"Lo gila!" bentak Raka sambil mengusap-usap mulutnya dengan punggung tangan sambil sesekali meludah ke lantai.Jonathan melirik sekilas pada Raka, "Siapa suruh lo masuk rumah gue nggak pake izin mana pagi-pagi buta."Raka membulatkan matanya sambil menunjuk ke arah jendela yang membentang luas di ruangan itu, "Mata lo buta! Pagi-pagi buta dari mana? Itu matahari segede dosa lo kagak keliatan, hah!" maki Raka penuh emosi akibat hampir dicium oleh Jonathan. Rasanya ini adalah hari tersial Raka, maksud hati ia ingin mengclear-kan masalah antara dirinya dan Jonathan tentang Gendis malah ia melihat Jonathan tertidur di sofa yang sialnya sedang mimpi basah dan saat ia mencoba untuk membangunkannya malah ia dipaksa untuk berciuman! Sinting!"Sorry," ucap Jonathan santai sambil mengambil gelas dan meminumnya. Sesungguhnya Jonathan merasa sangat malu karena kejadian tadi, ia hampir mencium Raka dan perutnya masih terasa ngilu karena ditonjok oleh Raka. Tapi, lebih baik ia ditonjok dari pada me
Kaluna yang hari ini mendapatkan jatah libur akhirnya memutuskan untuk mendatangi salah satu pusat berbelanja di salah satu mall terbesar di Jakarta. Ia ingin mencuci matanya dan menyegarkan pikirannya dengan membeli beberapa hal yang bisa mengembalikan moodnya.Setelah sampai ia memutuskan untuk masuk ke dalam supermarket, Kaluna mengambil beberapa buah-buahan dan juga perlengkapan pribadinya. Ia terus berjalan hingga ke lorong tepung-tepungan bermaksud untuk membeli baking powder, ia melihat ke rak paling atas dan melihat satu-satunya baking powder dengan merek terkenal yang memang ia inginkan.Kaluna berjinjit untuk mengambil baking powdernya namun nihil, dengan tinggi badannya yang SEMAMPAI (SEMeter tAk sAMPAI) Kaluna sulit untuk menjangkaunya. "Duh Gusti, kenapa harus tinggi-tinggi banget sih nyimpen baking powder doang! Nggak paham apa susah ambilnya," rutuk Kaluna sambil kembali berusaha untuk mengambil baking powder yang malah tersenggol ujung telunjuknya hingga membuat makin
"Kamu cantik pakai baju itu, Lun," ucap Jonathan sambil melihat Kaluna dari seberang meja."Makasih," sahut Kaluna kikuk karena tiba-tiba dipuji Jonathan, padahal ia hanya menggunakan dress pendek dan cardigan yang selalu ia pakai di saat santai."Ngapain kita makan di restoran steak, sih? Kamu nggak muak liat steak setiap hari?" tanya Kaluna mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Jujur semenjak bekerja di Moon yang lebih banyak menyajikan masakan western, Kaluna lebih suka memakan makanan khas Indonesia, buatan Emma atau mie instan ditambah nasi.Jonathan menutup buku menunya dan melihat ke sekeliling restoran yang cukup penuh, "Anggap study banding," jawab Jonathan santai."Disangka study tour anak SMA," sahut Kaluna sambil menggaruk belakang kepalanya, "kalau steaknya nggak enak, jangan sampai piringnya kamu lempar," canda Kaluna."Aku nggak sekejam itu, Lun. Kalau nggak enak atau tingkat kematangannya beda tipis is oke, aku masih mau makan. Yah, kecuali parah banget salahnya baru
"Aku? Kenapa alasan kamu aku?" tanya Jonathan bingung. Entah kenapa steak yang ada di piringnya tidak lagi menarik, ia lebih tertarik dengan apa yang akan Kaluna ucapkan. "Karena dulu, aku masih berharap kamu nyari aku. Aku masih berharap kamu tiba-tiba ada di depan pintu rumah aku dan ...." Kaluna melap mulutnya dengan serbet, "yah ... gitulah, pikiran masa muda yang masih naif dan bodoh.""Lun ... aku nggak ta—"Kaluna mengangkat salah satu tangannya ke arah Jonathan meminta lelaki itu untuk tidak berkata apa pun juga, dia sudah tidak mau mendengar penjelasan apa pun mengenai masa lalunya dan kenapa hubungannya berakhir, "Udah nggak apa-apa, nggak ada yang harus dibicarakan. Yang lalu biarlah berlalu, semuanya udah usai, kan." Kaluna menatap manik mata Jonathan mencoba mencari sesuatu di sana yang menolak ucapannya. Pikirannya sadar kalau Jonathan tidak akan membantah perkatannya tapi, hati kecilnya yang tolol mengharapkan hal yang berlawanan. Hati Kaluna ingin lelaki di depannya
"Nggak usah maju gitu bibirnya," ucap Jonathan sambil melirik Kaluna yang semenjak mereka keluar ruangan bioskop menekuk wajahnya dan memajukan bibirnya."Bibir aku nggak maju, bibir aku masih stay and slay di sini," ucap Kaluna sambil menunjuk bagian bibirnya kesal. Kaluna sejujurnya malu tapi, entah mengapa dia tidak mau minta maaf atau mengakuinya sama sekali. Harga dirinya tiba-tiba meninggi dan tidak mau mengakui kesalahannya pada Jonathan hingga akhirnya membuat dia marah-marah."Aku mau pulang," ucap Kaluna sambil mencoba menarik tangannya yang Jonathan genggam."Iya, emang mau pulang, Lun. Emang mau ke mana kita?" tanya Jonathan sambil berjalan ke arah pintu keluar bioskop."Ya udah lepas, aku mau pulang," pinta Kaluna sambil menarik-narik tangannya, "ini kenapa sih, aku digandeng mulu ke mana-mana, kita ini nggak lagi pacaran, Jo, nggak usah kamu tarik-tarik," ucap Kaluna kesal. Perasaannya hari ini benar-benar bercampur aduk karena kelakuan Jonathan yang sangat manis pada di
"Semuanya sudah diurus?" tanya Raka sambil melihat kesekeliling ruangan."Sudah, Pak ... semuanya sudah saya urus, bahan makanan sudah selesai saya siapkan semuanya." Kaluna memberikan laporan ke tangan Raka.Saat ini mereka sedang mengurus persiapan acara yang akan mereka lakukan lusa. Acara ulang tahun Moon yang akan diselengarakan dengan sangat meriah di mana Kaluna yang akan menjadi penanggung jawabnya. "Kamu yakin semuanya sudah siap? Saya nggak mau ada kesalahan sedikit pun, Kaluna." Raka memperingati Kaluna sambil membaca laporan yang Kaluna berikan."Bagaimana dengan minumannya?" tanga Jonathan."Besok beberapa botol wine akan datang, saya pilihkan red wine agar sesuai dengan daging kita tapi, saya juga menyiapkan white wine untuk cadangan." Kaluna menunjuk sebuah rak yang beluk terisi apa-apa karena wine tersebut baru datang besok, "untuk minuman non alkohol saya sudah menyiapkan sparkling water, infuse water dan minuman yang saat ini sedang digemari, kombucha.""Selain minum
Emma yang sedang tertidur kaget saat merasakan pelukkan dari arah belakang dan suara tangis sesenggukkan yang membuat kesadaran dirinya terkumpul penuh. "Hei ... hei, kenapa ini malam-malam nangis?" tanya Emma sambil menepuk-nepuk punggung tangan yang sedang melingkar di pinggangnya, selain untuk menenangkan Emma melakukannya untuk meyakinkan kalau yang memeluknya adalah orang asli bukan dedemit."Ibu ... Ibu, sakit," isak Kaluna sambil membenamkan wajahnya yang basah di punggung Emma yang hangat. Kaluna terus menangis sambil memeluk Emma lebih erat lagi mencoba untuk menyalurkan rasa sakit di dadanya."Kamu sakit apa? Eh ... kamu kenapa?" tanya Emma yang mulai panik, apalagi saat ini sudah jam 1 subuh kalau terjadi sesuatu pada Kaluna siapa yang bisa Emma mintai bantuan?"Ibu ... dada Kaluna sakit, Kaluna ...." Kaluna melepaskan pelukkannya sambil mengusap air mata yang terus mengalir seperti keran air. Semenjak dia pergi dari parkiran dan naik taksi hingga ia sampai ke rumahnya ai
"Kaluna ayo makan dulu," pinta Emma saat melihat Kaluna yang berjalan menyeret kakinya melewati meja makan.Rasanya sedih melihat anak gadisnya itu lesu dan matanya saat ini bengkak akibat menangis semalaman. Ia ingat terakhir kali Kaluna menangis sampai separah ini adalah saat melihat dirinya dipukuli oleh mantan suaminya. Tubuh Emma tiba-tiba bergidik saat mengenang masa lalunya. "Kaluna nggak lapar, Bu," bisik Kaluna sambil mengambil susu yang Emma sudah siapkan di meja makan. Mulutnya terasa tidak enak dan tenggorokkannya kering membuat Kaluna enggan memakan makanan apa pun juga. "Kebiasaan kamu, kamu kalau ada pikiran atau apa pun juga jadi males makan." Emma memaksa Kaluna duduk dan mengambilkan nasi goreng, "makan dulu, kamu nggak makan. Ibu nggak bakal izini kamu kerja dan Ibu nggak peduli kamu dipecat sekali pun!"Kaluna hanya bisa menghela napasnya pelan. Ia sadar kalau ancaman Emma ini benar adanya dan lebih baik ia menurut. "Iya, Bu.""Ibu ke toko dulu, hari ini banyak p
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend