"Tadi kamu ngobrol apa sama Raka?" "Hmm ...." Kaluna yang semenjak duduk di mobil Jonathan tidak bersuara sama sekali karena melamun langsung menoleh, "yang mana?""Yang tadi, Lun ... yang kalian langsung bubar jalan dan kamu tiba-tiba mau pulang." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna sambil mencengkeram stir mobilnya hingga membuag urat-urat di lengannya terlihat sensual di mata Kaluna. Kaluna menggigit pinggir telunjuknya agar menahan keinginannya untuk menyentuh lengan Jonathan yang seolah menggoda dirinya. "Nggak ada."Jonathan menoleh sekilas sambil berdecak kesal, "Kamu nggak ahli bohong, Lun. Mending kamu jujur kamu ngomong apa sama Raka." "Kenapa aku harus bohong, aku nggak ngomong apa-apa sama Raka dan walaupun aku ngobrolin sesuatu aku sangka nggak ada hubungannya sama kamu, inget kita cuman Man—- ahmm ...." Tubuh Kaluna meremang saat merasakan sentuhan tangan Jonathan di pahanya. Tangan hangat Jonathan membelai pahanya pelan namun memberikan efek yang membuat sekujur tub
"Jo ... udah mau jam 3 kamu harus minum vitamin kamu," bisik Kaluna sambil mengusapi punggung Jonathan. Entah kenapa melihat Jonathan yang rapuh membuat Kaluna melunak dan mulai bersikap selayaknya saat ia masih kekasih Jonathan.Jonathan dengan enggan melepaskan pelukannya dari badan Kaluna. Rasanya berat sekali melepaskan kenyamanan yang sudah lama tidak ia rasakan dari tubuh lembut wanita apalagi tubuh itu adalah tubuh Kaluna, wanita yang pertama kali menyentuhnya dan disentuh oleh dirinya."Aku nggak ada minum atau pun pisang," ucap Jonathan sambil melihat sekelilingnya. Dia merogok bagian dalam jasnya dan mengeluarkan obatnya."Mau ngapain?" tanya Kaluna bingung melihat Jonathan mengeluarkan vitaminnya dari wadah. "Minum vitamin," ucap Jonathan."Sok bener ... itu bukan permen yang bisa kamu emut karena manis, jangan ngadi-ngadi kamu Jo. Minum obat biasa pake air sama pisang aja kamu muntah-muntah," ejek Kaluna."Aku mau turun ini, mau beli minum sama pisang di sana. Mau ikut?" t
"Lun ... Kaluna," panggil Jonathan."Iya, apa? Jangan ngagetin kalau jadi orang itu," protes Kaluna sambil melirik Jonathan kesal. "Aku nggak ngagetin kamu cuman mau kasih tau kalau kita udah sampai di rumah kamu." Jonathan menunjuk rumah Kaluna, "kamu mau turun atau kita bisa ke suatu tempat buat mencoba ini," goda Jonathan sambil mengangkat salah satu kotak kondom rasa strawberry.Kaluna dengan cepat membawa semua barang-barangnya dan pura-pura tidak melihat apa yang sedang Jonathan pegang. Argh ... rasanya dia ingin berubah menjadi arca atau mungkin udara agar tidak semalu ini akibat kebodohannya. "Aku nggak nyangka, loh, kamu suka ngelakuin pakai rasa strawberry," goda Jonathan lagi yang langsung mendapatkan hadiah sebuah tepukkan keras di lengannya. "Kaluna.""Jonathan," balas Kaluna dengan suara yang sama besarnya dengan suara Jonathan.Mereka saling tatap dan berkomunikasi lewat mata, rasanya suasana hening yang mereka hasilkan terasa sangat nyaman dan membuat candu, hanya sal
Jonathan baru saja keluar dari mobilnya saat ia melihat Asep berlari ke arahnya setelah menutup pagar rumah. "Ada apa, Pak?" tanya Jonathan sambil mengacak rambutnya yang terasa sangat keras akibat gel rambut. "Hmm ... Pak, maaf yah. Mungkin saya buat kesalahan tapi ...." Asep terlihat kebingungan sambil sesekali melirik ke arah wajah Jonathan. Majikannya ini memang sangat baik dan tidak pernah rewel akan masalah kecil tapi, kalau dia sudah berbuat salah lumayan menakutkan."Kamu kenapa? Ada apa? Mana bi Denok?" tanya Jonathan sambil mengedarkan pandangannya melihat apakah ada yang aneh dengan rumahnya. Setelah yakin tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan ia kembali melihat Asep. "Kenapa? Yang jelas.""Gini, Pak ... tadi, hmm ... mungkin sekitar 10 menit yang lalu ada perempuan datang ke sini terus minta ketemu sama Bapak, tapi, nggak saya izini masuk, Pak," terang Asep sambil merogok saku celananya mencari ponsel miliknya. Ia ingin menunjukkan wajah wanita yang tadi datang dari data
Kedua lengan Jonathan membelai garis tubuh Kaluna yang basah, terus turun ke bawah hinggi tangannya menyelip masuk ke dalam gaun yang Kaluna kenakan, sedang bibirnya terus memangut bibir Kaluna. Jonathan terus membalas ciuman Kaluna.Lidahnya menari mengoda lidah Kaluna, Jonathan menggelitik setiap inci bagian dalam mulut Kaluna menyesap manisnya sedangkan telunjuknya ia kaitkan di celana dalam Kaluna."Lun," bisik Jonathan sambil menarik celana dalam Kaluna, tangannya membelai ceruk kenikmatan Kaluna menggunakan punggung tangannya hingga membuat wanita itu mendesah."Lun," bisik Jonathan lagi disela-sela ciumannya yang liar dan dalam. Jonathan berkali-kali mendesah saat Kaluna menggosok payudaranya di dada Jonathan. Melambungkan Jonathan dalam pusaran birahi yang memusingkan namun berujung kenikmatan."Jo ... aku mau, aku ma— ah ...," desah Kaluna saat ia mulai merasakan jemari Jonathan memasuki tubuhnya. Kaluna menjerit tak karu-karuan saat telunjuk dan jari tengah Jonathan masuk da
"Lo gila!" bentak Raka sambil mengusap-usap mulutnya dengan punggung tangan sambil sesekali meludah ke lantai.Jonathan melirik sekilas pada Raka, "Siapa suruh lo masuk rumah gue nggak pake izin mana pagi-pagi buta."Raka membulatkan matanya sambil menunjuk ke arah jendela yang membentang luas di ruangan itu, "Mata lo buta! Pagi-pagi buta dari mana? Itu matahari segede dosa lo kagak keliatan, hah!" maki Raka penuh emosi akibat hampir dicium oleh Jonathan. Rasanya ini adalah hari tersial Raka, maksud hati ia ingin mengclear-kan masalah antara dirinya dan Jonathan tentang Gendis malah ia melihat Jonathan tertidur di sofa yang sialnya sedang mimpi basah dan saat ia mencoba untuk membangunkannya malah ia dipaksa untuk berciuman! Sinting!"Sorry," ucap Jonathan santai sambil mengambil gelas dan meminumnya. Sesungguhnya Jonathan merasa sangat malu karena kejadian tadi, ia hampir mencium Raka dan perutnya masih terasa ngilu karena ditonjok oleh Raka. Tapi, lebih baik ia ditonjok dari pada me
Kaluna yang hari ini mendapatkan jatah libur akhirnya memutuskan untuk mendatangi salah satu pusat berbelanja di salah satu mall terbesar di Jakarta. Ia ingin mencuci matanya dan menyegarkan pikirannya dengan membeli beberapa hal yang bisa mengembalikan moodnya.Setelah sampai ia memutuskan untuk masuk ke dalam supermarket, Kaluna mengambil beberapa buah-buahan dan juga perlengkapan pribadinya. Ia terus berjalan hingga ke lorong tepung-tepungan bermaksud untuk membeli baking powder, ia melihat ke rak paling atas dan melihat satu-satunya baking powder dengan merek terkenal yang memang ia inginkan.Kaluna berjinjit untuk mengambil baking powdernya namun nihil, dengan tinggi badannya yang SEMAMPAI (SEMeter tAk sAMPAI) Kaluna sulit untuk menjangkaunya. "Duh Gusti, kenapa harus tinggi-tinggi banget sih nyimpen baking powder doang! Nggak paham apa susah ambilnya," rutuk Kaluna sambil kembali berusaha untuk mengambil baking powder yang malah tersenggol ujung telunjuknya hingga membuat makin
"Kamu cantik pakai baju itu, Lun," ucap Jonathan sambil melihat Kaluna dari seberang meja."Makasih," sahut Kaluna kikuk karena tiba-tiba dipuji Jonathan, padahal ia hanya menggunakan dress pendek dan cardigan yang selalu ia pakai di saat santai."Ngapain kita makan di restoran steak, sih? Kamu nggak muak liat steak setiap hari?" tanya Kaluna mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Jujur semenjak bekerja di Moon yang lebih banyak menyajikan masakan western, Kaluna lebih suka memakan makanan khas Indonesia, buatan Emma atau mie instan ditambah nasi.Jonathan menutup buku menunya dan melihat ke sekeliling restoran yang cukup penuh, "Anggap study banding," jawab Jonathan santai."Disangka study tour anak SMA," sahut Kaluna sambil menggaruk belakang kepalanya, "kalau steaknya nggak enak, jangan sampai piringnya kamu lempar," canda Kaluna."Aku nggak sekejam itu, Lun. Kalau nggak enak atau tingkat kematangannya beda tipis is oke, aku masih mau makan. Yah, kecuali parah banget salahnya baru