pulang ... pulang, pulang ... pulang," teriak Ibram sambil membersihkan station-nya. "Cie ... yang mau ketemu ayang," goda Okhe sambil mematikan kompor. "Sudah rindu ayangku sayang," kekeh Ibram sambil mengambil plastik untuk memasukkan sampah. Kaluna hanya bisa tertawa sambil memeriksa kertas-kertas bekas orderan, "Awas ayangnya diambil orang.""Beuh ... Lun, jahat bener, lo," ucap Ibram sambil menunjuk Kaluna dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat, "tega kau Kaluna."Kaluna hanya bisa menjulurkan lidahnya sambil terus mencek kertas orderan. Inilah yang selalu terjadi setelah mereka berhasil memasak last order, mereka akan bercanda sambil membersihkan dapur. Sudah tidak ada lagi teriakkan 'yes, Chef' dan berubah hanya dengan memanggil nama saja. "Eh, Kaluna ... Pak Jonathan dari kemarin nyariin kamu," ucap Okhe sambil menga
Kring ... kring ....Suara dering ponsel Kaluna terdengar nyaring hingga membangunkannya, dengan malas ia menggapai ponsel sambil melihat jam yang ada di layar ponsel. "Ampun, siapa yang nelepon jam segini? Ini baru jam 8 pagi, aku mau tidur," ucap Kaluna sambil melihat siapa yang meneleponnya."Pak Raka ... eh, Pak Raka? Ngapain dia nelepon aku?" tanya Kaluna sambil menerima sambungan telepon dari Raka, "iya, Pak ... halo.""Kaluna hari ini kamu nggak usah masuk," ucap Raka to the point. "Hah? Kenapa, Pak? Jangan bilang saya dipecat," jawab Kaluna spontan dan langsung menyesalinya karena terasa kurang ajar berbicara begitu dengan atasan. "Hahaha ... nggak, kamu nggak dipecat tapi, hari ini kamu temani saya ke acara T-Fal. Jonathan udah mau jadi Brand ambasador dan hari ini acara buat memperkenalkan Jonathan. Acara kecil aja karena ini belum diperkenalkan ke masyarakat," terang Raka."Oh, iya ... baik, Pak. Tapi, kenapa saya harus ikut?" tanya Kaluna bingung apa urusannya acada T-F
"Lepas nggak," bisik Kaluna saat mereka sedang berdiri di samping panggung sambil menunggu beberapa orang membawakan mic dan headset untuk Jonathan.Kaluna kesal bukan kepalang karena Jonathan menyeret paksa dirinya mengikuti lelaki itu ke samping panggung dan menolak Raka mengikuti mereka berdua dengan dalih dia membutuhkan Kaluna untuk menyiapkan presentasi mengenai alat masak."Jonathan lepas!" perintah Kaluna sambil menepuki punggung tangan Jonathan yang dari tadi bertengger di pinggangnya."Nggak," jawab Jonathan tegas dan malah makin mengeratkan cengkeramannya dan tersenyum seramah mungkin pada Kaluna. Ia harus menunjukkan pada Raka kalau Kaluna adalah miliknya dan jangan sampai Raka berpikir untuk mendapatkan Kaluna. Nggak bisa!"Ya udah, aku mau duduk di samping Raka," ucap Kaluna sambil mendorong dada Jonathan namun percuma dada pria itu benar-benar sekuat karang. Kaluna yakin 100% kalau Jonathan adalah pria paling bugar yang pernah ia kenal."Nggak! Ngapain kamu duduk di sa
"Bentar ... gimana?" tanya Raka bingung sambil mengangkat kedua tangannya mencoba mencerna informasi yang baru saja ia terima. "Come on, Raka, Wake up! Kamu nggak lagi mabok, kan? Kayanya segelas wine nggak bakal bikin kamu mabuk kurasa," kekeh Gendis sambil menepuk bahu Raka ramah. "Gendis coba diulang," pinta Raka yang masih bingung."Kaluna ini mantan terindah Jonathan, pokoknya Jonathan itu sampai detik ini mungkin masih suka dan cinta ama dia," ucap Gendis sambil menunjuk Kaluna yang sedang menatapnya dengan pandangan bingung. "Padahal kalau terindah kok jadi mantan," olok Gendis sambil tersenyum manis namun membuat Kaluna miris."Lun ... lo mantannya Jonathan?" tanya Raka kaget."Iya, Pak ... saya memang mantan pacar Jonathan tapi, saya nggak pernah berhubungan lagi sama Jonathan semenjak kami berpisah dulu dan baru ketemu lagi saat Pak Jonathan kerja di Moon." Entah kenapa Kaluna menerangkan sedetail itu pada Raka. Kaluna tidak bisa berkelit lagi hanya bisa pasrah sambil men
"Tadi kamu ngobrol apa sama Raka?" "Hmm ...." Kaluna yang semenjak duduk di mobil Jonathan tidak bersuara sama sekali karena melamun langsung menoleh, "yang mana?""Yang tadi, Lun ... yang kalian langsung bubar jalan dan kamu tiba-tiba mau pulang." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna sambil mencengkeram stir mobilnya hingga membuag urat-urat di lengannya terlihat sensual di mata Kaluna. Kaluna menggigit pinggir telunjuknya agar menahan keinginannya untuk menyentuh lengan Jonathan yang seolah menggoda dirinya. "Nggak ada."Jonathan menoleh sekilas sambil berdecak kesal, "Kamu nggak ahli bohong, Lun. Mending kamu jujur kamu ngomong apa sama Raka." "Kenapa aku harus bohong, aku nggak ngomong apa-apa sama Raka dan walaupun aku ngobrolin sesuatu aku sangka nggak ada hubungannya sama kamu, inget kita cuman Man—- ahmm ...." Tubuh Kaluna meremang saat merasakan sentuhan tangan Jonathan di pahanya. Tangan hangat Jonathan membelai pahanya pelan namun memberikan efek yang membuat sekujur tub
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend