“Bu …,” panggil Jonathan setelah beberapa lama suasana hening yang mencekik ia dan Emma rasakan akibat menunggu jawaban dari Jonathan.“Sudah dapat jawabannya?” tanya Emma sambil melirik kembali ke arah Jonathan.“Saya tidak tau apa yang sudah saya korbankan untuk Kaluna, saya tidak paham kenapa Kaluna selalu ingin kembali bersama saya. Saya bersumpah Bu, pertama kali saya dan Kaluna bertemu saya selalu berusaha untuk menjauhi Kaluna dan bahkan berkali-kali saya memaki juga membuat huru hara yang menyakiti Kaluna,” ucap Jonathan dengan penuh sesal karena mengingat kelakuannya dulu.“….”“Saya bahkan berusaha mengabaikan dia dengan berbagai cara, saya bahkan bilang tidak mengenal dia dan saya juga berjuang untuk membunuh perasaan rindu dan bahagia saya saat pertama kali kembali melihat wajah Kaluna yang selalu saya impikan,” ucap Jonathan.“Iya, Bu … Ibu boleh bilang saya membual, gombal, picisan atau apa pun juga, silakan tapi, yang saya tahu saya sangat merindukan Kaluna walaupun kami
"Nggak paham aku sama pemikiran kamu," ucap Kaluna sambil keluar dari dalam mobilnya dan membanting pintu mobil sekencang mungkin hingga membuat telinganya sendiri penggar."Nafsu banget nutup pintunya, woi! Karena bukan mobil sendiri ampe seenak jidat, yah," ucap Raka sambil menutup pintu santai mobil Jonathan lalu mengambil barang-barang miliknya."Mobil Jonathan berarti mobil aku juga, semua punya Jonathan itu punya aku juga," ucap Kaluna sambil menunjuk dadanya."Itu ... itu yang bikin gue nggak mau punya pacar, bisa abis duit gue kalau gue punya pacar," ucap Raka sambil menunjuk Kaluna. Semenjak Raka menandatangangi surat resign Kaluna, ia mulai berbicara dengan santai dengan Kaluna tanpa beban dan tanpa batasan jabatan, saat ini mereka berbicara layaknya teman sepermainan. Mungkin karena Raka adalah orang yang supel dan Kaluna juga tipe yang cuek akhirnya pembicaraan mereka mengalir tanpa beban."Masalahnya cuman cewe bego yang mau jadi pacar kamu, Raka," ungkap Kaluna sambil me
"Kok bisa?" Kaluna menatapa Emma bingung sambil mengerjapkan matanya. Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba Emma mengizinkan dirinya menikah dengan Jonathan hanya dalam hitungan hari? Kenapa? Kok bisa?Berbagai macam pertanyaan berkecambuk di kepala Kaluna hingga membuat ia tanpa sadar mendekati Emma dan mengamati sekeliling kepala Emma lalu menyentuh kening Emma setelahnya keningnya secara berulang."Nggak panas," guman Kaluna dengan ekspresi wajah bingung, "Ibu nggak jatuh, kecelakaan, kebentur sesuatu atau salah makan, kan?" tanya Kaluna sambil memundurkan kepalanya sedikit hingga membuat Emma menatapnya kesal."Maksud kamu itu apa?" tanya Emma sambil mengambil tangan Kaluna lalu menepisnya gemas. Anaknya ini ternyata kalau dibiarkan sedikit ngelunjak dan mulai menyebalkan dan bahkan sedikit kurang ajar.Kaluna menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal sambil melihat sekeliling berusaha mencari sosok Jonathan yang sialnya menghilang seolah diculik oleh Raka karena Kaluna tidak bisa
"Sampai kapan kalian prepare garnis!" sentak Jonathan yang sudah geram karena hampir tiga puluh menit ia menunggu Ibram dan kawan-wakan mempersiapkan saus khusus garnis. "Dan tolong jangan bilang kalian belum prepare mashroom saus dan barbeque saus." Jonathan membulatkan matanya sambil melihat wadah yang harusnya berisikan saus-saus tersebut, "gimana aku bisa cicipin ini sausnya kalau wadahnya aja masih kosong! Jam berapa ini! Bangun kalian semua!" bentak Jonathan sambil menggebrak working table sekeras mungkin hingga membuat jantung semua orang di dapur meloncat keluar bahkan, beberapa runner melirik takut ke dalam dapur.Semua orang langsung bergerak lebih cepat seperti kesetanan dan beberapa runner (pelayan khusus pengantaran makanan dari dapur ke meja pengunjung) menjauh dari arah jendela dapur yang menghubungkan dapur dan ruang makan, mereka langsung menyelamatkan diri karena mereka tahu kalau Jonathan itu tampan tapi, kalau sudah marah isi dapur bisa berterbangan ke segala penj
Sebuah suara lembut membuat Jonathan dan Raka mengalihkan pandangannya. "Kaluna," ucap Jonathan dan Raka bersamaan."Hai?" Kaluna melambaikan tangannya dengan wajah berseri-seri lalu berjalan ke samping Jonathan, "kamu nggak prepare? Ini udah jam berapa, loh? Atau udah selesai?" tanya Kaluna sambil mengusap bahu Jonathan dan melihat sekeliling restoran. Kaluna langsung melambaikan tangannya ke beberapa waitres, bartender dan chef pastry di sana. Jonathan dan Raka saling tatap, mata mereka bergerak-gerak seolah berkomunikasi. Senyuman Jonathan melebar bersamaan dengan senyuma Raka, tanpa sadar Jonathan memyentuh punggung tangan Kaluna."Kenapa, Jo?" tanya Kaluna saat ia merasakan punggung tangannya dibelai, "aku ke sini cuman mau mampir aja sama mau kasih undangan kita nikah ke temen-temen restoran." Kaluna melirik Raka sambil mengerucutkan bibirnya, "kalau ke Raka cukup by phone aja ngundangnya, hemat kertas! Go green," ejek Kaluna."Yang, Sayang ... kamu dari sini mau ke mana lagi?
Jonathan membanting pulpennya dan menutup kedua tangannya pelan sambil berusaha menjernihkan pikirannya. Rasa lelah langsung menyergap dirinya walaupun dari tadi dia hanya duduk diam tak bergerak sama sekali tapi, pikirannya benar-benar dipaksa bekerja keras untuk memikirikan jalan keluar dari masalah yang sedang ia bereskan akibat ulah si McFlurry sialan itu!"Ampun, dasar es puter!" maki Jonathan sambil mengambil napas sebanyak-banyak. Jonathan memejamkan kedua matanya sampai ia sayup-sayup mendengar suara alarm dari ponselnya.Secara spontan Jonathan mematikan alarm ponselnya dan mengambil pil ARV miliknya. Jonathan mencari pisang karena dia kesulitan meminum obat hanya menggunakan air mineral. Tok ... tok ... tok ...."Masuk," ucap Jonathan sambil mencari pisang ke seluruh penjuru tempat namun nihil, ia lupa membawa pisang."Jo, aku cuman mau kasih kamu ini."Jonathan mengalihkan pandangannya dan mendapati Kaluna yang berjalan ke arah dirinya sambil menyerahkan pisang, "Kamu udah
"Kamu nggak salah?" tanya Emma sambil memgambil roti tawar dan memasukkannya ke dalam keranjang."Nggak, emang apa salahnya?" tanya Kaluna santai sambil mendorong trolly dan beberapa kali mengambil makanan yang ada di rak dan membaca ingredient-nya sebelum memutuskan membeli atau tidak makanannya."Kamu cari penyakit dan masalah kalau kamu nikah di hotelnya Cakra," ucap Emma sambil menggeleng dan membayangkan pernikahan Kaluna di hotel mantan tunangannya. Entah apa yang akan terjadi nanti, hanya Tuhan yang tahu."Satu-satunya tempat yang free dan sesuai dengan konsep yang aku mau cuman di sana, Bu," ucap Kaluna sambil memasukan salah satu biskuit berwarna merah ke dalam keranjang."Emang konsep kamu apaan sih? Konsep kerajaan Majapahit atau apaan? Ribet bener," ucap Emma yang sedikit kesal dengan kekeraskepalaan Kaluna yang ingin menikah dengan entah konsep apa."Aku cuman ingin nikah indoor tapi kaya outdoor, dan tempat yang cocok yah ballroom hotelnya punya Cakra. Pas gedenya nggak k
"Kaluna ingin Cakra rasain rasa sakit yang Kaluna rasain! Bu! Kaluna dendam!" Kaluna menatap dingin Emma sambil tersenyum.“Kaluna ….” Emma mengelus bahu Kaluna pelan sambil menggeleng, “Ibu sangka kamu sudah melupakan rasa sakit hati kamu itu, Nak.”Saat berkata pikiran Emma kembali ke masa-masa penuh tangisan dan jeritan Kaluna yang merasa sangat sakit hati dengan pengkhiatan Cakra. Setiap ada orang atau tetangga yang datang dan menanyakan kenapa pernikahan antara Kaluna dan Cakra tidak jadi dilangsungkan, Kaluna pasti langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat, Kaluna hanya menangis meraung dan memaki dirinya sendiri.Berkali-kali Emma menenangkan Kaluna dan berkata lebih baik mereka mengetahui kelakuan Cakra di awal dari pada setelah pernikahan. Semuanya bakal lebih rumit dan memusingkan, apalagi kalau sudah ada kehadiran anak. Pasti semuanya akan lebih berat untuk dilalui. Kaluna yang mendengarkan perkataan Emma saat itu hanya bisa menangis dan memaki Cakra.Emma juga