Kedua lengan Jonathan membelai garis tubuh Kaluna yang basah, terus turun ke bawah hinggi tangannya menyelip masuk ke dalam gaun yang Kaluna kenakan, sedang bibirnya terus memangut bibir Kaluna. Jonathan terus membalas ciuman Kaluna.Lidahnya menari mengoda lidah Kaluna, Jonathan menggelitik setiap inci bagian dalam mulut Kaluna menyesap manisnya sedangkan telunjuknya ia kaitkan di celana dalam Kaluna."Lun," bisik Jonathan sambil menarik celana dalam Kaluna, tangannya membelai ceruk kenikmatan Kaluna menggunakan punggung tangannya hingga membuat wanita itu mendesah."Lun," bisik Jonathan lagi disela-sela ciumannya yang liar dan dalam. Jonathan berkali-kali mendesah saat Kaluna menggosok payudaranya di dada Jonathan. Melambungkan Jonathan dalam pusaran birahi yang memusingkan namun berujung kenikmatan."Jo ... aku mau, aku ma— ah ...," desah Kaluna saat ia mulai merasakan jemari Jonathan memasuki tubuhnya. Kaluna menjerit tak karu-karuan saat telunjuk dan jari tengah Jonathan masuk da
"Lo gila!" bentak Raka sambil mengusap-usap mulutnya dengan punggung tangan sambil sesekali meludah ke lantai.Jonathan melirik sekilas pada Raka, "Siapa suruh lo masuk rumah gue nggak pake izin mana pagi-pagi buta."Raka membulatkan matanya sambil menunjuk ke arah jendela yang membentang luas di ruangan itu, "Mata lo buta! Pagi-pagi buta dari mana? Itu matahari segede dosa lo kagak keliatan, hah!" maki Raka penuh emosi akibat hampir dicium oleh Jonathan. Rasanya ini adalah hari tersial Raka, maksud hati ia ingin mengclear-kan masalah antara dirinya dan Jonathan tentang Gendis malah ia melihat Jonathan tertidur di sofa yang sialnya sedang mimpi basah dan saat ia mencoba untuk membangunkannya malah ia dipaksa untuk berciuman! Sinting!"Sorry," ucap Jonathan santai sambil mengambil gelas dan meminumnya. Sesungguhnya Jonathan merasa sangat malu karena kejadian tadi, ia hampir mencium Raka dan perutnya masih terasa ngilu karena ditonjok oleh Raka. Tapi, lebih baik ia ditonjok dari pada me
Kaluna yang hari ini mendapatkan jatah libur akhirnya memutuskan untuk mendatangi salah satu pusat berbelanja di salah satu mall terbesar di Jakarta. Ia ingin mencuci matanya dan menyegarkan pikirannya dengan membeli beberapa hal yang bisa mengembalikan moodnya.Setelah sampai ia memutuskan untuk masuk ke dalam supermarket, Kaluna mengambil beberapa buah-buahan dan juga perlengkapan pribadinya. Ia terus berjalan hingga ke lorong tepung-tepungan bermaksud untuk membeli baking powder, ia melihat ke rak paling atas dan melihat satu-satunya baking powder dengan merek terkenal yang memang ia inginkan.Kaluna berjinjit untuk mengambil baking powdernya namun nihil, dengan tinggi badannya yang SEMAMPAI (SEMeter tAk sAMPAI) Kaluna sulit untuk menjangkaunya. "Duh Gusti, kenapa harus tinggi-tinggi banget sih nyimpen baking powder doang! Nggak paham apa susah ambilnya," rutuk Kaluna sambil kembali berusaha untuk mengambil baking powder yang malah tersenggol ujung telunjuknya hingga membuat makin
"Kamu cantik pakai baju itu, Lun," ucap Jonathan sambil melihat Kaluna dari seberang meja."Makasih," sahut Kaluna kikuk karena tiba-tiba dipuji Jonathan, padahal ia hanya menggunakan dress pendek dan cardigan yang selalu ia pakai di saat santai."Ngapain kita makan di restoran steak, sih? Kamu nggak muak liat steak setiap hari?" tanya Kaluna mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Jujur semenjak bekerja di Moon yang lebih banyak menyajikan masakan western, Kaluna lebih suka memakan makanan khas Indonesia, buatan Emma atau mie instan ditambah nasi.Jonathan menutup buku menunya dan melihat ke sekeliling restoran yang cukup penuh, "Anggap study banding," jawab Jonathan santai."Disangka study tour anak SMA," sahut Kaluna sambil menggaruk belakang kepalanya, "kalau steaknya nggak enak, jangan sampai piringnya kamu lempar," canda Kaluna."Aku nggak sekejam itu, Lun. Kalau nggak enak atau tingkat kematangannya beda tipis is oke, aku masih mau makan. Yah, kecuali parah banget salahnya baru
"Aku? Kenapa alasan kamu aku?" tanya Jonathan bingung. Entah kenapa steak yang ada di piringnya tidak lagi menarik, ia lebih tertarik dengan apa yang akan Kaluna ucapkan. "Karena dulu, aku masih berharap kamu nyari aku. Aku masih berharap kamu tiba-tiba ada di depan pintu rumah aku dan ...." Kaluna melap mulutnya dengan serbet, "yah ... gitulah, pikiran masa muda yang masih naif dan bodoh.""Lun ... aku nggak ta—"Kaluna mengangkat salah satu tangannya ke arah Jonathan meminta lelaki itu untuk tidak berkata apa pun juga, dia sudah tidak mau mendengar penjelasan apa pun mengenai masa lalunya dan kenapa hubungannya berakhir, "Udah nggak apa-apa, nggak ada yang harus dibicarakan. Yang lalu biarlah berlalu, semuanya udah usai, kan." Kaluna menatap manik mata Jonathan mencoba mencari sesuatu di sana yang menolak ucapannya. Pikirannya sadar kalau Jonathan tidak akan membantah perkatannya tapi, hati kecilnya yang tolol mengharapkan hal yang berlawanan. Hati Kaluna ingin lelaki di depannya
"Nggak usah maju gitu bibirnya," ucap Jonathan sambil melirik Kaluna yang semenjak mereka keluar ruangan bioskop menekuk wajahnya dan memajukan bibirnya."Bibir aku nggak maju, bibir aku masih stay and slay di sini," ucap Kaluna sambil menunjuk bagian bibirnya kesal. Kaluna sejujurnya malu tapi, entah mengapa dia tidak mau minta maaf atau mengakuinya sama sekali. Harga dirinya tiba-tiba meninggi dan tidak mau mengakui kesalahannya pada Jonathan hingga akhirnya membuat dia marah-marah."Aku mau pulang," ucap Kaluna sambil mencoba menarik tangannya yang Jonathan genggam."Iya, emang mau pulang, Lun. Emang mau ke mana kita?" tanya Jonathan sambil berjalan ke arah pintu keluar bioskop."Ya udah lepas, aku mau pulang," pinta Kaluna sambil menarik-narik tangannya, "ini kenapa sih, aku digandeng mulu ke mana-mana, kita ini nggak lagi pacaran, Jo, nggak usah kamu tarik-tarik," ucap Kaluna kesal. Perasaannya hari ini benar-benar bercampur aduk karena kelakuan Jonathan yang sangat manis pada di
"Semuanya sudah diurus?" tanya Raka sambil melihat kesekeliling ruangan."Sudah, Pak ... semuanya sudah saya urus, bahan makanan sudah selesai saya siapkan semuanya." Kaluna memberikan laporan ke tangan Raka.Saat ini mereka sedang mengurus persiapan acara yang akan mereka lakukan lusa. Acara ulang tahun Moon yang akan diselengarakan dengan sangat meriah di mana Kaluna yang akan menjadi penanggung jawabnya. "Kamu yakin semuanya sudah siap? Saya nggak mau ada kesalahan sedikit pun, Kaluna." Raka memperingati Kaluna sambil membaca laporan yang Kaluna berikan."Bagaimana dengan minumannya?" tanga Jonathan."Besok beberapa botol wine akan datang, saya pilihkan red wine agar sesuai dengan daging kita tapi, saya juga menyiapkan white wine untuk cadangan." Kaluna menunjuk sebuah rak yang beluk terisi apa-apa karena wine tersebut baru datang besok, "untuk minuman non alkohol saya sudah menyiapkan sparkling water, infuse water dan minuman yang saat ini sedang digemari, kombucha.""Selain minum
Emma yang sedang tertidur kaget saat merasakan pelukkan dari arah belakang dan suara tangis sesenggukkan yang membuat kesadaran dirinya terkumpul penuh. "Hei ... hei, kenapa ini malam-malam nangis?" tanya Emma sambil menepuk-nepuk punggung tangan yang sedang melingkar di pinggangnya, selain untuk menenangkan Emma melakukannya untuk meyakinkan kalau yang memeluknya adalah orang asli bukan dedemit."Ibu ... Ibu, sakit," isak Kaluna sambil membenamkan wajahnya yang basah di punggung Emma yang hangat. Kaluna terus menangis sambil memeluk Emma lebih erat lagi mencoba untuk menyalurkan rasa sakit di dadanya."Kamu sakit apa? Eh ... kamu kenapa?" tanya Emma yang mulai panik, apalagi saat ini sudah jam 1 subuh kalau terjadi sesuatu pada Kaluna siapa yang bisa Emma mintai bantuan?"Ibu ... dada Kaluna sakit, Kaluna ...." Kaluna melepaskan pelukkannya sambil mengusap air mata yang terus mengalir seperti keran air. Semenjak dia pergi dari parkiran dan naik taksi hingga ia sampai ke rumahnya ai